Alvin jadi sering uring-uringan sejak kedatangannya ke rumah Daniza. Perkelahian dengan Revan malam itu membuat Daniza memilih menjauh darinya. Saat bertemu di kantor, Daniza akan berpura-pura tidak melihat. Saat pulangpun, wanita itu akan terburu-buru meninggalkan kantor. Hal ini sudah berlangsung beberapa hari. Alvin benar-benar dibuat kelabakan dengan tingkah Daniza.
Menyandarkan punggung tegapnya di kursi, Alvin menatap keluar jendela. Dari sana ia dapat menikmati pemandangan gedung-gedung tinggi di sekitar kantornya. Namun, pikirannya yang kalut hanya tertuju kepada wanita culun yang kerap ia bully di masa SMA itu.
"Apa aku harus mengurung kamu di gudang lagi supaya kamu mau melirikku?"
Entah mengapa pikiran konyol itu tiba-tiba hinggap di benaknya. Alvin terdiam beberapa saat hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunan. Disusul dengan kemunculan seorang wanita cantik dari balik pintu.
"Pak, saya mau mengingatkan, siang ini ada rapat dengan beberapa investor," ucap sang sekretaris, seraya meletakkan beberapa map di meja.
Alvin hanya melirik wanita itu sekilas. Hari ini ia benar-benar kehilangan fokus. Bayang-bayang Daniza selalu saja terlintas di benaknya.
"Ya sudah, kamu suruh Daniza siap-siap," jawab Alvin, membuat kening sekretarisnya berkerut dalam.
"Daniza?"
Alvin gelagapan. Seketika tersadar saat itu juga. Dalam hati memaki diri karena tak bisa lepas dari bayangan Daniza. "Maksud saya, kamu suruh yang lain siap-siap."
"Oh, baik, Pak."
Wanita itu mengulas senyum tipis sebelum akhirnya meninggalkan ruangan. Alvin kembali bersandar di kursi. Melirik arah jarum jam sambil menghela napas panjang.
.
.
.
Alvin memasuki ruang rapat dengan gagah. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi perusahaan, ia terlihat sangat berwibawa dan kharismatik. Baru saja pria itu akan menyapa beberapa anggota rapat, saat menyadari kehadiran Revan di ruangan itu. Sepasang manik hitam itu menyorot tajam. Ingin sekali Alvin menendang pria tak berguna itu keluar jendela.
Sementara Revan terpaku di tempat saat melihat pria itu disambut dengan penuh hormat oleh para anggota rapat.
Jadi laki-laki ini yang bernama Alvin Alexander? Pemilik Alamjaya Grup? Ah, sial!
Revan merasakan hawa panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Ternyata pria asing yang kerap bersama Daniza bukan orang sembarangan. Bahkan perusahaan Alvin jauh lebih besar dibanding perusahaan milik orang tua Daniza.
"Apa kabar Pak Alvin, saya benar-benar terkejut. Ternyata Alamjaya adalah perusahaan Pak Alvin." Revan mengulurkan tangannya hendak menjabat. Sebuah sikap basa-basi yang membuat Alvin merasa jengah. Ia bahkan tampak tak sudi menyambut uluran tangan Revan, sehingga yang dilakukan Revan hanyalah memasukkan tangan ke saku celana.
"Mari kita mulai rapatnya," ucap Alvin tanpa mengindahkan keberadaan Revan.
Rapat pun dimulai.
Sepanjang rapat berlangsung Revan tidak banyak bicara. Alvin tampil dengan sangat memukau. Lugas, tegas dan impresif.
Entah mengapa hati kecilnya berkata, dirinya tiada apa-apanya jika dibandingkan dengan Alvin.
.
.
.
Revan keluar dari ruangan usai rapat. Saat melewati sebuah ruangan berdinding kaca, pandangannya menangkap sosok Alvin tengah berdiri membelakangi sambil memainkan ponsel.
Sudut bibir Revan terangkat tipis. Perlahan ia mendekat dan berdiri dalam jarak hanya beberapa kaki dari Alvin.
"Ternyata pemilik Alamjaya Grup hanya seorang laki-laki pengecut yang berusaha mendekati seorang wanita bersuami. Saya sangat tidak menyangka." Sesaat setelah menyelesaikan kalimatnya, Alvin terlihat menoleh. Ia menghembuskan napas kasar saat melihat Revan di sana.
"Jadi kamu mendatangi saya hanya untuk menyampaikan omong kosong ini?" ucap Alvin datar.
"Bisa dibayangkan, akan seperti apa reaksi orang-orang kalau sampai tahu tentang hal ini."
Bukannya terpancing, Alvin malah terkekeh mendengar sindiran Revan. Meskipun dalam hati sudah tidak sabar untuk menghancurkan rahang laki-laki itu.
"Bagaimana dengan kamu sendiri? Apa perlu aku ingatkan kalau kamu hanya laki-laki tidak berguna yang suka selingkuh dan perebut harta orang?"
Sindiran pedas Alvin membuat Revan meradang. Kedua tangannya terkepal sempurna di balik punggung.
"Apa dia tahu semua masalahku dengan Daniza?" gumam Revan dalam hati.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Ranung Anatasya
bagus
2024-06-23
1
Wirda Lubis
mampus Revan perebut harta orang
2023-06-28
2
Happy Mom
kyaaaa
2023-06-03
0