Sekali lagi guys, banyak adegan menohok disini. Jika kalian lanjut itu artinya sudah cukup umur untuk menilai mana yang benar dan salah ya😅 Tidak dianjurkan untuk yang takut berlumur dosa, ini hanya hiburan sekaligus sebagai pengingat jika pada kenyataannya banyak hal terjadi seperti ini disekitar kita tanpa kita sadari.
...----------------...
Lutut Ganis seolah tremor melihat penampakan warung slebor, mungkin saat ini jika ia sikap sempurna maka bisa dilihat tempurung lututnya bergetar. Tepatnya sih, bukan keadaan warungnya yang se-seram desa berhantu atau kuburan angker. Tapi orang-orang yang ada disana mampu menciutkan nyali seorang Rengganis Kamania.
"Yuk!"
Lamunan Ganis tersentak oleh tarikan tangan Rindu untuk segera menyebrang jalan, mumpung kendaraan yang melintas tak terlalu banyak dan kencang. Suasana ramai pulang sekolah kalah oleh suara detakan jantung Ganis yang berdegup bersahutan bak suara gendang dangdut.
Langkah demi langkahnya semakin memangkas jarak antara Ganis dan warung slebor, ia mengeratkan pegangannya pada lengan Rindu dengan Damar berada di sebelahnya.
Pantas saja anak-anak di sekolah, sering menitipkan kendaraannya disini meskipun harus membayar biaya parkir 2 ribu rupiah. Selain karena area parkirannya yang luas, memudahkan akses jalur pulang kebanyakan para siswa, di sekitaran area warung dan parkiran ditumbuhi pohon jambu batu dan nangka juga tanaman pagar hingga terasa sejuk, diantara batang pohon besar pohon nangka dibuat susunan balok kayu membentuk tempat untuk duduk, mungkin ada 3 orang siswa tengah duduk mengobrol santai, sementara warungnya sendiri terlihat biasa saja dengan ciri khas cat berwarna coklat. Netranya berkeliling, meneliti satu persatu, "pantes aja pada betah minum sama pacaran disini soalnya tempatnya kaya ketutup gini sih!" ujar Ganis sudah seperti seorang kritikus rumah idaman.
"Iya lah Nis, kalo di tempat terbuka mah bukan mau minum tapi mau sa*bung ayam!" timpal Damar.
"Kalo di masjid itu artinya mau ngaji Nis," tambah Rindu. Ganis hanya mengulas senyuman miring.
Warung jajanan ini dilengkapi gorengan dan nasi kuning, cocok untuk tempat siswa-siswi yang belum sarapan dari rumah.
"Mar, Ndu!" teriak Raja dari satu sudut warung ini, sudut dimana anak-anak antipati berkumpul, sarangnya anak-anak bandel.
"Ganis?!"
Saat nama Ganis disebut, bukan hanya seorang dua orang saja yang menoleh menghentikkan aktivitasnya tapi hampir semua yang ada disana termasuk si teteh pemilik warung yang ikut melongokkan kepalanya.
"Saha (siapa), Ja?" tanya teh Imel si pemilik warung bertatto dengan kaos yang strit mencetak lekukan tubuhnya meski tak se seksi keluarga Kardashian.
"Itu temen teh!" jawab Raja.
"Oh," wanita dengan alis tercetak besar itu masuk ke dalam, heran dengannya, alis sebesar itu apa dicetak dengan cetakan kue keju?
1,2,3...
Ganis hanya menunduk sepanjang menyusuri paping blok yang ia pijaki, menghitung berapa banyaknya semut yang ikut-ikutan jadi geng slebor lalu ikut menyambutnya.
"Ja!" balas Damar dan Rindu melambai. Mereka masuk ke dalam area warung lalu merapat ke area geng slebor sebenarnya.
Baru sampai ambang pintu saja Ganis langsung membatu mendapati pemandangan yang menohok.
"Mar!" sapa Raja bertos ria, bagi Damar mungkin ia sudah terbiasa dengan pemandangan ini, berikut Rindu. Damar dan Rindu mengambil alih bangku yang kosong, mencomot jajanan dari rak keranjang dengan santainya. Lain hal dengan Ganis, gadis bersurai panjang dan mulai meneteskan keringatnya ini masih diam terpaku seperti patung yang sedang diamplas.
"Mar! Ndu!" pemuda yang sejak tadi berada di pojokan duduk bersebelahan dengan siswi bernama Yola, "eh maneh mah ulah diinum ih, anj**&!" sarkasnya menyentak Luki, karena pemuda itu meminum soft drink miliknya.
(Eh kamu tuh, jangan diminum ih anj%@^$! )
"Saeutik atuh La, cipox geura!" pemuda itu membuat gerakan nyosor kaya bebek.
(Sedikit atuh La, cipox juga nih)
"Nis, sini duduk dulu!" ajak Rindu menepuk bangku kayu di sampingnya.
"Ja, jajanin ya!" pinta Rindu menunjukkan ciki keju di tangan yang sedang ia makan.
"Tuh si Damar, banyak duitnya!" tunjuk Raja, malah duduk berpangkuan dengan seorang gadis, mungkin inilah Aneu, gadis dengan rambut yang disambung dan dandanan ala-ala korea style. Bau parfum bercampur dengan bau tuak atau semacam minuman alkohol, rokok dan ada sedikit bau badan, menjadi aroma yang menghiasi sudut ini.
"Nis, mau jajan ngga? Papa traktir, sambil nunggu papa real kan?" Damar tergelak, diangguki Rindu.
"Njisss papa! Itu anak loe Mar, saha (siapa) mama na?!" seloroh Tomi.
"Paling si Rindu!" jawab Raja.
"Otewe lah! Ker jadi tkw di Arab!" jawab Damar sontak dihadiahi jitakan Rindu.
"Geulis gening ih si Ganis teh!" ujar Reza dengan matanya yang memerah, membuat Ganis menatap geli pada pemuda itu.
(Ternyata Ganis tuh cantik ih)
"Sutt! Tong diganggu babaturan urang eta mah, awewe bageur!(Jangan diganggu temen gue itu, cewek baik-baik)" tahan Raja pada Reza dan Tomi, karena sejak tadi para pemuda ini menatap terkagum pada Ganis, meskipun gadis berlesung pipi itu dilapisi oleh jaket tebal 3 lapis terkesan seperti gemuk dan tertutup.
"Alaaahhh justru nu cicing nyaho-nyaho tekdung weh, meningan nu baong sakalian, nyaho iraha dikaluarkeun, aman!" sungut Yola dan Titi menghentikkan ketikan jarinya dan menoleh sejenak pada Raja.
(Alaah, justru yang pendiem tau-tau hamil, mendingan yang nakal sekalian, tau kapan harus ngeluarin, aman!)
Ingin rasanya Ganis menyiram kepala gadis songong itu, tangannya sudah mengepal kuat, Rindu bahkan sudah memegang tangan Ganis demi menenangkan sobatnya ini.
"Suruh makan atuh Ndu, minum kitu! Sok (silahkan) Nis, jangan sungkan da disini mah ga haram semua, banyak yang halalnya paling satu dua yang haram mah, termasuk si eta tah!" tunjuk Malik pada Titi di samping Yola, keduanya sedang asik melihat layar pipih milik Yola, dimana sebuah aplikasi belanja online terpampang. Ganis menatap satu persatu dari mereka, tak ada yang lebih menegangkan dari semuanya tentang sekolah selain area ini, bahkan ruang tempat penyimpanan alat musik dimana ruangan itu dinobatkan sebagai ruang ter-angker di sekolah saja kalah saing dengan warung slebor ini.
"Njimm! Si*a weh (kamu aja) nu haram!" Ganis sampai mengatupkan bibirnya mendengar bahasa yang dikeluarkan para gadis ini.
"Henteu atuh yank heureuy! Ngke malam lagi nyak?!" pintanya. Ganis tak paham apa yang mereka bicarakan.
(Engga deh, yank becanda! Nanti malam lagi ya?!)
Ganis mengipasi wajahnya, mulai terasa panas dan sumpek disini. Entah karena banyaknya orang, karena hawanya, obrolan mereka atau karena jaket tebalnya.
"Panas Ndu, ini Wira mana sih?!" tanya Ganis sudah tak nyaman dengan keadaan disini, tangannya sedari tadi mencengkram tali rotan paper bag.
"Mar, Wira mana? Kalo ga ada gue balik lah!"
Rindu mengambil teh manis dingin dalam kemasan, dari showcase untuk Ganis, "mungkin kamu belum pernah kesini, jadinya kaget Nis, tapi kalo udah tau nanti-nanti engga. Tenang aja, mereka ga akan ganggu kalo kamunya kuat iman, kita juga punya Raja sama Damar," senyum Rindu mengembang.
"Ga ada nanti-nanti Ndu, Mar. Gue kapok masuk sini!" jelas Ganis mengipasi wajahnya lalu dengan tergesa meminum teh kemasan.
Sementara Damar menikmati snack dan mengobrol bersama Raja, mata Ganis mengedar pada Reza yang meminum sebotol entah itu tuak, ci_u, atau anggur, entahlah. Titi yang malah sedang bermesraan dengan Malik, Tomi yang asik dengan game di ponsel dan rokoknya, ataupun Yola, Titi dan Aneu yang asik merokok sambil haha hihi liatin produk terbaru tanktop.
"Ra! Ada yang nyari!" pekik Raja ke arah dalam warung, baru saja Raja berteriak dari dalam keluar seorang gadis bernama Suci keluar dengan keadaan cekikikan.
Mata Ganis sampai melotot, mungkin jika dijabarkan ingin keluar dari tempatnya melihat Wira keluar seraya membetulkan gesper celananya.
Wira mendongak dan terdiam juga melihat Ganis berada disana.
"Ganis?"
Sudah tak bisa menahan rasa keterkejutannya, Ganis segera bangkit dari duduknya.
"Nih, jaket lu udah gue cuci bersih. Makasih!" Ganis mendorong paper bag itu menyentak perut dan dada Wira, lalu berbalik badan dari sana.
"Ndu, Mar, kalo kalian belum selesai. Gue duluan!" Ganis segera keluar dari sana.
"Eh, bentar Nis!" Rindu menyusul Ganis, begitupun Damar yang segera membayar jajanan mereka tadi.
"Eh Ganis mau kemana atuh meni buru-buru, sini dulu atuh duduk sama aa!" goda Reza yang sudah setengah tepar.
Bukkk!!!
Satu hantaman keras mendarat di rahang Reza dari Wira. Semua tergelonjak kaget, menghentikkan aktivitasnya melihat Wira menyerang Reza, temannya sendiri.
"Ra, udah Ra, udah! Apa-apaan sih?!" Raja, Malik, dan Tomi menahan Wira, sementara 2 lainnya membantu Reza.
Rupanya ketiga orang ini tak mampu menahan seorang Wira, buktinya ia masih dapat meraih kerah seragam Reza yang sudah terkapar, "sadar njinggg! Tandain mukanya, jangan ganggu Rengganis!" Wira berlari menyusul Ganis keluar, sementara yang lain membantu Reza.
"Sorry Ra, hampura lur!" teriak Reza dengan kepayahan berbicara karena sudah terpengaruh minuman keras. (maaf bro)
"Maneh sih! Ges dibejaan oge!" decak Raja membangunkan Reza, dimana ujung bibirnya robek akibat hantaman Wira.
(Kamu sih! Udah dikasih tau juga!)
"Si Wira kenapa?" tanya Teh Imel melongo.
"Wira kunaon? (kenapa) Masa cuman gara-gara cewek aneh gitu digodain Reza sampe segitunya?!" tanya Suci memandang penuh tatapan keheranan ke arah pintu.
"Teh, punya obat merah nteu (ngga)?" tanya Malik.
"Nis!"
Terlihat Ganis sedang menerima panggilan, "papa kenapa ga bilang dulu sih kalo ga jemput, jadi Ganis ngga nungguin!"
(..)
"Ya udah, Ganis pulang naik ojol aja, waalaikumsalam."
"Jadi mau naik ojol, Nis?" tanya Rindu.
"Iya!"
"Ndu, tolongin pegangin dulu hape gue! Mau buka jaketlah, gerah banget di dalem gilakk! Itu kebanyakan setannya kali ya, bisa panas banget, suer!" omelnya.
"Ha-ha-ha, abisnya ngapain juga pake jaket 3 lapis begini. Kaya orang penyakitan!" jawab Rindu.
"Apa harus gue panggil mamah Dedeh ke warung slebor besok biar pada bubar jalan! Atau gue pinjem deh selang pemadam buat bubarin tuh kegiatan unfaedah gitu! Nyut-nyutan tau ngga?!" sewot Ganis kesal, gadis ini melipat jaketnya dengan kasar untung saja si jaket tak sakit hati.
Rindu semakin tergelak, "hayooo apanya yang nyut-nyutan? Pasti liat si Malik barusan lagi hiyak-hiyak ya?!" goda Rindu.
"Bukan lah! Pala gue, tau ngga apa yang pengen banget gue lakuin tadi di dalem?" tanya Ganis sengak.
"Apa?!" Rindu memegang ponsel dan satu jaket Ganis, sementara Ganis melipat jaket lainnya.
"Bacain ayat kursi sambil sembur tuh cewek kunti!!"
"Namanya Yola sama Titi, Nis.." ralat Rindu.
Ada segaris senyuman di bibir Wira melihat omelan khas Ganis, "aku kangen kamu, Nis."
Damar memperhatikan Wira yang memandang Ganis, antara percaya tak percaya dengan yang Wira ucapkan kemarin padanya, jika ia adalah suami dari Rengganis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
kalea rizuky
ngapain wira benerin gesper abis ngapain ama suci
2024-03-28
1
Raflesia
ya ampun ada aja kalimat yg bikin ngakak...ya kali d cetak ma cetakan kue ..EMG mau bikin brownies😂😂😂😂😂
2023-01-03
0
Raflesia
🤣🤣🤣🤣🤣
2023-01-03
0