Suara bel rumah terdengar berbunyi ketika Lynelle baru saja turun dari lantai dua. Sembari menggendong Sean, wanita itu berjalan menuju pintu keluar.
"Tidak apa-apa, biar aku saja," ucap Lynelle saat salah seorang asisten rumah tangganya hendak membukakan pintu.
"Baik, Nyonya." Asisten rumah tangga tersebut mundur dua langkah, lalu membungkukkan badannya sejenak sebelum pergi dari sana.
"Hello, bayi rupawan kesayangan Aunty April!" Tepat ketika Lynelle membuka pintu depan, seorang wanita berpakaian nyentrik dan mahal berdiri di sana. Wanita itu mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan barang belanjaan.
Dia adalah April Bailee, satu-satunya sahabat baik Lynelle sejak sekolah menengah pertama.
April menempelkan pipinya pada Lynelle dan mencium gemas pipi Sean, sebelum kemudian masuk ke dalam rumah tanpa dipersilakan. Mereka memang sudah saling terbiasa jika bertandang ke rumah satu sama lain.
Lynelle mengikutinya dari belakang. "Aku pikir kau baru akan pulang minggu depan," katanya.
April meletakkan barang belanjaannya di atas meja pantry. Salah satu kebiasaan April ketika berada di rumah Lynelle adalah memasak, sebab April selain tidak memiliki banyak peralatan masak, dia juga tidak pandai berkutat di dapur. Oleh sebab itu, April memanfaatkan keahlian sahabatnya sekaligus belajar gratis.
"Event dimajukan, jadi lebih cepat selesai." Jawab April seraya menghampiri Lynelle untuk mengambil alih Sean.
Sean tertawa riang begitu berada di dalam gendongan April. Putranya itu memang sangat menyayangi April. Begitu pula dengan April. Wanita yang kini berprofesi sebagai desainer itu sangat menyukai anak kecil, akan tetapi, hingga saat ini dia masih enggan untuk hidup berkomitmen seperti Lynelle.
April merupakan wanita yang bebas. Dia tak ingin hidupnya terkekang dalam sebuah ikatan pernikahan. Baginya, menikah membutuhkan sebuah kekuatan melebihi kekuatan super, dan dia tentu saja tidak memilikinya.
Namun, bukan berarti April tidak memiliki tambatan hati. Tahun ini adalah tahun ketiga April menjalin hubungan dengan Dimitri, seorang pria berkebangsaan Perancis yang berprofesi sebagai musisi. Keduanya bertemu saat April mengadakan Fashion Week di Paris.
Lynelle mengeluarkan berbagai macam barang belanjaan yang dibawa oleh April sembari mengamatinya satu persatu. Maklum saja, terkadang April membeli barang atau bahan makanan yang tidak diperlukan, sampai-sampai mereka harus pergi ke supermarket lagi.
Lynelle mengangguk-anggukan kepalanya kala mendapati tak ada bahan makanan yang terbuang kali ini. Rencananya mereka akan membuat Jambalaya untuk makan siang, dan Ice Cream Sundae sebagai penutupnya.
Lynelle memanggil salah seorang asisten rumah tangganya untuk mengambil alih Sean terlebih dahulu.
"So, mulai dari mana kita?" tanya April seraya merenggangkan kedua tangannya.
"Makanan ini mudah, jangan terlalu berlebihan." Lynelle menggelengkan kepalanya.
"Mudah bagimu, sulit bagiku!" April mendelik sejenak, sebelum kemudian mengeluarkan udang dan dada ayam untuk dibersihkan.
Lynelle tertawa kecil. Selagi April mengurus daging-dagingan, dia pun mulai menyiapkan bumbu-bumbu.
Meski memakai banyak bahan, Jambalaya merupakan salah satu makanan paling mudah dibuat. Makanan khas Louisiana, Amerika Serikat, ini adalah salah satu makanan yang sangat cocok disantap saat jam makan siang.
"Bagaimana kabar Dimitri? Aku dengar dia baru saja kembali dari kampung halamannya." Lynelle memulai pembicaraan sembari sibuk mencincang bawang bombai.
"Baik-baik saja." Jawab April. Suaranya yang terdengar tidak bersemangat membuat Lynelle menoleh pada sahabatnya itu.
"Ada apa? Kalian bertengkar lagi?" tanya Lynelle.
April menghentikan kegiatannya memotong dada ayam, lalu menghela napas panjang. "Entahlah. Permasalahan kami masih bertahan di seputaran itu-itu saja dan aku sudah benar-benar bosan membahasnya."
"Aku pikir kau sudah harus memikirkan perasaannya, Ap," ujar Lynelle. "Zaman sekarang jarang sekali ada pria bujang yang betah dengan satu wanita, apa lagi pria itu ingin menunjukkan keseriusannya."
April kembali melanjutkan kegiatannya. "Aku takut berkomitmen, Ell, ada terlalu banyak pertimbangan lain, selain aku tak ingin terkekang."
Lynelle menatap wajah sang sahabat dengan raut perihatin. Benar juga, dia hampir lupa alasan lain mengapa April tidak ingin menikah. Perceraian kedua orang tuanya membuat April tidak mempercayai sebuah ikatan, sesakral apa pun.
Bahkan sejak perceraian itu, April sama sekali tidak pernah menemui ayah dan adik laki-laki hingga kini. Dia dan ibunya harus berjuang menjalani hidup tanpa nafkah dari sang ayah.
"Tidak semua pria terlahir seperti ayahmu, Ap," imbuh Lynelle.
"Ada banyak kemungkinan, Ell, dan aku tak ingin mengambil resiko." Suara April terdengar sedikit dingin.
"Lalu bagaimana jika dia pergi meninggalkanmu?" Lynelle tampak tak peduli jika pertanyaannya kali ini sedikit menohok dan tajam.
April terdiam sejenak. Tangannya terlihat mencengkeram erat pinggiran meja pantry. "Tak masalah, aku bisa mencari pria tampan lain!" Wanita itu menoleh ke arah Lynelle dan tersenyum jenaka. Suaranya tak lagi terdengar dingin dan tidak bersahabat. "Ahh, sudah, jangan bicarakan soal aku terus. Kini giliranmu! Bagaimana kabar Steven dan proyek besar yang digarapnya itu, Ell?" tanya April kemudian.
Lynelle mengangkat bahunya. "Baik. Hanya ada sedikit masalah, tetapi semua berjalan dengan baik." Jawab wanita itu.
"Dempster Enterprise kini tengah menjadi perbincangan hangat setelah membangun stasiun televisi sendiri, kuharap proyek baru Steven berjalan dengan baik," ucap April tulus.
"Terima kasih. Aku bahkan tidak tahu soal itu," kata Lynelle. Dia kini tengah mencincang bawang putih dan seledri.
"Ck, kau ini! Oh iya, kapan peresmiannya?" April bertanya lagi.
"Minggu depan dan kau harus datang bersama Dimitri. Oke?"
"Itu kalau kau ingin melihat kami menghancurkan pesta kalian dengan pertengkaran tak penting kami." April memutar bola matanya.
"Tidak akan. Pokoknya kau harus datang bersama kekasihmu! Oke, April?" Lynelle bertolak pinggang dan menatap April galak.
"Ya, ya, ya, baiklah!" Jawab April malas.
Mendengar itu Lynelle tertawa kecil. Mereka pun kembali sibuk berkutat dengan masakan mereka.
"Jadi apa yang pertama-tama aku lakukan untuk membuat benda ini?" ujar April sembari menunjuk gambar Jambalaya di ponselnya menggunakan pisau daging.
"Ini bukan benda, Ap. Pertama-tama panaskan mentega dulu, lalu tumis bawang bombai, bawang putih, seledri, dan cabai hijau. Aduk-aduk hingga rata dan harum. Setelah itu, tambahkan bay leaf, garam, paprika bubuk, oregano, merica, dan thyme, lalu aduk rata kembali."
"Oke, perlahan, Ell! Lebih baik aku menghafal urutan letak payet pada gaun dari pada resep masakan!" Seruan April membuat Lynelle kembali tertawa. Meski mereka sering memasak, April benar-benar tidak pernah mencatatnya dalam kepala. Bahkan di rumah, Dimitri lah yang memasak untuk mereka. Jika tidak ada Dimitri, maka April akan mengandalkan sang ibu untuk membuatkannya makanan.
Satu-satunya hal yang mampu April lakukan hanyalah menggoreng telur mata sapi, itu pun masih suka hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Untaian Fiksi(Hiatus)
terus berlatih, semangat kk othor😘
2022-08-19
0
Santai Dyah
telur mata sapi itu enak lho
2022-08-08
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
My Bestie mampir
2022-08-03
1