"Sayang, kau sudah tiba yah." Ucap seorang wanita tua yang tampaknya begitu modis dengan kebaya modern dan rambut yang tersanggul rapi tidak lupa beberapa aksesoris yang menempel dibadannya.
Oma Cetrine ia adalah ibu dari ayahnya, sementara Opa John adalah ayah dari ayahnya.
Sementara itu tamu yang tidak disukai oleh Jess adalah tante Merri dan paman Dody, tidak lupa mereka juga bersama dengan satu anak mereka Melisa.
"Ternyata ada tamu, selamat siang oma opa." Jawab Jess tanpa menyapa tamu yang sedang duduk berdampingan dengan oma dan opa - nya, begitu pula dengan suara yang terdengar dingin, matanya melirik tidak suka kearah Melisa yang terus memperhatikannya.
"Wah kak Jess, kamu cantik sekali dengan sepatu itu." Puji Melisa yang sebenarnya menyimpan rasa iri, ia menginginkan sepatu milik Jess, Jess tahu itu.
"Tentu." Jawab Jess dengan senyum sinis.
Keluarga dari Melisa adalah kerabat jauh dari ayahnya tapi entah kenapa Jess selalu tidak menyukai akan kehadiran mereka.
"Oma, bagaimana jika aku bersekolah disini bersama dengan kakak Jess." Usul Melisa dengan senyum manis yang mengandung seribu racun.
"Aku tidak setuju, oma aku harap kau bisa menghargai keputusanku." Sanggah Jess dengan cepat.
"Kenapa ?" Tanya Melisa dengan sedihnya, maksudnya dengan ekspresi palsu.
"Karena kau beracun." Ketus Jess dengan nada tidak suka, ahh Jess benar - benar memiliki mulut yang jujur.
"Maaf Melisa, oma tidak mau membuat Jess tidak nyaman. Kau bisa tetap bersekolah di tempatmu saat ini dan kau juga akan lebih dekat dengan keluargamu bukan." Jawab Oma dengan nada tegas, ia tentu tidak mau membuat cucu satu - satunya tidak nyaman dan berujung keributan.
Jessica tersenyum puas setelahnya ia memeluk hangat omanya dan tidak lupa mata elang tetap mengawasi Melisa bersama mama dan papanya.
"Awas kau." Batin Melisa kesal dibuatnya.
"Ohiya, Merri jadi apa yang membuat kalian jauh - jauh kemari ?" Tanya oma Cetrine setelah ia ingat jika keluarga kecil ini belum mengutarakan maksud dan tujuan mereka berkunjung ke mension mereka.
"Ehmm, begini bibi aku kemari ini meminta bantuan." Jawab Merri dengan cepat, dan coba lihatlah wajahnya tidak ada terlihat sungkan atau malu untuk mengatakannya.
"Bantuan apa, jika memungkinkan aku akan dan suamiku dapat membantu." Jawab Oma Cetrine dengan melirik kecil ke arah suaminya, opa John.
"Hmm." Jawab opa John singkat.
"Begini, Melisa sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah menengah pertama, ia membutuhkan laptop dan ipad untuk menunjang kualitas belajarnya." Jelas Merri.
"Kami membutuhkan uang sebanyak seratus juta, bisakah kami memintanya saja ?" Tanya Merri dengan kepala menunduk.
"Meminta." Spontan Jess menirukan satu kata yang keluar dari mulut Merri.
"Astaga bibi, kau tahu untuk harga satu buah laptop dan satu buah ipad tidak sampai seperti itu jumlahnya, kau hanya membutuhkan beberapa juta saja." Protes Jess dengan berterus terang.
"Jess." Tegur opa John, meskipun ia sebenarnya sangat setuju dengan yang dikatakan oleh cucu - nya Jessi tapi ia perlu menghentikan sebelum kalimat - kalimat pedas lain kembali keluar dari dalam mulut cucunya.
"Gadis kecil ini merepotkan sekali." Batin Dody tidak suka.
"Tidak apa Jess, kita tidak akan kekurangan meski memberikan mereka sepuluh kali lipatpu.. Tapi Merri yang dikatakan oleh Jess ada benarnya, aku rasa untuk mendapatkan laptop yang bagus dan satu ipad yang kualitas tinggi tidak akan memakan banyak uang apa lagi sampai seratus juta." Timpal Opa John dengan sekali tarikan nafas, ia sebenarnya tidak masalah tapi mau bagaimanapun Merri dan John seperti memanfaatkan kebaikannya, mereka bahkan tidak sungkan untuk meminta terus menerus dengan nominal yang cukup besar.
Merri dan Dody hanya tertunduk, sementara Melisa ia menatap tak suka ke arah Jessica.
"Kenapa kau terus melihatku seperti itu, apa matamu mau aku congkel." Pertanyaan Jess membuat Melisa jadi salah tingkah ia segera menundukan kepalanya.
"Sudahlah, berikan saja lagi pula seratus juta bukan angka yang besar." Tidak tega akhirnya oma Cetrine memberikan solusi yang cukup menjengkelkan.
"Terima kasih oma." Jawab Merri dan Dody begitu kompak.
"Dasar sampah." Maki Jess dalam batinnya tentu.
"Hmm, baiklah aku akan meminta asisten pribadiku untuk mengurus dana yang kalian minta." Akhirnya opa John hanya bisa patuh pada perintah oma Cetrine.
"Terima kasih oma, opa aku akan bersekolah dengan baik setelahnya aku akan berkerja keras agar kalian semua bangga padaku." Ucap Melisa dengan caper alias ceri muka.
"Hmmm, lakukan lah dengan baik." Jawab opa John dengan senyum tipis.
Jess menatap tak suka ke arah Melisa, ia tidak suka dengan gadis cari perhatian seperti Melisa, cantik tidak pintar juga tidak huft sangat menyedihkan.
"Aku heran sekali dengan paman dan bibi bukannya usaha kalian sudah berjalan dengan baik, bagaimana bisa dengan tidak ada muka datang dan meminta dana pada oma dan opa, kalian sungguh sudah tidak tahu malu." Ketus Jessica sebelum meninggalkan ruang tamu.
Melisa menahan kepalan tangan - nya, sungguh saat ini ia sangat tidak terima atas penghinaan yang ditunjukkan Jessica kepada kedua orang tua - nya dengan begitu terang - terangan, dan ia berjanji akan merebut semua yang menjadi milik Jessica.
Melisa - Melisa entah kenapa ia sampai punya pemikiran dan sifat yang sangat buruk, padahal ia sadar betul apa yang selalu Jessica katakan adalah benar adanya.
Sementara oma hanya menghela nafas, untuk opa John iya hanya duduk dan diam tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.
"Kau terlalu berani Jess, sama seperti mendiang ayahmu." Batin opa John yang terkenang mendiang putranya.
Kamar Jessica.
"Hallo, Anya lu dimana sih ?" Tanya Jessica begitu panggilan telepon terhubung.
"Masih di sekolah Andre, kenapa sih manis suaranya kok galak amat .. rauwwwwr." Goda Anya dengan sengaja, gadis di seberang telepon ini sepertinya sengaja karena paham Jessica sedang kesal.
"Huft, nyebelin." Ketus Jess dan langsung memutuskan panggilan sepihak, setelahnya telepon genggam yang ia pakai langsung lepas.
"Tante Meri dan paman Dody, kalian pikir aku akan melepaskan kalian setelah semua yang terjadi." Batin Jessica dengan mata yang terpejam.
Percakapan - percakapan yang tidak sengaja ia dengar kembali terngiang - ngiang di kepalanya.
"Kau gadis kecil, jika sampai aku menemukan atas keterlibatanmu lihat dan rasakan apa yang akan aku lakukan." Lanjut Jess dengan senyum tipis yang tampak sekilas menghiasi pipinya.
Tok ... tokk suara ketukan membuat mata Jess kembali terbuka sempurna, ia menengok ke belakang untuk melihat di monitor siapa yang datang, ternyata opa John.
"Yah, opa ?" Tanya Jess setelah ia membuka pintu kamarnya.
"Apa opa suday mengganggu ?" Jawab Opa John dengan senyum kecilnya.
"Tidak, apa ada yang ingin dibicarakan ?" Tanya Jess.
"Mengenai keluarga itu, opa harap kau tidak akan melakukan sesuatu terhadap mereka sampai waktunya tiba." Jawab opa John dengan terus terang. Wajah opa John berubah serius sedangkan Jessi ia menatap dingin kearah opa John.
"Tergantung bagaimana mereka bersikap, jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan aku akan segera masuk dan beristirahat karena besok belum hari libur bukan." Jessi lebi memilih untuk menghindar ia segera masuk tanpa menunggu jawaban dari opa John, sedangkan opa John hanya bisa diam tanpa ekspresi setelahnya langsung kembali ke kamar dan beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments