SUN 2

Bus yang akan mereka tumpangi telah tiba. Namun, mereka kembali harus menunggu karena tiba-tiba salah satu ban bus tersebut pecah.

"Jika menunggu bus ini diperbaiki, kemungkinan kita akan ketinggalan angkutan kota menuju villa. Apa Anda kuat jika harus berjalan?" Emira bertanya dengan hati-hati.

"Biarpun sudah berumur, tapi saya masih sangat sehat. Kamu tidak perlu khawatir"

"Apa saya boleh bertanya?"

"Apa?" Jawab Emira singkat.

"Kenapa kamu berada di sekitar bukit?"

"Entahlah. Mungkin, karena akan ada seorang lelaki paruh baya yang membutuhkan bantuan, sehingga kaki saya melangkah menuju bukit. Padahal, tadi saya hendak mencari pekerjaan tambahan" Emira tersenyum mengingat perjalanannya hari ini.

"Bukankah kamu sudah menjadi pemandu wisata, kenapa masih ingin mencari pekerjaan tambahan?"

Emira nampak enggan menceritakan hal pribadi kepada orang asing. Namun, ia pikir tidak akan bertemu lagi dengan pria paruh baya yang hampir seharian bersamanya, jadi tidak ada salahnya bercerita. Toh, ia juga butuh teman cerita saat ini. Dan juga, Pak Arsel adalah seorang manajer boy group terkenal yang tidak mungkin punya waktu untuk menggosipkannya.

"Keadaan ekonomi keluarga saya sedang tidak stabil. Saya lelah bekerja, namun dalam sekejap pendapatan saya habis untuk menutupi banyak hal. Itu sebabnya, saya ingin mencari pekerjaan tambahan"

"Apa kamu tidak lelah jika harus bekerja dua kali dalam sehari?"

"Tidak masalah, yang penting saya bisa meringankan sedikit beban keluarga"

"Kamu masih muda dan pekerja keras, saya yakin kamu akan sukses"

Mereka tersenyum bersama, senyuman yang mungkin hanya terjadi hari ini atau mungkin akan ada hari esok. Entahlah, tidak ada yang bisa memastikannya.

Bus melaju dengan cepat setelah selesai diperbaiki, jalanan yang sepi membuat laju bus tidak terasa lama. Emira dan Pak Arsel telah tiba di halte pemberhentian. Dan benar, mereka tidak lagi menemukan angkutan kota di sana.

"Seperti dugaan saya, di sini sudah tidak ada lagi angkutan kota"

"Tenang saja, saya masih kuat untuk berjalan kaki"

Emira menganggukan kepala mendengar jawaban pak Arsel.

"Jadi kamu bukan 'My Spring'?" Pak Arsel memulai percakapan.

" 'My Spring'?" Emira nampak bingung.

"Jangan bilang kamu tidak tahu apa itu 'My Spring', Em" Pak Arsel mengusap wajah dengan kasar.

"Jadi kamu benar tidak tahu?...Ohhh, Em..." Keluh Pak Arsel kemudian.

"Saya tidak tahu bagaimana kamu hidup, tapi usiamu masih muda. Bagaimana bisa, kamu tidak mengikuti perkembangan musik zaman sekarang?" Jika saja lampu jalan yang mereka lalui tidak redup, pasti wajah kesal Pak Arsel terlihat jelas saat ini.

"Saya tidak punya banyak waktu untuk itu"

"Tapi mereka sangat terkenal"

Emira menarik napas berat lalu menghembuskannya, "Saya tahu mereka terkenal dan saya suka beberapa lagu dari mereka, tapi saya tidak tertarik untuk tahu lebih dari itu"

"Baiklah, tapi cobalah menikmati masa mudamu. Jangan sampai kamu menyesal"

Emira hanya terdiam mendengarnya.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri" Ucap Pak Arsel lalu berjalan mendahului Emira.

Ia ingin, bahkan sangat ingin seperti gadis lainnya. Bisa memanjakan diri dengan membeli barang yang disukai atau sekedar ke salon untuk melakukan perawatan, lalu liburan ke tempat yang indah untuk melepas penat karena lelah bekerja, tapi hal itu masih menjadi mimpi baginya. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah bekerja agar bisa menulasi hutang keluarganya.

"Pak..." Panggil Emira yang melihat Pak Arsel memilih jalur kiri, padahal seharusnya jalur kanan yang mereka lalui.

"Kenapa, Em? Saya ingin cepat sampai. Berjalanlah dengan cepat"

"Tapi, Anda salah jalan" Ucapan Emira berhasil menghentikan pergerakan kaki Pak Arsel.

"Kenapa tidak memberitahu sejak tadi?" Pak Arsel memutar langkah, lalu mengikuti Emira.

"Kenapa Anda berjalan lebih dulu?. Padahal tidak tahu jalan" Gumam Emira pelan.

"Anak zaman sekarang sangat terus terang rupanya" Pak Arsel menggelengkan kepala sembari mensejajarkan langkah dengan Emira.

Setelah 20 menit perjalanan...

"Seberapa jauh lagi, Em?"

"Sebentar lagi sampai"

"Ini sudah ke sepuluh kalinya kamu bicara seperti itu, jangan coba berbohong"

"Kita akan sampai dalam lima atau sepuluh menit lagi. Bukankah tadi Anda berkata 'biarpun sudah berumur, tapi saya masih kuat'." Emira mengulang perkataan Pak Arsel.

"Akhir-akhir ini saya kurang olahraga dan sering lembur, wajar jika mudah lelah"

"Sebaiknya, Anda jangan terlalu keras pada diri sendiri" Ujar Emira, lalu berjalan lebih cepat mendahului Pak Arsel.

'Anak itu kembali mengulang perkataanku?. Dia benar-benar berani, tapi juga unik' Monolog Pak Arsel sembari menyusul Emira.

***

Mata Pak Arsel berbinar menatap bangunan di depannya, tidak terlalu mewah namun nyaman.

"Ayo, masuk" Ajak Pak Arsel setelah pintu utama villa terbuka.

"Apa Anda baik-baik saja?. Anda ke mana saja?. Kami sangat khawatir karena ponsel Anda tidak bisa dihubungi" Seseorang menghujani Pak Arsel dengan banyak pertanyaan.

"Nanti saja bertanyanya, ambilkan aku minum. Aku sangat haus" Pak Arsel mengibas-ibaskan tangannya sebagai tanda agar pria tersebut segera melakukan perintahnya.

Beberapa menit kemudian, pria itu kembali datang dengan membawa air mineral, "Anak-anak...Pak Arsel sudah pulang" Ujarnya.

Emira terkejut melihat enam orang yang kini ada di depannya. Mereka benar-benar SUN, wajah mereka sangat bersinar, bahkan nyamuk sepertinya enggan menempel karena takut terpeleset.

'Haruskah aku memotret mereka?. Atau aku harus melakukan siaran langsung di sosial media?. Aku tidak percaya, bisa melihat mereka dari dekat. SUN...boy group yang sangat terkenal ada di hadapanku sekarang. Meskipun aku bukanlah fans mereka, tapi tentu banyak yang iri denganku saat ini' Batin Emira tengah sibuk berdiskusi.

"Ayo, minum. Kenapa melamun?" Suara Pak Arsel menghentikan lamunan Emira.

Para member SUN, seorang pria yang nampaknya seumuran Pak Arsel, dan satu orang pria lagi yang agaknya lebih muda di banding Pak Arsel tengah memperhatikan Emira dengan lekat. Emira merasa terintimidasi dengan tatapan tajam mereka.

"Biarkan dia minum, kalian jangan membuatnya takut" Ujar Pak Arsel yang menyadari ketakutan Emira.

Setelah keadaan tenang, para member SUN dan dua orang pria paruh baya berkumpul menuntut penjelasan atas menghilangnya Pak Arsel serta kehadiran Emira.

"Baiklah, aku akan menjelaskan pada kalian semua. Hari ini aku mengalami kesulitan karena di tipu pemandu wisata palsu. Ini semua salahmu, karena tidak hati-hati memilih Biro Pariwisata" Tunjuk Pak Arsel pada pria paruh bayah yang mengenakan kaca mata hitam.

"Maafkan saya" Sesal pria itu.

"Kau harusnya lebih berhati-hati, untung saja SUN tidak ikut menjadi korban. Apa kalian tahu, betapa cemasnya aku saat tahu Biro Pariwisata itu palsu? Nasib baik aku bertemu Emira".

"Sebenarnya, apa yang kau bicarakan? Biro Pariwisata palsu apa?" Tanya pria bersuara tegas namun berwajah tenang.

"Biro Pariwisata itu palsu, bahkan pemandu wisata mereka menipuku. Sehingga, aku harus mengalami hal menyedihkan hari ini".

"Tapi, hari ini kami jalan-jalan dengan nyaman. Pemandu wisata itu juga memberi kami cindera mata" Ungkap salah seorang member SUN.

"Apa???. Jadi, kalian tetap jalan-jalan meskipun tahu aku menghilang?. Kalian benar-benar kejam" Protes pak Arsel.

"Besok kita sudah harus pulang, kasihan anak-anak jika tidak diberi libur. Padahal, sudah datang ke tempat sebagus ini" Pria paruh baya dengan suara tegas itu kembali bergeming.

"Lantas siapa yang menipu Anda, jika hari ini pemandu wisata dari Biro Pariwisata Aman menemani kami?" Tanya pria yang mengenakan kaca mata hitam.

"Biro Pariwisata Aman?. Bukankah, tadi Anda mengatakan pemandu wisata itu berasal dari Biro Pariwata Awan?" Tanya Emira pada Pak Arsel.

"Arsel....kau salah Biro Pariwisata" Pria dengan suara tegas itu nampak sudah paham dengan kesalahan Pak Arsel.

"Sudah sering aku katakan, kau harus membawa name tag atau semacam alat SOS jika berkunjung ke tempat baru. Ini bukan pertama kalinya kau tersasar dan menghilang" Pria bersuara tegas itu kembali berseru, sementara Pak Arsel hanya tersenyum dengan penuh rasa malu.

"Sekarang, jelaskan siapa dia?" Tanyanya lagi.

"Dia Emira, pemandu wisata yang menolongku. Baiklah, sesuai janji saya akan memperkenalkanmu pada member SUN"

Emira terkejut mendengar penuturan Pak Arsel. Ternyata Pak Arsel benar menepati janjinya 'Setelah ini, apa aku juga akan foto bersama mereka?' batin Emira kembali bersorak.

Meskipun bukan fans SUN, tapi ini pertama kalinya Emira bertemu artis, terlebih mereka adalah boy group terkenal. Setidaknya, Emira bisa memamerkan fotonya bersama SUN pada teman-temannya yang sangat mengidolakan boy group tersebut.

...***...

Happy Reading... semoga readers suka sama ceritanya🖤❤🧡💙💜

Jangan lupa suka, komentar, favorit, vote, dan beri hadiah 🙏🏻😁

Terima kasih😘🤗🙏🏻

Terpopuler

Comments

Nadia Sartika

Nadia Sartika

torrr

2022-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!