Ini sungguh aneh

"Sudahlah, biarkan saja Rey pergi." Ucap Kyara saat Gerry hendak menghentikan langkah Rey.

Gerry menghembuskan nafas kasar lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Sampai saat ini aku masih heran kenapa Rey selalu bersikap tidak baik pada Yura. Padahal anak itu sungguh ceria dan bisa membuat orang yang berada di dekatnya tertawa sekaligus bahagia karenanya." Ucap Gerry.

"Aku juga tidak tahu. Mungkin saja sikap Rey saat ini adalah turunan dari sikapmu waktu dulu." Sindir Kyara dengan wajah polosnya.

***

Rey baru saja masuk ke dalam kamarnya. Ia berjalan ke arah sofa yang ada di sudut ruangan kamarnya lalu menjatuhkan bokongnya di sana. Rey menyandarkan tubuh kekarnya di sandaran sofa lalu menatap ke arah langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Pembicaraan kedua orang tuanya baru saja terus terngiang di benaknya. Yura, wanita yang sejak kecil selalu mengejar cintanya itu kini sudah tidak tinggal di kota yang sama dengannya. Pantas saja sudah beberapa bulan ia ia tak lagi melihat keberadaan wanita yang ia juluki pengganggu itu di hidupnya.

Entah mengapa saat ini Rey merasakan ada sesuatu yang semakin hilang dari dalam hatinya namun ia tidak mengetahui apa yang membuatnya merasa demikian. Rey menghembuskan nafas kasar di udara lalu memijit pangkal hidungnya yang terasa sakit. Ia terdiam cukup lama di posisinya dengan pemikiran yang terus tertuju pada sosok wanita pengganggu di hidupnya.

"Apa yang aku pikirkan!" Gumam Rey lalu bangkit dari atas sofa. Ia berjalan ke arah lemari kamarnya lalu mengambil salah satu jaketnya dan segera memakainya. Setelahnya Rey pun keluar dari dalam kamarnya.

Kyara yang sedang asik menonton TV bersama dengan Gerry mengalihkan tatapannya pada Rey yang baru saja turun dari tangga. "Rey, kau ingin kemana?" Tanya Kyara seraya menatap penampilan putranya yang sudah rapi dengan jaket yang melekat di tubuhnya. Kyara dapat menebak jika putranya itu ingin pergi saat ini.

"Rey ingin pergi ke apartemen Alfin, Mah." Jawab Rey.

"Ke apartemen Alfin? Kenapa buru-buru sekali?" Tanya Kyara karena tadi Rey tidak mengatakan jika ia ingin pergi malam ini.

"Ada suatu hal yang ingin Rey bicarakan dengan Alfin malam ini, Mah." Jawab Rey seadanya.

Kyara mengangguk saja. Sedangkan Gerry menatap putranya dengan tatapan malasnya karena telah mengganggu aksi mesra-mesraannya bersama Kyara. "Pergilah." Ucap Gerry dengan nada mengusir.

Rey menatap wajah Gerry yang terlihat tidak ramah kepadanya. Dan Rey dapat menebak apa maksud tatapan Gerry saat ini. "Kalau begitu Rey pamit dulu." Ucap Rey.

"Hati-hati di jalan, Rey." Pesan Kyara. Sedangkan Gerry sudah kembali fokus membelai kepala Kyara yang masih berada di dadanya.

Rey mengangguk mengiyakkan lalu segera berjalan ke arah pintu keluar.

"Ada angin apa yang membuatmu datang kemari?" Tanya Alfin seraya melemparkan tatapan menyebalkan pada Rey yang baru saja masuk ke dalam apartemennya.

Rey memilih diam seraya terus berjalan ke arah sofa dan menjatuhkan bokongnya di sana. Alfin hanya bisa dibuat menggeleng melihat sikap Rey lalu ikut menjatuhkan bokongnya di sofa yang berhadapan dengan Rey.

"Jadi?" Alfin menaikkan sebelah alis matanya seraya menatap Rey untuk meminta jawaban. "Jangan bilang jika kau ingin membahas pekerjaan di sini?" Tanya Alfin lagi karena Rey hanya diam saja.

"Aku sedang tidak berminat membahas pekerjaan denganmu." Cetus Rey pada akhirnya.

Alfin tertawa kecil karena berhasil membuat Rey angkat suara. "Apa kau datang karena merindukanku?" Ledek Alfin.

"Cih." Rey berdecih lalu melemparkan tatapan tajam pada Alfin yang tengah meledeknya.

"Kau itu sungguh aneh Rey." Alfin menggelengkan kepalanya lalu mengambil ponselnya yang berada di atas meja.

Rey pun memilih diam seraya menatap Alfin yang kini fokus memainkan ponsel di tangannya.

"Apa kau tahu Rey, sudah dua bulan belakangan ini aku tak lagi melihat Yura aktif di media sosialnya." Ucap Alfin tanpa mengalihkan tatapan matanya dari layar ponselnya. "Lihatlah, bahkan Yura menghapus semua foto-foto dan videonya." Alfin menunjukkan profil akun media sosial Yura ke hadapan Rey. "Sungguh aneh bukan? Karena biasanya Yura selalu aktif memposting setiap kegiatannya." Lanjut Alfin lagi tanpa memperdulikan wajah Rey yang sudah berubah dingin menatap ke layar ponselnya.