Sari pun menganti pakaiannya agar lebih sopan, dia pun keluar dengan memoles make up secara tipis.
dia tak ingin mengecewakan suaminya itu, terlebih Sari ingat pesan bapaknya.
"mana istrimu, kenapa malah mengajak sepupumu mu sih," kata seorang wanita yang berpakaian cukup terbuka.
"apa maksudmu, ini adalah istriku, memang kau kira istriku wanita tua hah, dasar gadis gila," marah Nanang.
"adik manis, kamu kok mau sih sama perjaka tua dan norak ini? kamu di iming-imingi apa sih, atau kamu di paksa ya?" tanya gadis itu pada sari.
"tidak kok,siapa yang tidak mau dengan pria ganteng dan baik seperti mas Nanang, mbaknya mungkin juga suka mungkin, tapi sayangnya, dia sekarang milikku," kata Sari yang memeluk tubuh suaminya.
Nanang melihat istrinya itu sambil tersenyum, dia pun ingin sekali mengecup bibir merekah istrinya itu.
tapi dia menahannya, sedang gadis itu pun kesal melihat reaksi dari Sari yang bahkan tak terpengaruh sedikit pun.
"sudahlah, mbak tolong perkenalkan dirimu, kami berhak tau bukan istri teman kami?" tanya pria itu dengan tatapan yang membuat Sari tak nyaman.
"namaku Sari, dan tolong mas perkenalkan teman-teman mu," jawab gadis itu tapi mengeratkan genggaman tangan pada Nanang.
"dia Farhan, dia Gusti, dia Gatot dan yang dua perempuan itu, yang berjilbab Azila, dan yang tadi memanggilmu sepupuku namanya Adelia," terang Nanang merangkul Sari.
Sari memanggil Yuni untuk membersikan meja dan mengambilkan beberapa cemilan yang sudah habis.
"hei kamu menyebalkan sekali dek, saat aku yang menyuruh kamu sulit, tapi sekarang kakak ipar mu, kamu begitu menurut,"kata Nanang pada adiknya itu.
"karena kamu pria menyebalkan, dan kenapa mengundang wanita tak tau malu itu, jika dia berani menggoda mu lagi, aku akan menyiramnya dengan air panas, lihat saja," kesal Yuni melihat Adelia.
"sudah dong Yuni, jangan marah ya," bujuk Sari agar gadis itu masuk kedalam rumah.
"iya iya demi kakak ipar," kata Yuni yang tak mau bermasalah dengan kakak iparnya itu.
mereka menyaksikan acara wayang itu, tapi satu persatu mereka pulang, Sari pun menyalami semuanya dengan sopan.
saat dengan Adelia, gadis itu membisikkan sesuatu, "jaga selalu suamimu jika tak ingin ada wanita yang merebutnya, terlebih kita tak tau jika yang terlihat baik tak selamanya juga baik," bisik wanita itu.
"tenang saja kak, kamu belum mengenal aku yang bisa seperti apa saat marah," jawab Sari tersenyum manis setelah mengatakan itu.
Adelia pun tersenyum kemudian pergi bersama Gatot, "wanita yang menantang sepertinya," gumam Adelia.
"kamu jangan gila deh Delia, ingat dia baru menikah," kata Gatot mengingatkan.
"aku tak peduli, aku suka melakukan apa yang menurut ku benar," kata Adelia tersenyum jahat.
Sari hampir pingsan saat Nanang menahan tubuh istrinya itu, "kamu kenapa dek?" tanya Nanang yang khawatir.
"sakit mas," lirih Sari.
dia pun langsung di bawa ke kamar dan Yuni membawa air panas dalam botol.
dia pun mengompres bagian punggung wanita itu dengan hati-hati karena dia tak ingin melukai kakak iparnya itu.
"mas pegangin seperti ini, aku akan membuatkan ramuan dari ibu dulu ya, pegang yang benar," perintah Yuni.
Nanang pun perlahan merasakan panas di tangannya, tapi Sari nampak terlihat begitu nyaman.
"dek apa tidak panas?" tanya Nanang khawatir.
"tidak mas, ini nyaman sekali," jawab Sari.
ternyata Yuni datang membawa susu kunyit dan juga minyak kayu putih.
sari langsung minum dan merasa jika itu ada beberapa rempah-rempah di dalamnya.
akhirnya Sari pun di minta untuk tidur, karena wajahnya sudah pucat.
Nanang hanya menemani istrinya itu, mungkin Sari juga kelelahan karena semalam dia tidak beristirahat dengan benar.
Sari pun langsung kaget saat mendengar ponselnya berbunyi, dia melihat alarmnya pukul dua telah menyala.
dia pun sudah merasa lebih baik dari keadaan tadi sore, dia pun keluar rumah ternyata masih ada pewayangan yang main.
dia mencari sosok suaminya di antara begitu banyak tamu, dia pun menyentuh pundak dari Nanang.
pria itu menoleh dan kaget melihat sosok istrinya yang sedang berdiri di sampingnya.
"loh kenapa bangun dek, anginnya dingin, ayo masuk," ajak pria itu.
"mas kita harus pulang ke rumah orang tuaku, itu adatnya agar kita selamat, tapi di luar begitu banyak orang," kata Sari.
"ah aku tau itu, serahkan padaku, kita pamitan pada ibu dulu," ajak Nanang.
mereka pun berpamitan, Sari juga mendapatkan uang saku dari ibu Wiwit cukup banyak.
setelah itu, mereka pun pergi diam-diam,karena tak boleh seorang pun yang memergoki mereka.
perjalanan memang tak jauh, tapi jam dua malam masih sangat sepi di jalanan.
apalagi ini adalah jalanan kampung, bahkan hanya hewan malam yang terdengar berbunyi.
sesampainya di rumah pak Wasis, terlihat Bu menuk sudah menunggu Keduanya.
dia pun membawa kendi untuk mencuci tangan dan kaki dari kedua anak dan menantunya.
kemudian dia memecahkan kendi itu sebagai syarat penolak bala, dan setelah itu keduanya di minta masuk dan beristirahat.
"kamu tidur dulu dek," panggil Nanang
"sebentar mas, aku mau ganti terlebih dahulu," pamit gadis itu.
Nanang yang sudah tak tahan pun memilih tidur duluan, dan kemudian dia malah pulas duluan.
entahlah bagi Nanang kamar istrinya itu sangat nyaman dan wangi.
Sari pun bergabung dengan suaminya, karena tubuhnya tak memungkinkan untuk dia tidur di bawah.
keesokan paginya, Bu Menuk sudah selesai memasak, pak Wasis juga melihat kendi yang pecah di depan rumah.
"Nanang dan sari pulang semalam?" tanya pak Wasis.
"iya pak, masih tidur, biarkan saja kasihan mereka mungkin lelah," kata Bu Menuk.
"iya bapak kan cuma tanya, bapak tak sabar ingin punya cucu deh, katanya menyenangkan bisa mengendong cucu dan mengajak mereka bermain," kata pak Wasis.
"ya Allah pak, mereka baru kemarin nikah, ya biarin mereka seneng-seneng dulu, baru memikirkan masalah anak," kata Bu Menuk.
"baiklah aku mengerti Bu, tapi apa salah jika kita menginginkan itu dari anak kita sendiri?" tanya pak Wasis.
"ya tidak atuh pak, sudah ayo sarapan, bukannya bapak harus ke sawah ya lihat padi sudah siap panen atau belum?" kata Bu Menuk mengalihkan perhatian pria itu.
"iya ibu benar, ya sudah sini kopinya, bapak mau sarapan," kata pak Wasis.
kedua adik dari Sari sudah berangkat ke sekolah dengan membawa semua kue yang masih ada setelah pesta.
para tetangga juga sudah di kasih bingkisan sembako sebagai ucapan terima kasih.
Sari bangun dan kaget melihat tangan dari Nanang sedang memeluknya.
dia ingin berlari ke kamar mandi tapi tak bisa, jadi akhirnya tembuslah darah kotor itu.
Sari pun pasrah dan memilih diam, dia ke kamar mandi setelah Nanang melepaskan pelukannya, dia pun bergegas untuk membersihkan dirinya sekalian.
setelah bersih, dia pun melihat ibunya yang sedang mencuci baju, "sudah ibu, biar saya saja yang mencucinya," kata sari.
"sudah kamu masuk saja, temani suaminya, dia pasti kaget saat kamu tak ada di kamar," kata Bu Menuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
wah bahaya nihhh Adelia... punya niat jahat untuk menghancurkan hubungan pernikahan Nanang dan Sari.
2022-09-03
0