Alina berdecak kesal menatap mobil mewah milik Alvin yang baru saja meninggalkan parkiran restoran. Ia benar-benar tersinggung dengan ucapan Alvin tadi. Bagaimana mungkin Alvin lebih tertarik dengan Daniza dibanding dirinya. Selain itu, Alina juga tidak menyangka bahwa reaksi Revan akan seperti tadi.
"Padahal aku cuma mau membuat Revan membenci Daniza, tapi kenapa dia malah terlihat cemburu?" Alina berdecak sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Ia harus cepat menghubungi Revan. Bisa-bisanya Revan membawa Daniza pergi dari restoran tanpa mempedulikan dirinya. "Huh, tidak dijawab.
Wanita itu memilih duduk di sebuah kursi tunggu di depan restoran, lalu berusaha menghubungi Revan lagi.
Sementara itu, mobil yang dikemudikan Revan melaju dengan kecepatan sedang. Sejak meninggalkan restoran, belum ada pembicaraan antara dirinya dengan Daniza. Mobil pun melaju tanpa arah, karena Revan tidak tahu harus membawa Daniza ke mana.
"Siapa laki-laki tadi?" tanya Revan beberapa menit kemudian.
Daniza membuang pandangannya keluar jendela. Ia terlihat enggan untuk menjawab pertanyaan suaminya. "Memang kenapa?"
"Sekali lagi aku tanya siapa laki-laki tadi? Apa dia selingkuhan kamu?" teriak Revan penuh amarah. Perkataan Revan yang terdengar seperti sebuah tuduhan itu membuat Daniza geleng-geleng kepala.
"Padahal kamu yang selingkuh dan merebut semua harta peninggalan ayahku. Bukan hanya itu, kamu membawa selingkuhan kamu itu untuk tinggal di rumahku dan membiarkan dia mengusirku. Padahal kamu tahu aku sedang mengandung anak kamu!" lirih Daniza. "Sekarang kamu marah melihat laki-laki lain, padahal kamu sendiri yang sudah membuangku!"
Revan menghela napas panjang mendengar ucapan pedas Daniza. Tidak ada kalimat pembelaan sedikitpun darinya. Apa yang diucapkan Daniza tadi memang benar adanya.
"Turunkan aku di sini!" pinta Daniza kemudian.
Revan tidak mengindahkan permintaan Daniza. Mobil terus melaju menerobos di keramaian jalan. "Aku akan antar kamu pulang."
"Turunkan aku sekarang juga!"
Karena Revan tak kunjung menepikan mobil, Daniza mengulurkan tangan dan memutar setir ke arah kiri, yang membuat laju mobil sedikit oleng.
"Baik!" Akhirnya Revan mengalah. Ia menepikan mobil sehingga Daniza segera turun dan meninggalkannya begitu saja.
Revan menyandarkan punggungnya dengan hela napas frustrasi. Dirinya pun tidak tahu mengapa begitu marah melihat Daniza dengan laki-laki lain.
Beberapa menit berlalu, Revan mengeluarkan ponsel dari saku blazer setelah merasakan vibrasi beberapa kali.
"Iya, Al."
"Kamu di mana sekarang? Kenapa meninggalkan aku sendirian di restoran?"
Lagi-lagi Revan menarik napas dalam. Bagaimana mungkin ia melupakan Alina dan pergi begitu saja meninggalkan restoran tadi.
"Maaf, Al. Aku akan jemput kamu sekarang."
.
.
.
Sesampainya di restoran, Alina sudah berdiri di teras depan. Wanita itu tampak menekuk wajah dengan dua tangan terlipat di depan dada.
"Maafkan aku, Al!" Revan sengaja memasang wajah melas, tetapi Alina sepertinya benar-benar marah sehingga yang wanita itu lakukan sekarang hanyalah diam.
Ia terus berjalan menuju mobil. Revan yang masih merasa bersalah berusaha membujuk kekasihnya itu.
"Mau lanjut makan di tempat lain? Atau kamu mau ke mall? Mau belanja?"
Alina masih tetap diam. Ia hanya mendengkus lalu masuk ke mobil begitu saja saat Revan membukakan pintu untuknya.
"Untuk apa kamu bawa Daniza pergi?"
"Maafkan aku, Al! Aku mengajak Daniza pergi karena memang ada hal yang perlu kami luruskan," ucap Revan yang kini sudah duduk di kursi kemudi.
Alina menatap pria itu sekilas. Kemudian memejamkan matanya sambil menoleh ke arah jendela.
Tidak bisa dibiarkan, aku harus membuat Revan merasa bersalah agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi, ucap Alina dalam hati.
Revan yang merasa belum mendapat sinyal terus berusaha melunakkan Alina semampunya. Ia menawarkan berbagai kegemaran Alina. Mulai dari belanja baju branded, membeli cincin berlian, liburan, tapi wanita itu tak mau memaafkan Revan begitu saja. hal itu pun membuat Revan menjadi semakin frustrasi. Semua itu sengaja Alina lakukan karena ia memiliki sebuah rencana tersendiri untuk membuat posisinya lebih aman.
Sesampainya di rumah, Revan menarik pergelangan tangan Alina saat wanita hendak masuk ke kamar.
"Maumu apa si, Al? Aku sudah mengakui salahku, sudah membujuk bahkan mengemis maaf darimu? Tapi kenapa kamu terus saja diam seperti anak kecil begitu?" kesal Revan. Tatapannya pria itu berubah agak marah. Jelas ia tak terima diabaikan sedemikian rupa sedangkan salahnya tidak seberapa.
"Kau mau tau mauku apa?" Alina berbalik. Tangannya terlipat di depan dada. Matanya memicing sinis seolah menganggap Revan barang remeh.
"Hmmm. Katakan saja apa maumu!" ujar lelaki itu. Alina tersenyum. Tampak getir saat Revan memandangnya.
"Aku mau, kamu ceraikan Daniza saat ini juga!"
Deg.
Revan menatap Alina tanpa berkedip. Entah kenapa permintaan Alina terasa berat untuk dijalani. Padahal, dulu Revan memiliki pikiran dan tujuan sama seperti keinginan Alina saat ini.
"Ceraikan dia saat ini juga! Baru aku percaya bahwa kamu masih mencintaiku seperti dulu," ulang Alina sekali lagi.
Punggung Revan seperti tertimpa dua batu besar. Bahkan untuk sekadar berjanji bohong saja ia merasa tidak mampu.
"Maaf Al, untuk saat ini aku belum bisa menceraikannya."
"Kenapa? Bukankah ini adalah bagian rencana kita sejak awal? Kamu akan membuangnya setelah kita mendapatkan apa kita mau?" tuntut Alina. Ia mengingatkan segala rencana awal mereka jika Revan benar-benar lupa dengan tujuannya.
"Bukan begitu, Al! Aku belum bisa menceraikan Daniza karena dia sedang hamil. Bagaimanapun juga ada anakku di dalam perutnya."
Plakk!
Suara tamparan Alina menggema. Revan membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang ia dapatkan baru saja.
"Al!" Pancaran kemarahan terlihat jelas di mata Revan. Tak menyangka Alina mampu melayangkan sebuah tamparan kepadanya.
"Cukup, Revan! Aku sudah muak dengan omong kosongmu! Kamu peduli sama Daniza, tapi kamu sama sekali tidak peduli dengan aku … lalu apa artinya kebersamaan kita selama ini!" maki Alina. Ia lantas masuk ke kamar setelahnya.
Revan terpaku menatap punggung Alina yang baru saja menghilang di balik pintu. Ia pun tidak tahu mengapa hatinya bisa seberat ini saat Alina meminta dirinya menceraikan Daniza.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Harto Wongsosumarto
duh mulai kacau noveltoon
2023-08-13
2
Harto Wongsosumarto
tidak mungkin dengan mudahnya mengalihkan harta orang walau itu istrinya.
2023-08-13
0
Dandelion
otw menderita si revan...hhh
makan tuh cinta si Alina..smoga si revan cpt bercerai dgn daniza,biar daniza cpt bhgia dgn alvin...
2023-07-06
0