Lynelle berlari tergopoh-gopoh memasuki kantor kepolisian. Dia baru saja mendapat telepon dari pihak berwajib, bahwa mobil yang dikendarai Steven, suaminya, menabrak road barrier hingga ringsek. Tidak ada korban jiwa dari peristiwa itu. Steven dalam keadaan baik-baik saja. Dia hanya mengalami luka lecet di lengan kirinya.
"Steve!" seru Lynelle begitu mendapati sang suami tengah duduk di hadapan salah seorang petugas polisi. Dia rupanya tengah dimintai keterangan.
"Apa yang terjadi?" tanya Lynelle tanpa basa-basi. Tangannya memegang pundak Steven sembari memerhatikan tubuh sang suami dengan saksama.
Petugas tersebut segera mempersilakan Lynelle untuk duduk. Ia pun memberi penjelasan dari rekaman CCTV yang berada tepat di tempat kejadian, bahwa mobil yang dikendarai sang suami telah ditabrak dari belakang oleh sebuah mobil box. Sayangnya, mobil box tersebut langsung melarikan diri. Hingga saat ini mereka masih terus berupaya melakukan pengejaran.
Lynelle terhenyak. Matanya menatap nanar kondisi sang suami yang tampak berantakan.
Mendapat tatapan seperti itu, Steven langsung memegang tangan Lynelle demi menenangkan kegundahan hati sang istri tercinta.
Setelah beberapa saat berada di sana, keduanya pun diperbolehkan pulang.
"Kau benar baik-baik saja? Sepertinya kita harus ke rumah sakit!" kata Lynelle khawatir, sesaat setelah mereka masuk ke dalam mobil.
"Tidak perlu, Sayang, aku baik-baik saja." Steven menolak halus.
"Tapi kau terluka!" seru Lynelle.
"Hanya luka lecet, kepalaku juga tidak terbentur. Mobil kita lah yang seharusnya kau khawatirkan. Untung saja aku bisa mengklaim asuransi." Steven menatap sang istri dengan raut wajah jenaka.
"Ini bukan waktunya bergurau, Steve!"
Mendengar kemarahan sang istri, Steven tertawa. Dia pun mencium tangan Lynelle lembut. "Aku baik-baik saja, Sayang. Terima kasih sudah mau mengkhawatirkanku," ucap pria itu tulus.
Detik selanjutnya, tangis Lynelle pecah. Wanita itu memang mudah dilanda ketakutan jika menyangkut soal keselamatan keluarganya.
...***...
"Ada apa ini?" David bersama para stafnya terkejut ketika pintu laboratorium tiba-tiba terbuka. Sekitar tujuh sampai sembilan orang berpakaian rapi yang tidak mereka kenal, memasuki laboratorium pria itu.
Mereka mengenalkan diri sebagai tim peneliti yang dibentuk oleh Sebastian Calder, dan akan mengambil alih pengujian ulang Herz37.
David menolak keras. Dia bahkan hendak menelepon Steven untuk memberitahukan kejadian ini. Namun, orang-orang tersebut malah melarangnya. Ponsel David bahkan sempat direbut paksa.
Mereka juga menunjukkan identitas resmi. Alhasil, bagai kumpulan preman, mereka mengambil seluruh sampel dan semua yang berhubungan dengan Herz37.
Setelah mereka semua telah pergi meninggalkan laboratorium, David segera menghubungi Steven.
...***...
Lynelle baru saja keluar dari ruang pertemuan bersama para orang tua murid lainnya. Hari ini adalah hari pertemuan antara orang tua dan wali kelas guna mengevaluasi kegiatan anak mereka.
Lynelle hadir seorang diri tanpa Sean.
"Mrs. Dempster!" panggil salah seorang guru dari ujung koridor.
Lynelle menghentikan langkahnya dan menyapa guru tersebut. Ia adalah Mr. Noah, guru olah raga Laura. Noah bukan lah orang asing bagi Lynelle, karena dia merupakan adik kelas wanita itu semasa kuliah.
"Mr. Noah, apa kabar?" sapa Lynelle.
"Noah saja, Mrs," ujar Noah.
"Kalau begitu, Elle saja." Lynelle tersenyum, begitu pula dengan Noah. Keduanya berbincang sejenak sembari berjalan menuju keluar gedung sekolah.
"Bagaimana rapatnya? Apa semua berjalan dengan baik?" tanya Noah pada Lynelle, setelah selesai berbasa-basi.
"Baik. Semua berjalan lancar. Seperti biasa, Laura selalu dapat menyelesaikan tugas sekolahnya dengan sempurna." Jawab Lynelle. Dari suaranya, wanita itu terdengar sangat berbangga hati.
"Syukurlah. Lalu, bagaimana dengan di rumah? Laura tidak pernah keluar rumah, kan? Saya harap Anda selalu mendampinginya ke mana pun." Kata Noah sekali lagi.
Hal ini membuat Lynelle tentu terheran-heran. Dia pun menghentikan langkahnya dan menatap Noah dengan pandangan bertanya. "Apa yang mau kau katakan sebenarnya, Noah?"
Mendapat pertanyaan demikian, Noah terdiam sejenak. Dia lalu menoleh ke sana kemari dan mengajak Lynelle pergi menuju halaman sekolah.
Di sana lah, Noah menceritakan sesuatu pada Lynelle yang membuat dirinya khawatir.
"Aku tak tahu ini benar atau tidak. Namun kuharap dengan ini, Anda bisa lebih berhati-hati." Noah memulai pembicaraan seriusnya. Dia berbicara pada Lynelle selayaknya teman lama.
"Ada apa? Kau membuatku takut!" seru Lynelle.
"Kira-kira sudah tiga atau empat hari ini aku melihat sebuah mobil ford hitam keluaran lama selalu terparkir di seberang jalan. Pengemudinya tak pernah keluar dan mobil itu akan langsung pergi meninggalkan sekolah, tepat setelah bus kelas Laura keluar."
Lynelle mencoba mencerna kata-kata adik kelas sekali guru putrinya tersebut.
"Mungkin saja mobil itu memperhatikan siswa-siswi lain. Bukan hanya Laura yang berada di bus itu, kan?" katanya berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran aneh.
"Tadinya aku berpikir begitu, tetapi ternyata tidak demikian. Sebab salah seorang teman sekelas Laura pernah menghampirinya pada jam istirahat, dan berkata bahwa Laura tengah ditunggu oleh kerabat ayahnya di seberang jalan, menggunakan mobil hitam. Anda tahu sendiri jika ada seseorang yang mau mengunjungi siswa siswi di jam pelajaran, mereka harus datang ke ruang kepala sekolah dan menemui guru mereka. Saya yang kebetulan mendengar percakapan mereka memutuskan ikut mendampingi Laura keluar." Tatapan Noah kali ini benar-benar serius.
Kepala Lynelle kini dipenuhi berbagai macam pertanyaan, salah satunya adalah siapa pengemudi mobil ford keluaran lama yang dimaksud Noah.
"Namun, setelah sampai di luar sekolah, mobil tersebut menghilang. Sejak saat itu ia tak pernah tampak lagi," ujar Noah mengakhiri pembicaraannya.
"Kau sudah mengadukan ini pada pihak sekolah?" tanya Lynelle.
"Sudah, tetapi CCTV sekolah tidak sampai ke seberang jalan. Aku juga tidak memiliki bukti kuat bahwa mobil tersebut mungkin saja dapat membahayakan keselamatan Laura. Atau ... Laura memang memiliki kerabat yang memiliki mobil tersebut.
Lynelle terdiam. Pasalnya, tak ada satu pun dari sanak saudara mau pun kerabatnya yang memiliki mobil ford keluaran lama. Wanita itu pun menghembuskan napasnya guna menenangkan diri.
Noah yang menyadari kegelisahan Lynelle juga turut berusaha menenangkan wanita itu. "Maaf, bukan maksudku untuk menakut-nakutimu," sesalnya.
"Tak apa. Justru aku berterima kasih, karena dengan begini aku bisa meningkatkan kewaspadaan. Tolong beritahu aku jika mobil tersebut kembali datang ... kalau perlu ambil gambarnya," pinta Lynelle.
"Baik, aku akan melakukannya."
Tanpa berlama-lama lagi, Lynelle pun pamit undur diri. Noah mengantar wanita itu sampai ke mobilnya. Tak lupa, dia berpesan pada Lynelle untuk berhati-hati.
Di sepanjang perjalanan, Lynelle tak bisa menjernihkan pikirannya. Berbagai macam pertanyaan memenuhi isi kepala wanita itu. Entah mengapa sejak proyek Herz37 berjalan, ada saja hal-hal yang mengusik keselamatan keluarganya. Padahal dia masih sedikit trauma pasca kecelakaan kecil sang suami beberapa hari sebelumnya.
Apa lagi plat mobil box tersebut diketahui palsu.
Lynelle memijit keningnya yang mulai terasa sakit. Sepertinya dia harus menambah personil keamanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Siska Agustin
ini pasti nih ulah Sebastian dia ingin menyingkirkan Steven dg cara halus,tp ngapa sama Laura juga dia kan gk ada kaitanya?!
2022-08-06
0
Sophia Verheyden✨
harus diperketat penjagaannya, ell
2022-08-05
0
Sophia Verheyden✨
ngeri diintai begini
2022-08-05
0