BAB 14. IJAB KABUL

"Tania siapa yang mengetuk pintu?," tanya Nadia yang saat itu sedang memperbaiki tatanan bulu matanya.

"Ini kami, Ayah dan ibu," Yunita yang berdiri tepat di belakan Nadia.

Seketika itu juga Nadia berbalik dan menemukan Yunita dan Rudi berdiri tepat di hadapanya.

"Ayah dan Ibu?," Nadia sedikit menyunggingkan bibirnya.

"Iya Nak, kami datang kemari untuk merayakan pesta kebahagianmu," balas Rudy.

"Pesta kebahagianku!. maksud Anda?. Tepatnya pesta kebagian kalian. Apa lagi yang kalian inginkan dariku? Apa belum cukup semua pengorbananku selama ini?" Raut wajah Nadia seketika berubah.

"Nadia!," Yunita sedikit mengeraskas suaranya.

"Nona Yunita yang terhormat, tidak baik meninggikan suara seperti itu. Takutnya pita suara Anda bisa saja bermasalah. Lagian sekarang Aku bukan Nadia yang dulu yang akan merasa takut bila mendengar bentakan Anda itu,".

"Nadia, kenapa sekarang kamu berubah sekali. Apa kamu benar-benar Nadia anak kami atau bukan?," kini Rudy yang menggantikan Yulia berbicara pada Nadia.

"Nadia Anak kalian sudah mati, kini hanya tinggal Nadia malang yang tak tahu apa dia masih memiliki orang tua atau tidak. Sejak Tuan Dave membawaku kemari maka terputuslah sudah hubungan pertalian darah antara Aku dan kalian. Jadi tolong mulai sekarang demi kebaikin bersama jangan temui Aku lagi karena kalian sudah mengambil bagian kalian dariku setelah menukarku dengan hutang kalian pada tuan Dave," ucap Nadia berbalik dengan mata berkaca-kaca.

Rudy dan Yunita saling menatap satu dengan yang lain dan tak tahu apa maksud dari tatapan mereka itu.

Sementara Dewi, Tania dan Nadin hanya bisa terdiam mendengarkan percakapan ketiganya.

Ternyata apa yang mereka lihat pada sosok Nadia berbanding terbalik dengan keadaan sesungguhnya.

Gadis yang terlihat tegar dan periang itu ternyata selama ini menyimpan sakit yang begitu dalam.

Apa yang kita lihat pada seseorang tidak selamanya benar. Kadang kita melihat orang itu sehat tapi ternyatanya dia sakit. Terkadang pula kita melihat orang itu baik tapi nyatanya dia jahat. Itulah hidup, kita tidak bisa menilai orang dari luarnya saja lalu kita langsung mengambil keputusan.

Tidak berselang lama kemudian kembali daun pintu ruang tersebut di ketuk.

Tampak Goy sedang berdiri disana dengan pakaian tidak seperti biasanya. Pria parubaya tersebut terlihat gagah dengan jas dan dasi kupu-kupu melekat indah pada kemeja berwarnah putih yang dia kenakan.

"Nona Nadia, sekarang saatnya Anda turun. Tuan dan dan pak penghulu sudah menunggui Anda dibawa,"

"Baiklah!. Nadin, Tania dan Dewi ayo turun tidak ada gunanya kita berlama-lama disini." ajak Nadia pada tiga orang tersebut dan melangkah menuju kearah pintu keluar dimana Goy sudah mengankat tanganya untuk menyambut kedatangan Nadia.

"Apa yang terjadi dengan anak itu, kenapa secepat itu dia berubah. Apa kita sudah sangat berlebihan selama ini," Rudy menatapi kepergian Nadi bersama dengan Goy, Nadin, Tania dan Dewi.

"Sudahlah, lambat laun Nadia juga akan kembali seperti sediakala dan saat itu kita akan mendekatinya lagi. Untuk kemajuan perusahaan keluarga kita," balas Yunita.

"Benar katamu, satu-satunya orang yang bisa kita mintai bantuanya kelak. Ayo turun pasti para pembesar kota ini dan pebisnis handal sudah berkumpul di bawah. Kita bisa memperkenalkan diri kita sebagai mertua dari Dave. Siapa tahu dengan itu, mereka mulai memperhitungkan keberadaan dan posisi perusahaan kita di kota ini," Ajak Rudy pada Yunita.

Keduanya pun melangkah keluar mengikuti Nadia dan lainya menuju ke acara ijab kabul.

"Aku nikahkan engkau, dan Aku kawinkan engkau dengan pinanganmu, Nadia binti Rudy Admaja dengan mahar seperangkat alat sholat di bayar tunai.

"Saya terimah nikah dan kawininya, Nadia R Pratiwi binti Rudy Admaja dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai " ucap Dave dengan satu tarikan nafas .

Pesta pun kini di mulai. Para tamu undangan satu-persatu naik ke atas panggung untuk memberi selamat pada kedua mempelai.

"Hay pak Handoko .. Apa kabar nich!. sudah lama kita tidak bertemu!," sapa Rudy pada seorang pria bertubuh gembul.

"Dengan siapa ya?," tanya Handoko sedikit membalikkan tubuhnya kearah Rudy.

"Aku Rudy teman patner bisnis tuan Dave!, sekaligus mertuanya," Rudy menjulurkan tangan kananya kearah Handoko. Tapi sayang, Handoko tidak menggubris uluran tangan Rudy hingga akhirnya Rudy menarik kembali uluran tanganya dengan perasaan sedikit kecewa.

"Apa tadi katamu!, mertua Tuan Dave?. Apa Aku tidak salah dengar!," Handiko kembali mengulangi perkataan Rudy.

"Iya!, perempuan yang sedang bersanding dengan Tuan Dave itu adalah putriku, namanya Nadia," ucap Rudy dengan bangga.

"Ternyata kamu ayah gadis culun itu!, pantas saja kelakuanmu tak jauh beda dengan penampilanya," Handoko sedikit menyunggingkan bibirnya kemudian meninggalkan Rudy begitu saja.

"Benar-benar memalukan. Aku sangat menyesal telah mengakuinya dia depan pak Handoko," gerutu Rudy dalam hati.

"Ini untuk Mas!. Loh kenapa wajah Mas cemberut seperti itu. Dan kemana pak Handoko!, tadi Aku melihat kalian berdua sedang mengobrol disini?," Yunita yang saat itu datang menghampiri Rudy dengan membawa dua gelas berisi minuman dingin berwarna orenge.

"Ah....dia sudah pergi. Aku sangat menyesal telah memberi tahu padanya kalau Aku ini mertua Tuan Dave. Bukanya sanjungan yang Aku dapatkan malah hinaan darinya yang harus Aku terima," balas Rudy dengan perasaan begitu kecewa.

"Andai saja Mawar yang sekarang berada di posisi Nadia, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Ah ..sudahlah kita nikmati saja pestanya, setelah itu kita pulang untuk mencari keberadaan Mawar ,".

Keduanya pun berbaur dengan para tamu lainya untuk menikmati alunan musik serta makanan yang sudah tersaji diatas meja.

Sementara itu diatas panggung, Nadia yang berdiri di samping Dave hanya bisa terdiam dan sesekali tersenyum terpaksa saat ada yang menyalaminya.

"Nak, selamat semoga keputusan ini tidak membuatmu menyesal seumur hidupmu," Anita memeluk Dave tapi Dave sama sekali tidak membalasnya.

Anita langsung pergi tanpa memberi selamat pada Nadia.

"Kak, selamat ya semoga kalian bisa menjadi pasangan yang langgeng sampai kakek nenek," Elis memberi selamat pada Dave.

"Aamiin," balas Dave singkat karena dia tahu kalau ucapan Elis hanya pemanis buatan.

TERUS BERI DUKUNGAN DENCAN CARA COMENT, LIKE, VOTE DAN SHERE DAN JANGAN LUPA IKUTI CHANNEL YOUTUBE SAYA " PEWARIS TERAKHIR SANG PRESIDIR". terima kasih.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***