Hari ini adalah hari pertama Daniza kerja di butik. Dari pagi sampai siang, semua tugas berjalan sangat lancar. Sepertinya tempat kerja baru Daniza kali ini cukup cocok untuk orang yang kurang berpengalaman sepertinya.
Sangat berbeda jauh dengan pekerjaannya menjadi cleaning service yang dinilainya cukup berat, di butik ini tugas Daniza hanya perlu bersikap sopan di depan semua pengunjung. Bersih-bersih juga tidak terlalu melelahkan karena butik ELVIRA tak seluas gedung tempatnya bekerja kemarin.
Daniza sekarang sedang merapikan pakaian di bagian depan. Sesekali ia bersenandung lirih, dan hanya terdengar oleh dirinya sendiri.
"Daniza, setelah ini tolong rapikan bagian gudang ya. Aku dipanggil Ibu Elvira soalnya," ucap salah satu teman Daniza. Daniza hanya mengangguk dengan senyum. Wanita itu langsung pergi setelah berkata begitu.
"Bekerja di tempat ini benar-benar menyenangkan," gumam Daniza. Ia sendiri memang menyukai kebersihan dan kerapian. Namun jujur saja, bekerja menjadi cleaning service agak kurang nyambung untuknya. Daniza banyak melakukan kesalahan. Kurang paham cara memakai alat kebersihan dan geli jika harus dihadapkan dengan toilet ataupun saluran pembuangan.
Meskipun begitu, Daniza tak keberatan melakukan pekerjaan apa pun asalkan tidak ada Alvin.
"Permisi!"
Suara seorang pria yang tidak asing lagi membuyarkan Daniza dari kegiatannya. Wanita itu segera menoleh, dan mendapati Alvin sudah berdiri di dekat pintu masuk.
Lelaki itu tersenyum cerah kepada Daniza. Daniza seketika melotot, dan terpaku di tempatnya berdiri.
"Kak Alvin mau apa ke sini?" Nada suara Daniza tak bersahabat. Membuat Alvin tersenyum miris seraya menyunggingkan sebelah bibirnya.
"Loh kenapa? Memangnya ada aturan yang melarangku datang ke sini?" Dengan entengnya Alvin mengedikkan bahu seraya mengangkat tangan.
Daniza mendesah. Menatap Alvin dengan wajah marah. "Ayolah Kak … biarkan aku tenang dengan pekerjaanku. Mau apa Kak Alvin terus membuntutiku sampai ke sini?"
"Siapa yang membuntutimu?" Lagi-lagi Alvin hanya tersenyum. Kali ini ia gemas dengan tuduhan Daniza.
Aku bukan mau mengikutimu, tapi mau menjeratmu, batin Alvin. Ia menatap lagi Daniza yang semakin merengut ke arahnya.
"Tidak ada sesuatu yang kebetulan, Kak! Kalau Kak Alvin tidak membuntutiku, kenapa Kakak ada di sini? Ah, atau jangan-jangan Kak Alvin sengaja mau membullyku lagi seperti dulu? Apa masih belum puas semua yang Kak Alvin lakukan saat masih sekolah dulu?" Daniza terus membombardir Alvin dengan tuduhannya. Namun, Alvin malah membalasnya dengan kekehan kecil.
Memang ia yang mengatur Daniza bekerja di butik mamahnya, tapi hari ini ia tidak berniat mengikuti Daniza. Alvin datang ke butik Elvira karena ada janji dengan sang ibu.
"Entahlah … mungkin aku memang ingin membullymu, tapi membully dengan cara lain." Alvin tersenyum licik. Misalnya membullymu di atas ranjang, lanjut lelaki itu yang hanya mampu ia ucapkan di dalam hati.
"Apa maksudnya? Tolong jangan seperti ini. Aku benar-benar tidak mau punya urusan apa pun dengan Kak Alvin lagi."
"Oh ya?" Alvin maju satu langkah. Hal itu membuat Daniza mencicit dan langsung melangkah mundur. "Bagaimana jika Tuhan membuat kita saling terikat satu sama lain?"
"Jangan bercanda!" sentak Daniza. Beberapa kali matanya melirik ke segala penjuru. Ia takut Ibu Elvira atau teman kerjanya melihat perdebatan mereka.
Alvin semakin maju. Tubuh Daniza sudah menempel pada salah satu tiang dan posisi mereka nyaris berciuman.
"Alvin!" Suara Ibu Elvira yang keras membuat Alvin menoleh.
"Iya, Mah?"
"Mamah?" Darah di sekujur tubuh Daniza berdesir dalam sepersekian detik. Matanya membola tak percaya. Beberapa saat otaknya terasa linglung.
Mamah? Apa maksudnya semua ini, batin Daniza masih belum mampu mengedipkan mata.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Wirda Lubis
Alvin lucu
2023-06-28
3
Dien
nahkan ..ketahuan km alvin
2023-06-08
0
H I N A T A _ U Z U M A K I
judulnya terjerat cintamu
jiaahhhhh.. hahahaaa
2023-05-06
0