Ganis segera beranjak, tak peduli jika nantinya si tuan kasar akan marah dan menjadikannya bahan bullyan di sekolah. Itu urusan nanti, setelah mengatainya freak, lalu memayunginya terus marah-marah sekarang apa? Ngirimin es teh manis buatnya. Sebenarnya apa maunya dia!
"Nis, mau kemana?!" teriak Damar setengah terbangun dari posisinya, suasana kelas tak terlalu ramai karena hampir seluruh penghuninya sedang jajan.
"Ngembaliin yang bukan hak milik!"
Mata Rindu bukan lagi melotot, tapi sudah melompat dari tempatnya, "Nis jangan nekat! Kalo ga mau udah buat gue sama Damar aja!" Rindu melempar buku begitu saja tepat di wajah Damar dan berlari menyusul Ganis si gadis nekat.
"Njir!" umpat Damar terkejut.
Dengan emosi yang meluap-luap Ganis berjalan cepat menuju kantin, rambut panjangnya sampai bergerak kasar karena langkah kakinya yang menghentak.
Matanya mengedar ke seluruh sudut ruangan kantin, tapi ia tak menemukan si pemilik tatapan maut itu.
"Nis!" teriak Rindu menggema di belakang Ganis.
"Shittt! Dia ga ada!" hentak kaki kirinya lalu Ganis berbalik sekaligus, bersamaan dengan Rindu yang berlari ke arahnya tak terkendali.
Byurr!
"Ha?!!"
Seragam Ganis basah di bagian depan dada oleh es teh manis.
"Yah kan!"
"Ups!"
"Lu ngapain ngikut kesini?" sungutnya, hari ini adalah hari ter-apesnya.
"Ahhh, ini gimana Ndu?!" gadis itu mengusap-usap seragamnya dan menaruh gelas teh yang isinya telah berkurang.
"Sorry ga sengaja. Ke toilet aja yuk! Lu ada jaket kan?!" usul Rindu membantu Ganis.
Sebuah jaket menyelimuti tubuh Ganis, jaket sama dengan yang tadi memayunginya di depan tiang bendera, tak tau darimana datangnya.
"Loe mau ngap..." Tangan Wira memakaikan jaket dan menarik resleting hingga menutupi seragam basah Ganis, anehnya Ganis seperti sudah biasa dengan perlakuan ini, jaket ini, dan aroma ini seperti tak asing bagi gadis pemilik senyuman manis ini. Jaket parka warna hitam ada robekan di dekat saku depan bawahnya.
"Tunggu! Kebetulan lu disini!" Ganis menarik tangan Wira untuk menjauh dari keramaian kantin. Menghempaskan tangan kekar itu secara kasar.
"Jangan dipikir karena lu disini masuk daftar hitam sekolah, terus siswa-siswa disini pada takut sama lu, lu kira gue juga takut sama lu! Engga! Eng..ngga sedikitpun!" Wira menarik senyuman miring seraya mendengus, inilah Ganis si gadis manja yang selalu so berani. Padahal kenyataannya kini ucapannya itu berbanding terbalik dengan ekspresi yang ditampilkan.
"Kenapa? Mau bilang kalo teteh sepupu kamu polisi termasuk suaminya? Sepupu kamu di Jakarta nikah sama dokter spesialis jantung terkenal se-Indonesia? Mau bilang tante kamu pemilik outlet kue ternama dan hits sejagat bumi pertiwi, atau mau bilang abang kamu galaknya ampun-ampunan?!"
Degupan jantung Ganis terhenti saat itu juga, pemuda ini tau apa yang ada di pikirannya saat ini. Apakah dia cenayang?
"Da..darimana lu tau?! Jadi bener kan selama ini feeling gue, kalo lu itu selalu merhatiin dan stalkerin gue?!" semburnya sengak mencoba meraih kerah kemeja Wira dan mencengkramnya kuat, sebagai bukti jika ia tak takut pada lelaki jangkung satu ini.
Tapi Wira malah menggeleng prihatin. Gadis berwajah tegang itu kini semakin kuat mencengkram kerah kemeja seragam lawan bicaranya yang kini memajukan badan memberikan perlawanan. Bahkan tangan Ganis yang satunya kini naik menahan perut liat Wira di balik kemeja seragam putih itu, karena posisi Ganis sudah tak berjarak lagi dengan Wira.
"Lu mau ngapain breng_seek!!" Ganis dilanda panik.
"Kenapa, mau teriak? Mau nangis?" tanya nya menampilkan senyum devil.
"Catat ini Rengganis Kamania!" bisiknya lirih dan tegas mengungkung tubuh Ganis.
"KAMU ISTRIKU!"
Bukan lagi terkejut Ganis membeku seperti es balok, sambil menatap Wira tak percaya, lalu sedetik kemudian ia meledakkan tawanya.
"Ga mungkin! Mana ada gue istri loe? Are you kidding?! This is a joke!" Ganis menggelengkan kepalanya, melepas cengkraman hingga kerah kemeja Wira berbekas kusut. Tapi rupanya Wira tak tertarik untuk ikut tertawa, ia sudah tau pasti Ganis akan bereaksi seperti ini.
Bola matanya menyiratkan kepedihan mendalam dan kekecewaan.
"Sekali lagi gue minta maaf sedalam-dalamnya atas kejadian tadi pagi. Udah kan? Kalo gitu, gue harap setelah ini kita ngga usah ada urusan apa-apa lagi. Jangan pernah usik hidup gue, jangan ikutin dan perhatiin gue lagi, PLEASE! Ngerti kan bahasa gue barusan?!" Ganis sudah menggertakan giginya saking kesal.
"Dan untuk es teh manisnya, makasih! Dan ini...." Ganis membuka resleting jaket Wira.
Sretttt!
"Makasih, biar gue pake jaket sendiri aja!" Ganis menyerahkan jaket parka itu tapi Wira masih menatap lekat Ganis tanpa jeda sedikit pun.
"Apa yang harus aku lakuin biar kamu inget aku Nis," jawabnya balik bertanya, sepertinya ekspresi itu mahal sekali, buktinya wajah pemuda ini tak pernah menampilkan ekspresi lain selain datar dan menatap tajam, Ganis mengangkat kedua alisnya tak mengerti.
"Aduh, kayanya loe makin ngaco deh! Sorry, kayanya loe kebanyakan slebor deh atau ngobat?" Gadis bersurai sepunggung ini sudah jengkel dengan drama kekasih tak dianggap ini. Tak menyangka pemuda se cool, se jantan, dan se sarkas Wira bisa juga jadi aktor telenovela.
Wira mengeratkan kepalannya, menahan amarah karena perkataan Ganis cukup menguras rasa sabarnya, ia bukan tak tau Ganis memang begitu.
Bukkk!
Ganis tergelonjak kaget hingga membuat matanya sempat terpejam, Wira menonjok tembok tepat di samping Ganis. Sementara pemuda itu terlihat terengah.
"Harusnya malam itu aku ga ijinin kamu ikut!" tembaknya menyentak.
"Harusnya malam itu aku ngga luluh sama rengekan kamu!"
"Harusnya..." Wira menerbangkan ucapannya di udara, belum sempat ia menyelesaikan ucapan, alis tebalnya mengkerut.
Kedua tangan Ganis mencengkram rambut indahnya. Mendadak kepalanya berdenyut, matanya memejam menahan sakit.
"Nis..hey," Wira melongokkan kepalanya melihat Ganis dengan penuh khawatir dan rasa bersalah. Apa ia terlalu kasar dan memaksakan? Terlalu tak sabaran.
Wira menarik Ganis untuk duduk di bangku, ia terlihat sangat khawatir dengannya.
"Nis, maaf!" Ia panik melihat Ganis yang merintih separuh menangis, ia juga mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri, "ssshhh...kepala gue,"
Tanpa sadar ia menarik Ganis ke dalam pelukannya.
"Bang Nat-nat, ijinin Ganis ikut ya bang...sekalian perpisahan sama temen-temen! Udah 4 bulan Ganis ga pernah jalan-jalan sama mereka," rengeknya manja duduk di pangkuan seseorang seraya menarik-narik t-shirt skull hitamnya di bagian perut dalam ruangan seperti sebuah kamar, bernuansa hitam putih, suara manjanya beradu dengan musik heavy metal yang sayup-sayup.
"Ga usah lah, abang ga disana!"
"Abang ga sayang Ganis lah!"
"Ayo dong bang!"
Interaksi itu bagai kaset rusak yang ter-rewind di otak Ganis seiring dengan rasa sakit yang mendera.
"Nis! Ganis!" badannya diguncang Rindu dan saat iia mendongak Rindu tengah memeluknya.
"Loe apain Ganis, Wira?!" teriak Rindu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Land19
dah mulai paham ini ..
walaupun masih sebongkah² an masa lalu
2024-10-16
0
Lia Bagus
wah kapan nikahnya ya makin penasaran
2024-03-24
1
Endah Setyati
ganis istri Wira status masih pelajar kah??? trus kecelakaan sampai lupa sama suami sendiri ??? 🤔🤔🤔menarik nih,,lanjut baca dulu euyy 😁😁
2023-10-24
1