BAB 04. Akad

•

•

•

"Kita ke rumah kakak dulu yah," Darion mengendarai mobilnya meninggalkan kost-kostan Aida.

Sebenarnya Aida merasa deg-degan sekarang, dia baru mengenal Darion sehari dan dia langsung di ajak nikah oleh Darion, rasanya sangat aneh banget Aida, tapi Darion sudah banyak membantunya.

"Kak, kenapa kakak mau membantu Aida, aku tuh udah gak suci lagi," tanya Aida memulai pembicaraan ditengah suasana hening mereka.

"Ada beberapa hal yang tidak bisa dinilai secara individual Aida, dan kamu memilikinya, tugas kamu hanyalah percaya bahwa saya akan melakukan yang terbaik untuk kamu," jawab Darion yang membuat Aida terdiam.

Jawaban Darion, memanglah sangat mewakili perasaan gamang Aida saat ini, mengenai sebuah arti pernikahan yang sakral, dan juga sebuah perjanjian.

Tak lama setelahnya Darion memilih memarkirkan mobilnya di depan sebuah halaman rumah, yang Aida yakini adalah halaman rumah orang tua Darion.

"Tunggu disini," Darion berucap pada Aida.

Darion beranjak keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke rumah orang tuanya, dimana didepan sana sudah ada mobil milik Arsyad, Om dari Darion.

Darion sudah sangat yakin di dalam sana, sudah ada Agnes, Arsyad dan Anjani.

"Assalamualaikum," Darion mengucap salam setelah mengetuk pintu rumahnya, dimana didalam sana sudah benar ada banyak yang menunggunya.

"Waalakumsalam," jawab mereka semua serempak.

Arga yang melihat kehadiran sang anak, langsung mengajak anaknya untuk duduk disamping mereka semua, Agnes tampak tersenyum penuh arti melihat kedatangan Darion.

"Ion sini," ajak Arga pada Darion.

Darion berjalan ke arah Babahnya dan Bundanya mencium kedua tangannya setelahnya mencium tangan Arsyad dan Anjani selaku Om dan Tantenya.

"Aku tidak mau, Bah."

Arga bahkan belum mengucapkan kalimat apapun dan Darion sudah memberi penolakan, tidak perlu mengulur waktu lagi menurut Darion karena jawaban dari perjodohan ini adalah tidak.

"Dengar dulu, Ion."

"Bukannya Ion tidak sopan dan tidak mau menuruti kemauan Babah, tapi biarkan Ion mempertegas jawabannya adalah tidak," jawab Darion tegas.

Kelugasan Darion membuat mereka semua terdiam sejenak mencerna apa yang terjadi di antara mereka, Agnes yang melihat itu mengajak Darion untuk mengobrol di luar.

"Gue tahu, gimana rasanya jadi Lo, Ion," Agnes memandang wajah Darion ketika mereka ada di teras rumah.

Perempuan yang sedang memakai hijab putih itu menatap Darion dalam, Agnes adalah seorang wanita karir yang berpendidikan, menyabet gelar sebagai seorang sarjana ekonomi, membuat karirnya sebagai penguasa menjelik tajam.

"Bagaimana yah Nes, aku tidak bisa menikahimu, ada alasan lain," jawab Darion yang membuat Agnes menepuk pundak Darion.

"Karena dia?" Agnes melirik mobil Darion yang dimana ada Aida didalam.

Sedikit informasi, Agnes adalah anak kandung dari Ridwan dan Bianca, tapi Bianca meninggal disaat melahirkan Agnes yang membuat Agnes harus berpindah hak asuh dengan Arsyad dan Anjani, karena Ridwan mwmilih meninggalkan Indonesia saat itu juga.

"Selalu peka," Darion tersenyum pada Agnes.

Mereka berdua sudah layaknya sahabat, semua obrolan sensitif bersifat rahasia dan tidak bisa diobrolkan kemana-mana selalu mereka bicarakan.

"Kayak lo, gatau gue aja," jawab Agnes tertawa pelan kemudian menepuk pundak Darion. "Gue tahu isi hati lo, percaya sama gue, gue bakal ngurus semuanya dan lo ga perlu takut lagi tentang perjodohan ini."

Darion mengangguk, Agnes memang selalu bisa di andalkan. "Betewe, anak orang lo ambil dimana tuh?"

"Hm, club malam."

"Lo, ngelakuin itu, astagfirullah Ion! Bisa-bisanya lo yah, ngezina? Gue ga tau lagi dah mau ngomong apa, apa kabar Babah dan Bunda lo kalau tahu, terus tuh anak cewek mau lo apain?" tanya Agnes pada Darion.

"Nikahin."

"Dasar kulkas lo, udah izin sama Babah dan Bunda belum?" tanya Agnes kembali.

"Belum," jawab Darion yang membuat Agnes menggelengkan kepala. "Gini deh, lo pergi aja dulu, biar kondisi dirumah gue yang ngurus, gimana?"

Darion menganggukkan kepalanya, dia mengajukan TOS ala sahabat kepada Agnes kemudian berjalan masuk ke mobilnya meninggalkan kediaman orang tuanya.

"Dia, siapa kak?" tanya Aida yang membuat Darion balik menatapnya.

Darion mengangkat kepala. "Agnes, dia sepupu ku, kenapa?"

"Gapapa, kak," jawab Aida menghentikan obrolan mereka.

Darion meraih ponselnya, dia menerima pesan dari penghulu yang akan menikahkan dirinya dan Aida.

"Aida, kamu punya keluarga dari pihak ayah kamu?" tanya Darion yang membuat Aida berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng.

"Kalau begitu, kita pake wali hakim untuk kamu yah, kita ke butik buat ganti baju dan langsung ke lokasi buat akad nikah," jawab Darion menaruh ponselnya dan mempercepat laju kendaraannya.

Aida semakin deg-degan, ini adalah pernikahan paling singkat prosesnya yang Aida jalani, bahkan tanpa pendekatan sedikitpun, yang membuat Aida berpikir bahwa apakah ini bagian dari mimpi yang tengah dia jalani?

Mobil Darion berhenti di sebuah butik, Darion mengajak Aida ikut turun dari mobil dan masuk ke dalam butik tersebut, disana mereka sudah disambut oleh pemilik butik yang langsung mendandani Aida, sedangkan Darion hanya perlu mengganti bajunya dengan jas formal, setelah selesai mereka berdua kembali masuk ke dalam mobil dengan tujuan kali ini adalah lokasi akad nikah mereka.

Akad nikah mereka akan di adakan di rumah penghulu tersebut, karena tidak mungkin di lakukan di apartemen Darion, dengan beberapa saksi dan mahar serta wali hakim yang di siapkan dadakan, tampaknya Darion benar-benar sudah siap.

"Sudah, sampai, ayok turun," Darion memarkirkan mobilnya di sebuah halaman rumah batu yang memiliki nuansa hijau kebiruan, rumah yang tidak terlalu luas milik penghulu tersebut.

"Kak, kakak yakin?"

"Ketika kamu sudah berjalan bersama saya, jangan pernah ragu ditengah jalan, karena sebelum saya memilih kamu, saya sudah meninggalkan banyak hal, percaya sama saya, Aida," jawab Darion turun dari mobil di susul oleh Aida.

Mereka berdua berjalan melewati halaman rumah penghulu tersebut dan masuk ke dalam rumahnya, disana sudah ada enam orang saksi, penghulu dan satu orang wali hakim Pengganti bagi Aida.

Persiapan yang sangat dadakan.

"Bagaimana, nak Ion, sudah siap?" tanya penghulu tersebut mengajak Darion dan Aida untuk duduk.

Darion mengangguk yakin, begitupun dengan Aida, kini mereka berdua sudah duduk di hadapan penghulu, mereka bersiap untuk melaksanakan akad nikah tersebut.

Penghulu untuk menjabat tangan Darion dan mulai mengucapkan kalimatnya.

"Saudara, Darion Arham Dirgantara, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan Saudari Adinda Nurfaida Anhar binti Anhar Syahriadi, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Hening.

Beberapa saat hening terjadi diantara mereka membuat mereka semua diam sesaat, sebelum Darion menarik napas panjang dan membalas kalimat akad tersebut.

"Saya, terima nikah dan kawinnya, saudari Adinda Nurfaida Anhar, dengan mqs kawin dan seperangkat alat sholat tersebut, dibayar tunai."

"Bagaimana saksi?"

"SAH!"

•

•

•

Darion

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***