7. Hamil

Setelah Bunga dan Jessica tidur siang, maka pada malam harinya mereka langsung diantar oleh seluruh keluarga ke bandara untuk berangkat ke sebuah kota kecil yang akan menjadi tempat tinggal baru mereka.

Setelah perjalanan panjang selama 8 jam, akhirnya mereka tiba di sebuah kota kecil lebih tepatnya di sebuah Villa yang terletak di pinggir pantai.

"Wahh,,, tempat yang dipilihkan orang tuamu sangat bagus. Pokoknya mulai hari ini aku akan memulai kehidupan baruku dan melupakan semua hal buruk yang sudah ku lalui,," ucap Jessica ketika dia berdiri di balkon bersama dengan Bunga.

Mereka sedang menatap area pantai yang tampak sangat menyejukkan mata.

"Aku juga,, pokoknya,, mulai hari ini aku juga akan memulai hidup baruku di sini, dan tidak akan mengingat lagi segala hal yang buruk yang pernah ku lalui di kehidupan sebelumnya," ucap Bunga memeluk erat dengan lengan Jessica dan menyandarkan kepalanya di bahu perempuan itu.

Mereka menikmati pemandangan di balkon tersebut lalu kembali masuk ke dalam villa untuk beristirahat.

Pada keesokan harinya, keduanya berjalan-jalan di sekitar kota dengan sepeda yang bisa dikendarai dua orang.

Mereka melihat para penduduk desa yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, bekerja di ladang.

Lalu keduanya terkejut saat berhenti di sebuah bangunan yang sangat besar yang berada di sebelah pinggir Utara kota kecil itu.

"Apa ini?" Ucap Bunga menghentikan sepeda mereka.

"Universitas Arts De Film, Bukankah ini adalah universitas perfilman yang sangat terkenal itu?" Ucap Jessica yang duduk di belakang Bunga.

"Ahh ya,, universitas yang sangat terkenal selalu mengeluarkan lulusan terbaik, tetapi tidak ada satupun orang yang mengetahui lokasi universitasnya. Aku dengar mereka merekrut anggota secara diam-diam, dan bahkan anggota yang direkrut pun harus menandatangani kontrak rahasia universitas mereka." Kata Bunga sembari melihat tempat itu dengan mata berbinar-binar, sebab dari dulu dia memang menyukai akting

Bahkan ketika mereka masih tinggal di desa, demi memuaskan rasa haus mereka terhadap akting, maka keduanya masuk ke sebuah kelompok kecil teater yang ada di desa itu.

"Tapi, kalau tempatnya sangat dirahasiakan, mengapa mereka mengukir namanya dengan sangat jelas di depan universitas?" Kata Jessica yang merasa sangat aneh dengan ukiran nama yang besar itu.

"Entahlah, tapi ayahku mengatakan bahwa tempat ini memang bukan tempat wisata, dan orang yang masuk ke sini sudah melalui berbagai pemeriksaan atau harus membayar begitu mahal demi datang ke sini." Ucap Bunga.

"Ahh,, kalau begitu, mungkinkah ayahmu bisa membantu kita untuk masuk ke universitas ini?" Ucap Jessica begitu semangat menatap bunga.

Bunga langsung menganggukkan kepalanya berkali-kali, "ah benar!!! Aku akan tanyakan nanti!!!" Seru Bunga lalu kedua orang itu segera kembali ke Villa.

Mereka memilih untuk memasuki universitas yang ada di tempat itu demi mengisi kekosongan waktu luang mereka.

Sayang sekali, setelah 2 minggu berlalu, keduanya dikejutkan oleh Jessica yang tiba-tiba muntah di kamar mandi tanpa sebab.

Bahkan perempuan itu selalu pilih-pilih makanan dan tidak mau mengkonsumsi makanan yang berbau menyengat.

Telur yang dulunya makanan kesukaan Jessicca berubah jadi makanan yang paling ia benci!!!

"Kau baik-baik saja?" Tanya Bunga dengan cemas saat melihat wajah Jessica yang begitu pucat setelah muntah di kamar mandi.

"Ya,," jawab Jessica sambil menghela nafas.

"Kau tenang saja, dokter akan datang sebentar lagi," kata Bunga dengan cemas langsung dijawab anggukan Jessica.

Dan begitu dokter tiba, Jessica langsung diperiksa secara seksama, lalu sang dokter perempuan yang memeriksa Jessica tersenyum menatap Jessica dan berkata, "selamat Nyonya, anda sedang hamil 1 bulan."

Ucapan dokter langsung membuat Jessica dan Bunga langsung ternganga di tempat mereka masing-masing dengan rasa tak percaya mendengar ucapan dokter itu.

"Ta,, tapi dok, saya tidak pernah melakukan hal itu bulan lalu, pernah tapi baru sekitar 2 minggu lebih,, mengapa saya,," Jessica terbata-bata sembari menatap dokter dengan rasa tak percayanya.

Melihat perempuan di depannya tampak tidak menginginkan kehamilannya, dokter tersebut menghela nafas lalu berkata, "di dalam dunia kedokteran memang perhitungannya tidak seperti itu, kami menghitung menurut kapan terakhir kali seorang perempuan datang bulan."