Setelah Hujan
"Aku hamil," ucap wanita itu dengan berlinang air mata.
Daniar terhenyak. Seketika dia menatap wanita tersebut. Rasa tak percaya menyeruak dalam dadanya. Pernikahannya hanya tinggal menghitung hari, tapi tiba-tiba saja ada seorang wanita yang datang ke rumah tunangannya dan mengaku tengah berbadan dua.
Daniar menatap calon suaminya. Seribu tanya bergentayangan dalam benaknya. Namun, hanya satu yang mengusik dan membutuhkan jawaban, benarkah apa yang dia dengar?
"Katakan satu hal padaku. Apa kamu mengenalnya?" tanya Daniar.
Seno menatap Daniar tanpa merasa bersalah. "Ya, aku mengenalnya," jawab Seno dengan angkuhnya.
"Jadi benar, kamu ayah dari anak yang berada dalam kandungannya?" Daniar bertanya lagi dengan bibir yang semakin bergetar.
"Mungkin saja, karena aku pernah bercinta dengannya." Seno menjawab pertanyaan Daniar begitu santainya, hingga membuat Ridwan mengepalkan kedua tangan.
Ridwan yang tengah berdiri di belakang Seno hanya mampu merutuki semua perbuatan sahabatnya. Sesaat dia menatap Daniar, gadis yang hingga saat ini bertahta di relung hatinya. Dia tidak menyangka jika wanita pujaannya akan mengalami sebuah pengkhianatan dari sahabatnya sendiri.
Tubuh Daniar terasa lemas tak berdaya mendengar pengakuan Seno, orang yang sangat dicintainya. Selama ini, dia selalu menjaga kesucian cintanya. Bahkan dia rela dianggap wanita sombong demi menjaga hati agar tidak berpaling.
Daniar juga sering mengabaikan nasihat Ridwan demi menjaga hubungan pertunangannya. Padahal, sudah seringkali Ridwan mengingatkan dia tentang sikap Seno. Namun, Daniar tak mempercayainya, karena dia memiliki keyakinan jika cinta Seno sama kuatnya dengan cinta yang dia miliki. Akan tetapi, kini semua perkataan Ridwan terbukti benar. Seno ternyata tak lebih dari pria brengsek.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Daniar dingin.
"Apalagi, tentunya menikah denganmu," jawab Seno.
"Apa?!" ucap Daniar dan wanita itu berbarengan. Sedetik kemudian mereka saling pandang dengan tatapan tak percayanya mendengar jawaban Seno.
"Lalu dia?" Tunjuk Daniar pada wanita itu.
Seno menatapnya sekilas. "Aku akan menikahinya terlebih dahulu. Setelah anak itu lahir, aku akan menceraikan dia dan menikahimu. Kamu masih mau, 'kan, menungguku?" ucap Seno kepada Daniar.
Seketika kepala Daniar terasa berat begitu mendengar perkataan Seno. Bagaimana mungkin lelaki ini mengatakan sebuah solusi yang begitu buruknya. Seakan-akan dia adalah sang penguasa di dalam cinta segitiga ini.
"Cukup Seno, aku tidak bisa mengikuti keputusan gilamu!" ucap Daniar seraya berlalu hendak pergi ke luar.
"Tunggu! Jangan pergi!" cegah Seno mencekal lengan Daniar.
Ridwan hanya mampu mengepalkan tangannya kembali melihat sikap Seno. Seperti biasanya, Seno selalu menjadi seorang lelaki yang egois saat menginginkan sesuatu.
Daniar membalikkan badan. "Apalagi yang kamu inginkan dariku? Belum puaskah kamu memberikan luka di hatiku?" tanya Daniar menatap dingin tunangannya. Mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan tunangan.
Brugh!
Seno menjatuhkan harga dirinya di depan Daniar. Bagaimanapun juga, dia masih sangat mencintai Daniar. Tidak ada wanita yang mampu memberikan kehangatan sekaligus kelembutan seperti yang telah dia rengkuh dari Daniar. Ya, mungkin Seno pernah khilaf dengan membiarkan wanita lain memasuki kehidupannya. Tapi Daniar, wanita itu adalah sosok yang dia inginkan untuk menjadi pendampingnya.
"Aku mohon, tunggu aku. Setidaknya hanya dalam waktu sembilan bulan," ucap lirih seno.
"Gila! Kamu benar-benar gila, Sen!" jawab Daniar geram. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ada dalam otak Seno.
"Niar, aku mohon," pinta Seno seraya mengatupkan kedua belah tangan. Matanya menatap sayu kepada Daniar.
Cukup, Sen. Jangan bersikap seperti itu, atau aku akan luluh kembali melihat tatapan kamu itu, batin Daniar, mengalihkan pandangannya.
Seno yang memang sangat mengenal titik kelemahan Daniar, segera mendekap kaki Daniar. "Please, Niar ... beri aku kesempatan," ucapnya memelas.
Lagi-lagi Ridwan mengepalkan kedua tangannya melihat tingkah Seno yang begitu menjijikkan.
"Cukup Sen! Jangan lukai hati Daniar lagi," ucap geram Ridwan.
"Berhentilah memprovokasi calon istriku. Aku tahu jika kamu itu menyimpan rasa untuknya. Jangan pernah mengambil kesempatan di atas kesempitan orang lain," tuding Seno.
"Kau?!" ucap Daniar dan Ridwan berbarengan.
Tangan Daniar mencoba menepiskan kedua tangan Seno yang melingkar di kakinya. Lepas itu, Daniar mundur untuk beberapa langkah. Daniar tidak percaya mendengar tuduhan yang dilayangkan Seno kepada sahabatnya sendiri.
"Cukup Seno! Jangan pernah mengalihkan pembahasan kita. Ridwan sama sekali tidak pernah memprovokasi aku. Keputusan yang akan aku ambil saat ini, justru berdasarkan kelakuan kamu yang tidak pernah menghargai hubungan kita," ucap Daniar geram.
Seno berdiri, dia kemudian mendekati wanita itu. "Aku tahu kita pernah tidur bersama. Tapi, tolong katakan pada tunangan aku jika itu bukanlah benihku. Aku yakin, sebelum aku menyentuhmu, pasti sudah banyak pria yang menyentuh kamu terlebih dahulu," ucap Seno tanpa ada perasaan bersalah sedikit pun.
"Seno!" teriak Daniar semakin geram.
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Seno.
"Lancang sekali kamu mengatakan hal itu Seno. Kamu sendiri tahu jika malam itu, dengan sadar kamu meminta aku untuk tidur denganmu!" teriak wanita tersebut.
"Hah, aku yang memintamu?" elak Seno, "bukankah kamu sendiri yang meminta aku datang dan menemani kamu agar terhindar dari mantan kekasihmu yang psikopat itu? Jadi, jangan salahkan aku jika aku menyentuh wanita yang jelas-jelas merelakan tubuhnya untuk menemani malam panjang. Laki-laki itu ibarat kucing. Hmm, mana bisa dia menolak ikan di hadapannya," ledek Seno.
Astaghfirullahaladzim, batin Daniar seraya menarik napasnya panjang. Sejenak, dia menatap Ridwan. Untuk beberapa saat, pandangan mereka beradu. Daniar bisa melihat ekspresi kemarahan di wajah sahabatnya itu. Ya, Ridwan adalah sahabat dekat Daniar dan juga Seno.
Jangankan Daniar, Ridwan pun merasa marah mendengar ucapan Seno. Dia tidak menyangka jika sahabatnya itu sanggup melecehkan seorang wanita secara verbal. Sudah berulang kali Ridwan mengingatkan Seno untuk tidak bermain api. Namun, Seno sama sekali tidak menggubris ucapannya.
Ujung mata Ridwan melihat Daniar mulai membalikkan badan.
"Mau ke mana kamu, Niar?" tanya Ridwan yang membuat Seno menoleh ke arah Daniar.
"Aku mau pulang, Wan," jawab Daniar.
"Malam-malam begini?" tanya Ridwan yang dijawab oleh anggukan Daniar. "Tidak, Niar. Aku tidak akan mengizinkan kamu pergi malam-malam begini," lanjut Ridwan.
"Hei, apa hak kamu terhadap Daniar?" seru Seno yang merasa terganggu oleh perhatian Ridwan terhadap tunangannya.
"Niar sahabatku juga, Sen. Sebagai seorang sahabat, aku tidak akan mungkin membiarkan Daniar pulang malam-malam begini. Apa kamu tidak sadar jika jarak antara Bekasi-Tasikmalaya itu sangat jauh?" jawab Ridwan kepada Seno. "Ayo, Niar ... aku antar kamu ke rumah Mbak Ratih. Menginaplah di kontrakan Mbak Ratih. Besok pagi, aku akan menjemput kamu dan mengantarkan kamu ke terminal," lanjutnya.
Daniar memgangguk. Dia berjalan ke luar rumah sederhana yang sudah dipersiapkan oleh kakek Seno untuk dirinya jika kelak menikah dengan Seno.
"Tidak! Kamu tidak akan pergi ke mana-mana, Niar!" cegah, Seno sambil mencekal pergelangan tangan Daniar.
"Lepaskan aku Seno!" kata Daniar.
"Tidak akan!" balas Seno.
"Lepaskan!" ulang Daniar.
"Dengar Daniar, kamu adalah tunanganku. Sudah menjadi kewajiban aku untuk mengurus dan menjaga kamu di kota ini," ucap Seno penuh penekanan.
"Urus saja wanita kamu itu, Seno! Aku masih bisa mengurus diriku sendiri!" seru Daniar seraya menepiskan tangannya.
"Ada apa ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
Ada cowok kek begitu ngga ngerasa bersalah ngehamilin cewek lain 🙄🙄
2023-01-20
1
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️
edan laki laki macam apa gila si seno ini ternyata
2023-01-20
1
💜Ϝιαℓσνα💜
gendeng niih cowo,,, udh tau salah... ga mau ngaku lagi
2023-01-20
3