Ganis tergesa menyiapkan pakaian, handuk beserta alat mandinya.
"Aduhhh! Lupa gue!" ia menggigiti kuku tangannya, kenapa bisa sampai lupa jika hari ini ia ada pelajaran olahraga, dan itu berenang.
"Bang Gem! Anterin Ganis dong bang!" teriaknya sementara kedua tangannya sibuk melipat dan memasukkan keperluan. Mata Gemilang bahkan belum sepenuhnya terbuka, ia mengeluarkan satu batang tembakau berfilter dari tempatnya dan mencoba menyalakan sambil menggaruk-garuk permukaan kulit pa ha dari balik celana hawainya.
"Hoamm!" mangapnya kaya singa menguarkan nafas surgawi yang bisa bikin burung mati mendadak.
Rambut semrawut bahkan belek saja masih menempel di mata, tapi adiknya sudah berteriak-teriak. Semalam ia kerja rodi sampai pukul 2 mengerjakan tugas dari dosen sadis.
"Apa sih, abang baru bangun!" jeritnya tak kalah kencang dari lantai bawah ingin menuju kamar mandi.
Tak--tak--tak,
Bukan stilleto ataupun selop, tapi suara sendal hotel bertuliskan Santika, tak tau dapat nyolong atau memang merchandise yang selalu diambil seusai bermalam di hotel, pokoknya di rumah ini ada beberapa pasang sendal itu.
"Abang buru ih! Pelajaran pertama dirubah jadi Ekonomi, nanti Ganis mau renang! Ini udah telat ih, anterin buru!" ngototnya memaksa.
"Abang ke kamar mandi dulu, baru juga bangun! Ga liat nih belek masih setia nempel kaya ga mau pisah?!" ujarnya memperlihatkan.
Ganis malah mendorong sang kaka, "jorok!! Udah ga usah pake acara bo_ker dulu sambil roko'an, lama! Lagian apaan sih pada suka roko'an sambil ngeden!"
"Sini!" Ganis menarik tangan kakaknya hingga ia sendiri terbawa.
"Nis! Ih, janji ga lama deh! Lagian papa kemana?"
"Mau ngerjain orangtua?!" sentak Ganis, disini Ganis adalah ratu setelah mama, semua ucapan dan permintaannya patut diikuti jika tidak jurus menangis dari bungsu terdzalimi pasti akan jadi drama sehari penuh, full tanpa potongan episode.
"Aduhhh, ya Allah tobat gue mah!" pasrah Gemilang badan buta-nya ditarik Ganis ke kamar mandi.
"Sini!" Ganis merebut rokok dari tangan Gemilang.
"Eh! Mau diapain?!" dengan teganya Ganis langsung membuang batangan rokok bahkan baru ia sesap 2 kali ke bawah lantai kamar mandi dan menyiramnya dengan air.
"Astagfirullah!" wajah memelas minta dikasih infaq Gemilang. Giliran didzalimi saja baru istigfar.
"Pagi-pagi tuh dikasih yang sehat-sehat bukan malah ngasih toxic!" dumel Ganis tak melihat wajah memelas sekaligus syok abangnya, ia langsung meraih gayung dan menyiramkan di wajah Gem seperti ibu yang membasuh wajah anaknya.
"Nis oyyy! Adek sableng!" teriak Gemilang. Jika bukan adik kesayangannya mungkin Ganis sudah ia cekik sampai mati.
Ganis menyambar sikat gigi Gem dan mengolesi dengan pasta gigi sejuta umat, bukan pasta gigi dengan harga jutaan milik keluarga Beckham. Saking buru-buru, tuh pasta sampai berantakan di sikat gigi.
"Nih! Biar ngga bau ji gong!" gadis yang sudah siap dengan tas gendongnya ini menyodorkan sikat gigi itu, Gemilang benar-benar angkat tangan, angkat kaki, angkat segalanya dengan tindakan Ganis.
"Nis, abang ga kuat pingin bo ker! Bukan pingin disuruh gosok gigi,"
"Abang, Ganis bisa dihukum kalo telat! Buruan atuh ih, mau pesen ojol sayang uangnya. Mendingan manfaatin sumber yang ada aja!" jelas Ganis, seketika wajah Gem masam seperti keteknya.
"Maksudnya abang?" Ganis mengangguk, "buru ah! Ganis nunggu disini!"
"Bener ya? Jangan jijik kalo abang kentut terus ada suara-suara nikmat?!" tantang Gem.
"Iya!" angguk Ganis, hanya melangkah sampai depan pintu toilet, Gemilang tersenyum devil. Ganis sudah membuat paginya suram, maka ia akan membalas adik usilnya ini.
Gemilang menutup pintu, "jangan jijik ya Nis, abang bo_kernya berisik loh! Kaya lagi tawuran,"
"Iya ah cerewet!" dumel Ganis. Benar saja suara-suara khas orang buang hajat terdengar. Awalnya membuat Ganis bergidik, memang adik kaka ini sedekat itu, disaat masa remaja orang lain ditemani kedua orangtua, Ganis hanya berteman Gemilang dan enin-nya alias nenek mereka yang 2 tahun lalu meninggal dunia. Sementara mama dan papa-nya berada di Jakarta. Kemudian Ganis memiliki ide lebih brilian, mengingat ini sudah pukul 6.45 wib dan ia benar-benar terlambat.
Buk!
Pintu kamar mandi dipukulnya, membuat Gemilang tersentak dari nikmat paginya.
Buk..buk..buk..buk!
Ganis terus saja memukul-mukul pintu kamar mandi, membuat Gemilang jadi tak nyaman untuk melanjutkan acara kencan dengan sang toilet karena suara bising Ganis, gadis ini pun tak sungkan berteriak-teriak seperti di hutan menyanyikan lagu korea seolah sedang konser ditemani suara bertalu pintu kamar mandi.
"Ganis!!!! Berisik!!"
"Biarinn!! Yang penting abang cepetan keluar!" alhasil Gemilang menyerah dengan kelakuan magic Ganis.
Pintu kamar mandi terjeblak membuka, menyuguhkan wajah Ganis yang tengah nyengir lebar menampilkan gigi rapinya.
Gemilang membuat gerakan seperti ingin mencekik Ganis, gue cekek juga nih!" Ganis tertawa terbahak. Sepanjang jalan ekspresi berbeda ditunjukkan kedua adik kakak ini.
Motor matic Gem sampai di depan gerbang, wajah masam Gem masih terpampang jelas membuat Ganis memegang perutnya karena ngilu terus tertawa.
"Abang ganteng deh!" Ganis mengedipkan sebelah mata pada kakaknya sambil cekikikan.
Ia merogoh saku seragam di balik swetter pinknya.
"Nih!" ia menjiwir lembaran uang abu menampilkan wajah bapak M. Hoesni Thamrin yang ternyata satu ekspresi dengan Gemilang.
"Tuh kan sama ekspresinya! Nih, buat gantiin rokok tadi, awet-awet ya!" ucapnya terkikik.
"Dah abang!" teriak Ganis menjauh sambil tertawa menyingkabkan ujung rambut yang sempat terbang ke pipi.
"Bang Gem! Tuh odol masih nempel!" pekiknya menunjuk sudut bibir, membuat Gemilang segera bercermin di kaca spionnya, dan benar saja busa pasta gigi masih menempel dan sudah sedikit mengering di dekat mulutnya.
"Cimvrittt, Ganis!!!!" jeritnya membuat si gadis malah memeletkan lidah.
"Bang Gem," Gemilang mendongak, mendapati Nata di hadapannya.
"Nat, buruan lah lu bikin si bocah inget! Gue dikerjain mulu sama bini lu!" Wira mengulas senyum tipis, "dikerjain apa lagi sama Ganis, bang?"
"Masa rokok gue disiram dia di kamar mandi pas mau bo ker, gue ditarik-tarik suruh nganter nih bocah mana odol masih nempel lagi!"
Ada tawa tak bersuara dari Wira, mendengar penuturan Gemilang, tentang keusilan Ganis.
...----------------...
"Hay guys!" Ganis langsung mendudukkan pan tatnya di bangku.
"Ikut renang?" tanya Rindu, ia menatap Ganis ingin tau.
Ganis mengangguk, "ikut. Kemaren diijinin mama,"
"Nis," wajahnya ambigu, setelah mendapat penjelasan Damar, kok rasanya ia ikutan dilema. Padahal Ganis saja yang mengalaminya biasa-biasa aja, iyalah biasa! Wong dia amnesia.
"Gue boleh peluk loe sama Wira ngga?! Eh..maksudnya peluk lu doang?!" ralat Rindu mendengus.
Sudah terlalu sering kening Ganis mengkerut, ia tak mau semakin menambah hari-hari apesnya disandingkan dengan nama Wira.
"Loe kenapa sih? Abis ikutan mabok ko mik?" tanya Ganis, sontak saja Rindu menoyornya lalu memeluk Ganis, oke Ganis kini takut Rindu jadi ikut-ikutan senang mabuk seperti geng Suci kemarin.
"Gue do'ain lu cepet sehat," bisik Rindu penuh kesedihan. Tangannya terulur mengusap dari mulai rambut Ganis sampai punggung gadis itu.
"Dih, gue emang sehat Ndu, justru ini lu deh yang ga sehat. Udah ngga usah ikut renang ya?" Ganis mengurai pelukan Rindu.
"What's wrong?"
Sejak tadi Ganis tak tahan untuk bertanya.
"Nis, gue mau nanya." Wajah Ganis penuh dengan tanda tanya sampai-sampai wajah cantiknya saja seperti buku gambar dengan tanda tanya sebesar papan reklame.
Rindu melirik jam di tangannya, "di luar yuk! Disini berisik," ajak Rindu keluar. Niat hati ingin mencari tempat mengobrol di luar, nyatanya di luar malah lebih berisik oleh keriuhan anak-anak kelas.
Deg!
Ganis terdiam sesaat, mendengar musik yang dimainkan anak-anak IPS 2. Sebuah lagu yang cukup terkenal di Indonesia, jujur ia tak suka dengan dangdut, tapi mendengar lagu ini Ganis merasa memiliki kenangan tersendiri.
"Abang pir pengen denger ayandanya nyanyi, ayo dong bang!"
(..)
Ganis tertawa puas, mendengar lagu dangdut yang dinyanyikan, karena jelas-jelas itu tak sebanding dengan tampilan perawakan jangkung, baju metalica, dan celana jeans sobek yang pria itu pakai, terlebih suara cool prianya.
"Ganis sayang abang, pir juga sayang ayanda nya!"
Ganis menatap nyalang keramik tempatnya berpijak, dimana ujung sepatunya nampak sedikit kotor, saat ia mengalihkan pandangan ke arah IPS 2, yang ia lihat wajah Wira sedang menatapnya lekat seakan mengatakan, "apa kamu ingat?!"
Hingga bel masuk berbunyi Ganis masih membalas tatapan Wira, padahal Rindu belum sempat mengatakan sesuatu pada Ganis.
"Apa mau kamu Wira?"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Winar hasan
angkat kaki angkat tangan...melayang dong😆😆😆
2023-01-03
1
Winar hasan
waduh gawat....bisa habis tuh burung gara2 bang gem😂😂😂😂😂
2023-01-03
0
stnk
ponakan q juga sukanya kayak gitu udah gitu lamaaaaaanya...Masya Allah....
2022-09-22
0