"Ini gimana?!" paniknya dengan suara bergetar, ia mencubiti dan memukul-mukul lengan pemuda itu. Sementara Wira sendiri seperti tak ingin membuang kesempatan ini, ia memeluk Ganis erat dan menyesap aroma tubuh yang sudah sekitar 7 bulan sangat ia rindukan. Ganis kesayangannya seperti tiba-tiba hilang dari kehidupannya. Separuh nyawanya diambil dalam sekejap mata.
...----------------------...
Backsound : Rossa--Cinta Dalam Hidupku.
"Ganis!!!"
Langkahnya seperti melayang, entah itu berpijak atau tidak, rasanya raga Wira seperti tak bernyawa saat mengetahui kabar jika istrinya adalah salah satu korban dari ke 33 korban kecelakaan bus pariwisata naas itu. Kontrak kerja sama distro-nya dengan brand ternama sampai ia tinggalkan tanpa kepastian hanya untuk segera menyusul Ganis ke Pangalengan.
List Rombongan Bus II
1.---
2.----
skip
Rengganis Kamania kelas 11 IPS 3
dst.
"Nat, Ganis kecelakaan. Gue udah telfon mama sama papa. Mereka langsung otewe dari Jakarta!"
Tuutt...tuut !
"Gem!"
"Bank--sadh!!!" Wira menyambar jaket dan keluar dari ruangannya, tapi langkahnya terhenti, saat para pegawai di distronya menatap menengadah pada layar 24 inch yang terpasang di atas dekat manequine. Menampilkan seorang pembaca berita pria berjas lengkap dengan berita kecelakaan bus pariwisata.
Deg!!
"Ganis?!" gumamnya lirih, hatinya ikut hancur bersama hancurnya badan bus.
"Ibro!! Cancel meeting!"
"Urus distro, gue cabut Pangalengan!"
Tapi apa yang ia dapati, Ganis koma dengan keadaan yang sudah tak utuh lagi, ingatannya hilang, mereka kehilangan pir. Kondisi Ganis dengan banyak alat yang terpasang di badannya saat itu membuat sebagian kewarasan Wira hilang, jika keluarga Ganis dan keluarganya tak segera membawa Wira kembali.
Ia rapuh, ia lemah! Wira terpuruk!
Hampir selama seminggu yang ia lakukan hanya mabuk-mabukan dan mengkonsumsi obat anti depresan secara sembarang. Sampai Gemilang datang, meminta ijin memindahkan Ganis ke Bandung karena biaya rumah sakit sudah membengkak.
"Nat," Gemilang masuk ke dalam kamar Wira, ditatapnya kamar yang biasa Ganis ikut tempati, Gemilang tersenyum tipis, rupanya adik manjanya ini doyan berselfie, sampai dinding kamar seorang lelaki modelan Wira penuh dengan potret Ganis. Tapi sayang kamar ini jadi berantakan, apek dan gelap. Bahkan lelaki yang notabenenya adalah adik iparnya ini tampak lusuh, kusam, dengan rambut acak-acakan sedang mencapit batang tembakau dan memegang leher botol.
"Jack Daniel, hm!" gumam Gemilang.
"Ada perkembangan tentang Ganis?" tanya Wira menyingkabkan gorden kamarnya, mungkin malu oleh Gemilang.
"Nat, gue mau to the point aja! Belum ada perubahan dari Ganis, dokter cuma bilang membaik--membaik tapi nyatanya Ganis masih gitu-gitu aja, papa sama mama mutusin buat mindahin Ganis, Nat. Kesini, ke Bandung!" Gemilang menyingkirkan plastik roti bekas entah sudah berapa hari kamar ini tak dibersihkan, lebih mirip sarang tikus atau mungkin sarang jin ivritt.
"Rumah sakit mana?" tanya Wira menyugar rambut lepeknya, ia sampai lupa berapa hari ia tak mandi.
"Rumah," jawabnya singkat, kening Wira bukan lagi mengkerut.
"Rumah loe bilang?" ia mengulang kembali pernyataan Gem.
"Biaya sudah membengkak, rumah di Jakarta juga sudah dijual. Bukan kita ngga sayang Ganis, tapi kita mau coba berobat jalan aja mungkin, seenggaknya bisa memangkas biaya kamar rawatnya," Gemilang memainkan barang favorit Ganis si pensil ajaib berbulu, tak tau bulu kucing atau bulu ketek yang bahkan masih ditaruh di atas meja Wira.
"Enggak!" tolak Wira tegas.
"Ganis istri gue Gem, sorry selama seminggu ini gue ga ikut andil, malah membleh gini. Harusnya gue yang tanggung jawab atas Ganis, Ganis tetep disana sampai sembuh, urusan biaya biar jadi tanggung jawab gue Gem. Pokoknya gue minta sama lu, jangan pernah ada yang mindahin Ganis tanpa seijin gue! Nanti gue yang urus kesana bawa ibu sama Indi," jawabnya tegas, Wira mulai membuka kembali ponsel dan beberapa catatannya, ternyata begitu banyak notifikasi.
Akhirnya Wira kembali bangkit demi pengobatan dan biaya hidup ibu, adik, dan Ganis.
Tulangnya kembali remuk redam melihat Ganis seperti mayat hidup, menatap asing Indi (adik) dan ibu Wira saat menjenguk Ganis di Jakarta selepas sadar, Ganis bertanya, "maaf ini tetangganya mama ya?"
Beberapa kali ia sempat menampakkan diri di depan Ganis, tapi gadis itu tak menunjukkan rasa kenalnya pada Wira, bahkan sorot mata cinta Ganis berubah jadi tatapan seorang yang asing untuk Nata Prawira.
...----------------...
"Vanilla citrus, favorit kamu.." bisik halus Wira masih enggan melepas Ganis, padahal gadis ini sudah tak enak diam.
"Wira! Ini gue pipis ih!" jerit Ganis mencoba mengurai pelukan.
"Terus? Mau pake d@l4m an aku?" tanya Wira terkekeh.
"Ngaco!" omelnya memekik.
Ia kembali merengut, "ini muka gue mau ditaro dimana? Malu banget kan!" dumelnya tersedu-sedu.
"Gue ga mau di grebek warga! Hayuk atuh ke OASIS, pak Ahmad udah nungguin," sewotnya berapi-api, untung saja tak mengeluarkan api dari mata dan mulutnya.
"Ya udah, kita ke kolam sekarang. Apa sedikit pun ga ada yang kamu inget Nis tentang aku?" tanya Wira memastikan.
"Ga inget," jawabnya singkat menyisakan sesenggukan dan nafas yang tersendat-sendat, sedang tangan Ganis masih mencengkram kuat jaket Wira.
"Aku tau, kamu udah sadar kalo kamu itu amnesia Nis, aku tau kalo akhir-akhir ini ingatan tentang kita mulai kembali. Tapi kenapa kamu nolak buat mencoba inget aku?" tanya nya, tatapan Wira tak pernah serapuh itu. Tak pernah ia memperlihatkan sisi lemah pada siapapun selain ibunya.
"Wira ini aku pipis loh! Lagian ini udah telat ke kolam, aku ga mau sampe alpa, sayang uang yang udah dibayar! Tau gitu aku beliin..."
"Lumpia basah? Susu strawberry dingin? Atau cireng isi?" tebak Wira menyebut sederet makanan yang biasa Ganis beli saat keduanya bersama.
Ganis hanya bisa mengerjap tanpa berkata-kata, "Wira, please!" sorot mata Ganis memohon, sudah berapa kali ia meminta Wira untuk segera pergi, selain dari aura rumah kosong ini yang menakutkan, rasa tak nyaman dibawah sana juga menjadi alasannya. Mereka tidak masuk hanya berada di halamannya saja, tapi Ganis memang se penakut itu.
"Oke," Wira mengalah, mengajak Ganis kembali menuju motor. Gadis itu mengikat jaketnya di pinggang.
Sepanjang jalan mereka hanya diam, tak terlibat obrolan apapun. Sampai berada di depan parkiran pun, Ganis segera turun seakan tak ingin berada lama-lama bersama Wira.
"Reputasimu di sekolah yang bikin aku menolak untuk berusaha mengingat seorang Wira!" ucap Ganis sambil berlalu meninggalkan Wira.
"Ganis!!! Lu kemana aja, lama!" omel Rindu sudah basah kuyup mengajak Ganis duduk di salah satu tempat bersama beberapa teman sekelasnya.
"Macet, gue ganti baju dulu Ndu!" Ganis sempat menoleh pada Wira yang baru saja masuk.
"Oooo, ada apa nih?! Berangkat bareng bray?" tanya Raja.
"Hm," balas Wira duduk santai di salah satu gazzebo yang dipenuhi oleh anak laki-laki, dimana letaknya dekat dengan anak perempuan kelasnya, mungkin bagi gadis-gadis macam Yola, mereka sengaja ikut agar bisa melihat para cowok toples dada sepaket menilai badan siapa yang paling bagus, tapi tidak dengan Ganis.
Meskipun pakaian renangnya lebih tertutup dari yang lain, tapi tak mengurangi lekukan tubuh Ganis, semacam inner beauty atau apalah mimin ga mudeng guys! Intinya kalo dari sononya udah cantik mah auranya juga beda, mau ditutup pake kardus sekalipun tetep keliatan bo hay.
Ganis keluar dari kamar ganti, menggerai surai panjang yang terkesan bergelombang di bagian tengah ke bawah, padat berisi pas di tempat-tempat yang memang menjadi aset seorang wanita. Gelang kaki tak terlalu mencolok melingkar cantik di pergelangan kaki putihnya.
"Nis! Lapor dulu, sekalian pemanasan sama pak Ahmad!" intruksi Damar, gadis ini mengangguk menghampiri pak Ahmad.
"Ganis emang geulis euy!"
"Heu! Hafal aja kalo yang cantik mah!"
"Cantik-cantik manja gitu,"
Wira sebenarnya panas dengan obrolan teman-temannya yang sejak tadi pandangan mereka tak lepas dari Ganis, tapi ia tak mungkin mengikuti dan mengawasi mereka.
"Ekhem!" Ia berdehem seraya membuka seragam miliknya.
"Eh Ra, engga cuma becanda!"
Anak-anak slebor tau jika Rengganis Kamania haram mereka kecengin, karena mereka tau jika si legend ini mengincarnya, itulah yang mereka tau. Entah memang benar-benar suka atau hanya sekedar ingin bermain-main saja tanpa hal serius contohnya cinta.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ismi Azizah
ya Allah udah nangis se jadi" nya... malah sama mbk yu di kasih bulu ketek 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-05-27
1
lestari saja💕
sedih yaaa
2023-02-21
0
𝕾𝖆𝖒𝖟𝖆𝖍𝖎𝖗
Nelangsanya seorang Wira
2022-11-03
1