Sejak diusir dari rumahnya sendiri, hidup Daniza serba sulit. Ia menyewa sebuah rumah sederhana dengan berbekal hasil menjual cincin pernikahan pemberian Revan. Sisanya masih cukup untuk keperluan sehari-hari. Daniza pun harus berhemat sebisa mungkin.
Pagi ini Daniza terbangun lebih awal dari biasanya. Rencananya ia akan melamar kerja ke sebuah perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan untuk posisi Cleaning Service. Daniza yang hanya memiliki ijazah SMA pun berniat memasukkan permohonan kerja.
Setidaknya, dengan bekerja ia dapat menghidupi dirinya sendiri.
Daniza sudah duduk di depan sebuah ruangan dengan sebuah map di pangkuannya. Ia melirik beberapa wanita berpenampilan menarik yang duduk di sebelahnya.
"Kenapa aku sendiri yang jelek?" ujarnya dalam hati.
"Daniza?" Sapaan itu membuat Daniza menoleh. Ia melirik seorang pria yang terasa tidak asing. Spontan saja bola matanya membulat, saat menyadari siapa yang ada di sana.
"Kak Alvin?" Ia memandang pria di depannya tanpa berkedip. Setelan jas rapi beserta rambutnya yang klimis membuat Daniza hampir tak mengenali bahwa pria itu adalah Alvin, laki-laki yang membuatnya menyimpan banyak kenangan buruk di masa lalu.
Sama halnya dengan Daniza, Alvin pun tak percaya bahwa wanita yang ada di depannya adalah Daniza. Wanita yang beberapa hari lalu diam-diam meninggalkan apartemennya. Alvin memandangi Daniza tanpa berkedip. Walaupun predikat culun dan kampungan masih melekat kuat dalam dirinya. Namun, di mata Alvin Daniza memiliki kecantikan tersembunyi yang tidak banyak diketahui orang lain.
"Kamu sedang apa di sini?" Sepasang mata Alvin tertuju pada map coklat yang dipegang Daniza. Jelas ia penasaran dengan apa yang dibawa oleh perempuan itu.
"Aku ke sini untuk—" Daniza membeku, bibirnya terasa kelu dan kaku. Rasa gugup dan malu pun bercampur jadi satu. "Aku mau melamar kerja," lirihnya pelan sekali, tapi masih dapat didengar jelas oleh telinga Alvin.
"Melamar kerja, apa aku tidak salah dengar?"
Untuk kedua kalinya Alvin dibuat terkejut oleh pertemuan tak terencana itu. Jika beberapa hari lalu kabur dari rumah di tengah derasnya hujan, sekarang malah mau melamar kerja.
"Iya, Kak," jawabnya singkat.
"Untuk posisi apa?"
Daniza menundukkan kepalanya, malu. Sorot matanya hanya tertuju pada map di pangkuannya, dengan pikiran yang dipenuhi tanda tanya, sedang apakah Alvin di sana? Mengapa harus bertemu lagi dengan pria jahat itu?
"Aku lihat di iklan kalau perusahaan ini membutuhkan tenaga kerja untuk bagian Cleaning Service. Makanya aku mau mengajukan lamaran."
Jawaban Daniza membuat Alvin terbelalak. Melihat latar belakang keluarga Daniza, rasanya tidak mungkin jika wanita itu mau menjadi seorang petugas kebersihan.
Tunggu, apakah Daniza melamar kerja ke perusahaan untuk menjadi mata-mata? Pikiran konyol itu sempat terlintas di benak Alvin.
"Cleaning Service? Kamu yakin? Bukannya ayah kamu punya perusahaan yang cukup maju?"
Melihat raut wajah Daniza yang tiba-tiba terlihat sedih, Alvin dapat menebak dalam hati bahwa telah terjadi sesuatu yang besar dalam kehidupan Daniza.
"Tidak lagi, Kak," lirih Daniza. Sepasang matanya mulai berkaca-kaca.
Alvin memilih duduk di sisi Daniza dengan menyisakan satu tempat kosong di tengah. Sorot matanya meneliti wanita itu dari ujung kaki ke ujung kepala.
"Memangnya apa yang terjadi?"
Daniza tidak tahu harus menjawab apa. Dulu saja saat dirinya adalah anak orang terkaya, Alvin masih berani menjahatinya. Apa lagi sekarang saat Daniza tidak memiliki apa-apa?
"Maaf, kalau soal itu aku tidak bisa jawab."
Alvin menatap penuh curiga. Ia adalah tipe pria yang tak mudah percaya terhadap orang lain. Sekarang ia yakin Daniza ingin menjadi mata-mata di perusahaannya dengan berkedok cleaning servis. Alvin pikir harus berhati-hati terhadap Daniza.
Beberapa menit terjadi kebisuan di sana. Daniza memberanikan diri menatap Alvin. "Apa Kak Alvin bekerja di sini?"
Sontak Alvin mengerutkan keningnya. Bagaimana bisa Daniza melamar kerja di sebuah perusahaan, tapi tidak tahu siapa nama CEO di tempat ini? Ingin rasanya Alvin tergelak saat itu juga.
"Iya. Aku kerja di sini."
"Kak Alvin bagian apa?" Ia bertanya basa-basi. Melihat dari setelan pakaian Alvin, sudah pasti pria itu menempati posisi yang cukup penting.
"Sebenarnya aku ad—" Alvin tiba-tiba menghentikan ucapannya. Sepertinya tidak seru jika ia mengakui posisi yang sebenarnya. "Aku bagian humas di sini." Alvin tersenyum simpul, lalu menajamkan atensinya pada Daniza kembali.
Sial sekali, kenapa dia harus bekerja di sini? Kalau aku diterima, jangan-jangan aku akan dibully seperti dulu.
"Bagian humas?" Dahi Daniza berkerut tipis. Ia pikir kalau Alvin bagian humas, tentunya mereka tidak perlu sering-sering bertemu. Wanita itu nyengir. Menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi dan bersih.
"Hmmm. Sebenarnya aku bisa menerima kam—" Alvin sontak meneguk ludah karena hampir keceplosan. "Maksudnya merekomendasikan kamu ke bagian HRD, kalau kamu mau."
Detik itu juga bola mata Daniza berbinar. Mungkinkah Alvin tidak sejahat saat SMA lagi, sehingga mau membantunya untuk diterima bekerja.
"Benarkah?"
Alvin mengangguk.
"Tapi untuk itu ada syaratnya."
Daniza langsung lemas dibuatnya. Ternyata Alvin tidak sepenuhnya berubah. Untuk membantu pun ia masih mengajukan sebuah syarat.
"Syarat apa?" Ragu-ragu Daniza bertanya.
"Temani aku minum teh di kafe."
Rahang Daniza terbuka lebar mendengar permintaan itu. Apakah Alvin sedang merencanakan sesuatu yang jahat? Daniza benar-benar harus berhati-hati.
"Tapi tidak bisa sekarang, Kak. Aku sedang menunggu giliran tes wawancara." Daniza menunjuk ruangan berpintu kaca, tempatnya sedang mengantre bersama beberapa pelamar lain.
"Tidak apa-apa. Nanti aku bantu bekerja di sini tanpa harus melalui tes wawancara."
Daniza terdiam sambil menimbang dalam hati tawaran Alvin kepadanya. Sebenarnya ingin menolak, tetapi ia sangat membutuhkan pekerjaan. Uang yang ia miliki tak lagi cukup untuk bekal hidup.
Tak punya pilihan lain, Daniza pun menyetujui ajakan Alvin. Terlebih, di saat sulit seperti sekarang ini cukup susah untuk mendapatkan pekerjaan dengan hanya berbekal ijazah SMA.
.
.
.
Alvin belum dapat mempercayai pendengarannya sendiri setelah mendengar kisah hidup Daniza. Manik hitamnya menatap penuh selidik, seolah mencari tanda kebohongan di mata wanita itu. Namun, yang ia temukan hanyalah kesedihan yang semakin lama semakin terlihat jelas.
Alvin masih terkejut. Daniza yang dipikirnya masih lajang ternyata sudah menjadi milik orang lain. Namun, ia tak menyangka bahwa wanita Daniza mendapatkan seorang suami seperti Revan.
"Jadi suami kamu selingkuh sama sepupu kamu sendiri?" tanya Alvin, masih dengan raut wajah tak percaya.
Daniza mengangguk seraya menyeka air mata dengan selembar tissue. Belum kering luka hatinya setelah pengkhianatan Revan, ia harus menerima kenyataan bahwa suami yang begitu dicintainya itu telah merebut seluruh harta peninggalan orang tuanya.
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Seluruh harta ayah sudah dialihkan atas nama Mas Revan tanpa sepengetahuanku."
Alvin ikut meradang. Rasanya ingin melayangkan kepalan tinjunya ke wajah laki-laki itu. Diakui oleh Alvin sendiri bahwa dirinya bukanlah pria baik, namun bertindak sejauh itu sama sekali tidak terpikir olehnya.
"Kamu tenang saja. Aku akan bantu kamu sebisaku." Alvin menatap wajahnya lekat. "Oh ya, kenapa tidak kamu gugat cerai saja suami kamu itu? Untuk apa kamu bertahan dengan seorang suami tidak berguna seperti dia?"
"Aku tidak bisa menggugat cerai Mas Revan."
"Kenapa tidak bisa, Daniz? Kamu tidak bahagia, kenapa harus bertahan?"
"Karena aku sedang ...." Ucapan Daniza terputus di udara. Terasa berat saat hendak mengatakannya.
"Kamu kenapa?" tanya Alvin penasaran.
"Aku sedang hamil."
Sepasang manik hitam Alvin melebar mendengar penuturan Daniza. Sendok di tangannya terjatuh begitu saja.
"Hamil?"
Respon Alvin sangat terkejut seolah Daniza adalah perawan yang hamil di luar nikah. Bodohnya ia lupa bahwa status Daniza adalah seorang istri. Jelas kemungkinan hamil itu pasti ada.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Sulis Tyawati
mustahil bgt ank org kaya g punya tabungan,, g punya investasi. jd semiskin miskinnya..,,
2025-01-13
0
Katherina Ajawaila
nasip nya jelek amat ya thour
2023-09-05
3
Wirda Lubis
Alvin bantu danix kasihan dia
2023-06-28
0