Mama Elvira menjadi sangat Risau setelah mengetahui keadaan Daniza yang tengah berbadan dua. Entah Alvin sengaja atau tidak, yang pasti mamanya jadi salah paham dan mengira Alvin yang sudah menghamili Daniza.
"Bagaimana ini? Mau ditaruh di mana mukaku kalau orang-orang tahu Alvin menghamili istri orang?"
Mama Elvira berjalan mondar-mandir di kamar. Kelakuan Alvin benar-benar membuat jantungnya terpompa lebih cepat. Bukannya menerima perjodohan dengan gadis cantik pilihannya, ia malah mendekati istri orang.
"Aku harus tanyakan ini kepada Daniza besok. Jangan-jangan memang benar kalau dia hamil sama Alvin."
Wanita paruh baya itu menghempas tubuhnya di tepi tempat tidur. Padahal pandangannya tentang Daniza sudah sempat berubah dan ia merasa Daniza adalah wanita yang baik karena terlihat berusaha menjauhi Alvin. Namun, penilaian itu sekarang terpatahkan dengan kenyataan yang justru berbanding terbalik.
Ah, mungkin Daniza lah yang telah merayu Alvin. Alvin tidak mungkin semudah itu jatuh cinta dengan perempuan. Begitu pikir Mama Elvira.
*
*
*
Pagi harinya
Daniza sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerja. Pagi ini ia harus datang lebih awal karena akan ada banyak barang baru yang masuk, dan Daniza diberi tugas untuk memeriksa semuanya.
Setelah menyantap sarapan, ia bergegas keluar rumah. Seperti biasa, Daniza akan berjalan kaki menuju butik demi berhemat.
Tanpa disadari oleh Daniza, sepasang mata sejak tadi mengintai dirinya. Mengikuti dari jarak aman dengan mengendarai sebuah mobil.
"Aku harus tahu di mana dia bekerja sekarang."
Senyum licik merekah di bibir merah Alina. Perbuatan Daniza semalam yang menginjak harga dirinya membuat Alina marah dan tidak terima, sehingga berniat untuk membalas dengan mempermalukan Daniza.
"Aku akan membalasmu lebih kejam dari pada perbuatanmu semalam."
Beberapa menit ia habiskan untuk membuntuti Daniza. Hingga akhirnya, sepupunya itu terlihat memasuki sebuah bangunan berlantai empat. Sepasang mata Alina pun membola saat itu juga, setelah menyadari tempat yang baru saja dimasuki Daniza adalah salah satu butik ternama di kota itu.
"Jadi Daniz kerja di sini? Ini kan butik terkenal," gumamnya hampir tak percaya.
Alina menyandarkan tubuhnya. Otaknya mulai memikirkan bagaimana cara membalas Daniza dengan cara yang paling menyakitkan.
*
*
*
Daniza meletakkan tas ke dalam sebuah laci. Ia menatap tumpukan barang yang harus ia periksa pagi ini. Baru saja akan memulai pekerjaan, Karina sudah datang memanggil.
"Daniza, kamu ditunggu Ibu Elvira di ruangannya. Sekarang!"
"Bu Elvira sudah datang?" Daniza sedikit terheran. Sebab biasanya, sang pemilik butik itu datang menjelang siang. Namun, pagi ini justru datang lebih awal dibanding dirinya.
"Iya, katanya ada hal penting yang mau ditanyakan ke kamu."
Kedua alis Daniza saling bertaut. Dalam hati bertanya-tanya alasan dirinya dipanggil oleh sang bos. Sebab seingatnya, ia sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun.
"Ada apa, ya? Kenapa aku dipanggil?" tanyanya agak ragu.
"Aku juga tidak tahu. Ibu Elvira cuma bilang, kalau kamu datang disuruh ke ruangannya."
Daniza mulai gusar. Kedua tangannya saling meremas. Menatap pintu ruangan sang bos saja sudah membuat tubuhnya gemetar.
"Kenapa diam? Cepat masuk, Bu Elvira sudah tunggu kamu sejak tadi."
"Iya, aku akan temui sekarang."
Menarik napas dalam-dalam, Daniza mencoba mengumpulkan keberanian. Kakinya perlahan melangkah menuju ruangan berpintu kaca itu. Begitu memasuki ruangan, tatapan tak bersahabat dari Ibu Elvira seolah menyambut. Membuat sekujur tubuh Daniza meremang.
"Selamat pagi, Bu. Karina bilang, Ibu panggil saya?"
Wanita yang selalu berpenampilan modis itu tak segera menjawab. Malah melayangkan tatapan penuh selidik dari ujung kaki ke ujung kepala. Kemudian terfokus kepada perut Daniza yang masih rata. Ia mendesahkan napas panjang memikirkan benih Alvin yang sedang tumbuh di sana.
"Ada hal penting yang mau saya tanyakan ke kamu!" ucapnya datar.
Hawa dingin seketika menyergap ke seluruh tubuh Daniza. Tangannya mulai berkeringat. Apakah ia telah melakukan kesalahan besar dan akan dipecat?
"Hal apa ya, Bu?" tanyanya takut-takut.
Ibu Elvira bangkit meninggalkan tempat duduknya dan mendekati Daniza. Tatapan menghujam dan menuntut itu membuat Daniza semakin gemetar.
"Apa benar kamu sedang hamil?"
Daniza menundukkan pandangan. Kedua tangannya refleks menyentuh perut. Selama beberapa saat ia terdiam.
"Iya, Bu. Saya memang sedang hamil," jawabnya dengan suara gemetar.
Jawaban yang diberikan Daniza membuat wanita di hadapannya terduduk lemas. Beberapa kali ia mencoba menarik napas dalam seolah sedang kesulitan meraup oksigen. Ia bahkan tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun.
Sedangkan Daniza berdiri terpaku di tempat. Dalam benaknya timbul pertanyaan apakah wanita hamil dilarang bekerja di butik itu?
"Sudah berapa bulan?" tanya Ibu Elvira.
"Tiga bulan, Bu!"
Wanita itu bersandar dengan frustrasi. Ingin marah entah harus kepada siapa. Kali ini hancurlah reputasi keluarganya yang selama ini dinilai orang-orang sebagai keluarga terhormat.
"Alvin! Kamu benar-benar, ya!" gerutunya murka.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
EndRu
haah... dikira anak dari Alvin ya maa
2024-03-24
2
Yogya Gudeg
🤣🤣🤣
2023-09-20
1
Wirda Lubis
lanjut
2023-06-29
0