Sebastian tertawa senang setelah mendengar obat yang baru saja mereka luncurkan tak sampai satu minggu itu, meledak di pasaran. Beberapa rumah sakit besar di luar negeri bahkan tengah melakukan pemesanan besar-besaran.
Hal itu tentu saja membuat pundi-pundi uang mengalir deras. Keputusan untuk meluncurkan Herz37 tepat pada waktunya ternyata merupakan sebuah keputusan yang sangat briliant. Beruntung dia memiliki banyak kenalan diberbagai sektor, salah satunya ada di dalam lembaga FDA. Jadi bukan masalah besar mengurus perizinan edar dari sana.
Tentu saja uang juga memuluskan semua rencana Sebastian.
"Tapi Honey, bagaimana kalau efek samping yang dikatakan Steven benar adanya? Akan ada banyak demo besar-besaran dari masyarakat nanti." Alyssa yang sedang duduk di sebelah sang suami turut buka suara.
Wanita yang masih terlihat cantik itu memang sempat menyetujui apa yang Sebastian putuskan. Namun, saat mendengar penjelasan lengkap dan permohonan Lynelle dua hari lalu, hatinya yang keras mulai sedikit melunak.
Membayangkan akan ada banyak penderita yang semakin tersiksa dibalik pengharapan mereka akan kesembuhan, membuat hati Alyssa tercubit.
Mendengar perkataan sang istri, Sebastian memandangnya tajam. Raut wajah pria itu yang semula senang kini berubah marah. "Perkataanmu barusan melukai hatiku, Alyss! Keraguanmu akan diriku dan FDA yang telah memberikan izin adalah sebuah kesalahan besar. Lagi pula, apa yang dikatakan Steven hanya lah ketakutan belaka."
"Bu—bukan begitu maksudku ... Ma—maafkan aku, Honey, aku tidak bermaksud demikian." Alyssa tertunduk dalam-dalam, tak berani membalas tatapan sang suami.
"Sudah lah, kau tak perlu ikut campur soal ini! Cukup urus rumah dan Kaylee dengan baik! Ada nilai Kaylee yang turun, sebagai ibu, seharusnya kau tidak membiarkan hal itu terjadi! Katakan jika kau memang tidak becus mengurus Kaylee, biar kukirim dia ke luar negeri agar pendidikan dan hidupnya terjamin!"
Setelah berkata demikian, Sebastian pergi meninggalkan sang istri sendirian, menuju ruang kerjanya.
Alyssa mencengkeram dadanya yang mulai sesak. Berkali-kali ancaman itu lah yang Sebastian layangkan jika ada sesuatu hal yang tidak memuaskan pada Kaylee, padahal Kaylee sudah berusaha semaksimal mungkin.
Putrinya itu bahkan merelakan masa remajanya untuk menuruti semua keinginan sang ayah.
...***...
Kaylee baru saja kembali dari dapur untuk mengambil minum, ketika tiba-tiba telinganya mendengar percakapan sang ayah di ruang perpustakaan, saat hendak melewatinya.
Pintu ruang perpustakaan yang tidak tertutup rapat membuat Kaylee dapat mendengar jelas percakapan antara sang ayah dan seseorang yang tidak dia kenal, melalui video call.
"Sepertinya dalam waktu kurang dari satu tahun kita bisa membuat cabang kantor yang baru, ha ha ha!" ujar orang tersebut dari balik layar laptop.
"Ya, kau benar. Dari sekarang aku sudah harus memikirkan seperti apa konsep gedung modern yang akan kita bangun," balas Sebastian seraya melempar senyum.
"Itu sudah pasti. Omong-omong, bagaimana kau bisa membungkam Steven? Aku pikir akan terjadi baku hantam di antara kalian berdua." Kentara sekali ada nada mengejek yang terdengar dari pria misterius itu.
Kayle mengerutkan keningnya saat mendemgar nama Steven disebut-sebut.
"Kalau bukan karena bawahanku, mungkin perkiraanmu benar terjadi. Kami sempat bersitegang sesaat. Namun, setelah itu. semua baik-baik saja. Seminggu ini aku sama sekali tidak melihat gerakan dari Steven. Entah dia sedang merencanakan sesuatu atau tidak, aku hanya perlu mewaspadainya saja." Sebastian menyesap kopi yang baru dia buat.
"Kau harus berhati-hati, Steven adalah pria cerdas yang tidak pantang menyerah."
"Aku tahu," jawab Sebastian.
"Lalu, bagaimana jika efek samping obat tersebut memang terjadi? Hal apa yang harus kita katakan pada publik, Mr. Calder? Jika hal itu terjadi, biasanya hanya dalam waktu kurang dari satu bulan dikonsumsi, efek sampingnya akan mulai dirasakan para penderita."
Sebastian tersenyum sinis sembari memainkan bibir cangkir kopi miliknya. "Itu lah mengapa aku mengizinkan Dempster Enterprise mengambil namanya sendirian. Hanya segelintir orang yang tahu bahwa Gold Calder Corporation turut andil di dalamnya. Jadi, jika hal itu benar terjadi biarkan Steven yang menanggung semuanya," ucapnya dingin.
"Kau cukup licik, Calder," ucap pria asing itu.
Sebastian tertawa sedikit keras. Dia menganggap perkataan lawan bicaranya barusan merupakan sebuah pujian untuknya.
"Dari awal memang itu lah tujuanku. Demi menuntaskan rasa sakit hati yang aku pendam bertahun-tahun terhadap Jimmy, pria yang selalu mengaku sebagai sahabat baik, tetapi selalu mengekang ambisiku! Aku akan menghancurkan semua penghalang, termasuk penerus keluarga Dempster! Ini jelas jauh lebih manusiawi dari pada harus menumpahkan d4r4h!" Kali ini sorot mata Sebastian terlihat lebih dingin dan lebih kelam, seolah ada sesuatu yang tengah dia pendam.
Kaylee yang terkejut segera menutup mulutnya. Kaki remaja tanggung itu mulai gemetar tak karuan. Dia tahu Sebastian merupakan pria yang keras, tetapi Kaylee tidak pernah mendapatinya seperti sekarang ini.
Dia benar-benar tidak menyangka sang ayah tega berbuat jahat kepada keluarga Dempster, padahal mereka sangat dekat. Keluarga Dempster bahkan pernah membantu kesulitan ayahnya.
Dari yang dia dengar dari adik ibunya, keluarga Dempster sempat membantu menolong sang ayah dengan menanamkan saham dengan jumlah besar, disaat perusahaan keluarganya terancam gulung tikar dan para penanam saham menarik diri.
Sebastian juga pernah mengatakan padanya waktu itu. Dia memuji-muji kebaikan keluarga Dempster yang telah sudi membantunya dulu. Namun, mengapa tiba-tiba sang ayah berubah jahat seperti ini? Apa pujiannya waktu itu hanya lah kepalsuan belaka?
DUGHH!
Mata Kaylee sontak terbelalak saat tanpa sengaja kakinya menyenggol vas bunga besar yang berada di samping ruang perpustakaan. Berusaha tidak bersuara, Kaylee dengan cepat melangkah pergi menuju kamarnya sendiri.
Sebastian mengalihkan pandangannya ke pintu. "Tunggu sebentar," ucap pria itu pada lawan bicaranya sembari berlalu.
Sebastian berjalan perlahan menuju pintu. Merasa tak puas, dia keluar dari ruang perpustakaan dan berjalan sedikit ke kanan dan ke kiri untuk memeriksa keadaan. Namun, tidak ada siapa pun di sana.
Sebastian terdiam selama beberapa saat sebelum kemudian masuk kembali ke ruang perpustakaan dan menutup pintu rapat-rapat.
...***...
Setibanya di kamar, Kaylee menangis sesenggukkan sambil bersandar di pintu. Dia ingin melakukan sesuatu, minimal melaporkan apa yang baru saja didengarnya pada Steven mau pun Lynelle. Namun, siapa yang percaya dengan perkataan anak kecil seperti dirinya? Terlebih, mereka mengenal sebagai pria yang baik. Mustahil Steven dan Lynelle akan mempercayainya begitu saja.
"Apa yang harus kulakukan?" gumam Kaylee sembari memeluk kedua lututnya rapat-rapat.
"Aku harus menghentikan niat ayahku! Aku harus melakukannya! Tapi ...." Kaylee menggumamkan kata-kata tersebut terus menerus, sampai akhirnya dia tertidur di lantai dingin itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sophia Verheyden✨
bukan cukup lagi, woy
tapi liciknya luar biasa
2022-08-21
0
Sophia Verheyden✨
gila2, org macem tebas ini banyak jg di dunia nyata
2022-08-21
0
Siska Agustin
bnr kan dugaanku,klo Sebastian dalang dibalik semua ini,termasuk ingin perusahaan Steven yg akan nanggung jika efek samping dr Herz37 bnr² berbahya dan terjadi demo besar² an..licik emang Sebastian dendam sama ayah Steven malah lampiasin ke kluarga Steven yg gk salah apa²..
2022-08-09
2