Uji ilmu beladiri

Pertarungan antara Araki dan Moji, kali ini cukup melelahkan.

Didalam benaknya, Araki merasakan kelincahan pada diri Moji dalam menghalau setiap serangan yang ia dapat darinya. Namun, seketika Araki menyadari akan kelemahan dari Moji yang lemah dalam mendapatkan serangan.

Tentunya, serangan dari Moji tidak begitu kuat saat dirinya merasakannya. Namun, dalam benak pikiran Araki, rupanya tak semua orang bisa melihat setiap kelemahan dari Bujaro dan Moji.

Walaupun Bujaro terlihat cukup kuat dalam menyerang lawannya, tetapi dirinya tetap lemah dalam halauan serangan. Sedangkan Moji, dirinya hanya sigap dalam halauan serangan saja. Sedangkan serangannya sendiri tak sekuat sang kakak.

Kali ini pertarungan antara Araki dan Moji akan dimulai kembali setelah beristirahat. Kemudian, sang Paman menyuruh mereka untuk bersiap-siap kembali.

"Araki, Moji, siapkan diri kalian." Ucap orang tua Bujaro dan Moji.

"Siap, Paman." Jawab Araki sambil membusungkan badannya.

Begitu juga dengan Moji, menyahut dengan kalian yang sama.

"Siap, Ayah." Jawab Moji.

Sebelum memulai untuk bertarung, keduanya memasang kuda-kuda. Dalam benak Moji, ia ingin sekali lagi menyerang Araki sesuai keinginannya.

'Aku yakin, jika Araki memang lemah dalam menghalau serangan dariku. Jadi, aku pastikan aku yang akan menang.' Batin Moji dalam benaknya.

Sambil memasang posisinya dan saling mencari titik kelemahannya masing-masing, terlihat jelas dalam sorot mata Moji, jika Araki menyadari saat inilah kesempatannya untuk dapat menjatuhkan Moji.

Begitu semangatnya saat bertanding, Moji terlihat bernafsu dalam pertarungan ini. Didalam kesempatan inilah, kelemahan milik Moji pasti akan lemah saat menghalau setiap serangannya.

Sang paman kemudian memberikan aba-aba, yakni tanda dimulainya pertarungan.

"Mulai!"

Ucap orang tua Bujaro dengan suara yang kedengaran cukup keras lewat indra pendengaran.

Tidak seperti kemarin, pertarungan kali ini benar-benar terlihat sangat menegangkan. Bahkan, keduanya saling serang dan menyerang. Namu, tak seperti sebelumnya, bahwa pertarungan sebelumnya, Araki banyak menyerang. Tetapi kali ini, justru sekarang Moji yang terlihat dominan dalam menyerang.

Araki yang telah mengetahui kelemahan dari Moji, dirinya memang sengaja untuk membiarkannya agar terus menyerangnya.

Tanpa disadari serangan demi serangan yang dilancarkan Moji kepada Araki, rupanya telah membuat sosok Moji kelelahan. Tiba-tiba, tendangan kaki Araki mendarat dipunggung lawannya. Seketika, membuat tubuh adiknya Bujaro mendadak tersungkur ketanah.

"Berhenti." Ucap ayahnya Bujaro dan menghentikan pertandingan tersebut.

Setelah itu, Araki segera menghampiri Moji, lalu meraih tangannya.

"Kamu tidak kenapa-kenapa kan, Moji?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya.

"Aku tidak apa-apa, Araki. Ternyata kamu itu sangat hebat, dan mengetahui kelemahan diriku." Jawab Moji sambil bangkit sendiri, dan memuji kehebatan dari Araki.

Araki tersenyum mendengarnya.

"Itu hanya kebetulan saja, mungkin juga kau sedang lengah saat aku menyerang dirimu." Ucap Araki.

"Sudah waktunya untuk istirahat, mari kita istirahat sebentar." Timpal sang Paman ikut bicara.

Karena sudah waktunya untuk istirahat, ayah Bujaro mengajak mereka untuk istirahat kembali.

Karena tidak ingin membuang waktunya dengan sia-sia, Araki dan Moji bergegas berjalan ke tempat istirahat. Sedangkan Bujaro telah menunggunya sejak tadi.

"Bagaimana pertandingannya dengan Araki, Moji?" tanya sang kakak kepada adiknya.

"Araki sangat luar biasa, Kak. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Dia rupanya sangat hebat." Jawab Moji memujinya.

"Ah, mungkin itu hanya kebetulan saja." Sahut Araki dengan merendahkan dirinya.

"Benar kok, kamu sangat hebat." Puji Moji.

"Sudah, sudah, sekarang waktunya untuk istirahat." Kata ayah Bujaro dan Moji ikut menimpali.

Karena tidak ingin mendapatkan hukuman, mereka memilih untuk nurut dan segera beristirahat sambil memakan bekal yang telah mereka persiapan dari rumahnya.

Tidak terasa juga, hari pun telah senja. Kemudian, mereka segera mengakhiri latihannya, dan Sang Paman mengajak anak-anaknya untuk pulang, termasuk Araki.

"Kita akhiri latihannya untuk hari ini ya, Nak. Besok kita lanjutkan kembali latihannya." Ucap orang tuanya Bujaro dan Moji.

"Ya, Paman."

"Ya, Ayah."

Jawab ketiganya dengan serempak.

Lalu, mereka bergegas kembali menuju rumah. Masih seperti biasa, sesampainya di rumah, semua makanan telah terhidangkan di atas meja. Kemudian, mereka bersama-sama untuk menikmati hidangan tersebut.

Hari terus berlalu, sang paman telah menganggap Araki sebagai murid sekaligus anaknya. Tidak terasa juga, hari dimana pertandingan hampir tiba. Latihan kali ini Sang Paman telah mempersiapkan latihan yang tidak biasa.

"Latihan kali ini kita akan berlari, Nak." Ucap Sang Paman".

"Lari?" ketiganya berucap dengan serempak.

"Ya, Ayah akan memberi kalian petunjuk arah atau jalan yang akan kalian lalui. Setiap jalan yang kalian lalui, Ayah telah memasang perangkap. Ingat, kalian bertiga harus sigap dan waspada. Karena kali ini Araki mengikuti latihan, maka ayah telah merubah sedikit perangkap yang sudah Ayah susun dengan sebaik mungkin. Sedangkan untuk Bujaro dan Moji, perangkap kali ini bukan seperti biasanya, yeng jelas Ayah telah mengubah perangkapnya jadi kalian harus waspada." Ucap sang ayah menjelaskan kepada anak-anak nya, termasuk Araki yang sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri.

Ketiganya mengangguk.

"Apakah kalian sudah mengerti?" tanya sang ayah untuk memastikannya.

"Mengerti." Sahut kepada anak-anaknya, termasuk Araki

Sang Paman kemudian memberikan dari masing-masing mereka sebuah peta rute jalan yang akan mereka lalui. Kemudian, memberinya saran agar mereka berhati-hati dalam setiap langkah yang akan dilewatinya.

"Ingat ya, anak-anakku. Selama disepanjang jalan yang akan kalian lalui, akan ada banyak rintangan yang harus kalian lewati." Ucapnya.

Setelah memberi peringatan, ketiganya mengangguk tanda mengerti apa yang sudah dijelaskan.

langkah.

Ingat anak-anakku,disepanjang jalan yang akan kalian lalui ada rintangan."ucap sang Paman.

Sang paman lalu mengatakan kepada rute jalan yang harus dilalui.

Anak-anakku, jalan pertama yang akan kalian lalui adalah hutan. Didalam hutan tersebut ada perangkap yang telah disediakan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan ada rintangan lain yang akan menghadang kalian bertiga." Ucapnya.

Moji dan Bujaro, juga Araki, ketiganya tengah menyimak dengan serius.

"Lalu, jalan yang kedua kalian akan memasuki sebuah goa, setelah kalian keluar dari hutan ada goa yang harus kalian lalui. Mulut goa tepat menghadap ke goa sedangkan pintu keluar goa menghadap kesebuah sungai." Sambungnya lagi untuk memberi penjelasan kepada ketiganya.

"Terus, kemana lagi, Ayah?" tanya Moji.

"Kalian harus menyebrangi sungai tersebut, untuk rintangan terakhir kalian akan melewati sebuah rawa. Rawa yang akan kalian lalui terdapat sebuah lumpur hidup, tentu saja kalian harus berhati-hatilah untuk melewatinya. Jangan khawatir, karena Ayah akan mengawasi kalian. Juga, Ayah akan memandu kalian sampai kalian kembali lagi ke Padang rumput ini. Disetiap tempat yang akan kalian lalui terdapat tiga jalan. Ayah akan membagi setiap jalan tersebut. Bujaro akan melalui jalan sebelah kiri, Araki jalan tengah dan Moji akan melewati jalan sebelah kanan." Sambungnya lagi untuk memberi penjelasan yang cukup detail.

Ketiganya saat mendengar penjelasan ketika mendapatkan arahan, mereka tengah berpikir.

"Bagaimana, apakah kalian sudah mengerti?" tanyanya.

"Mengerti." Sahut ketiga anak tersebut.

"Kalau begitu, sekarang juga kita akan memulainya. Siapkan diri kalian sebaik mungkin, buang kecemasan kalian bertiga." Ucapnya lagi.

"Siap! untuk dimulai." Ucap orang tua Moji dan Bujaro.

"Siap!" jawab ketiganya serempak.

Saat aba-aba dimulai, bergegaslah masing-masing dari mereka. Ketiganya sangat bersemangat untuk saling mendahului. Bujaro yang bersemangat, ia segera berlari lebih dahulu, kemudian dilanjutkan oleh Araki untuk menyusul.

Tidak mau tertinggal oleh Araki dan Bujaro, sedangkan Moji mempercepat larinya agar tidak tertinggal oleh keduanya. Sampailah Bujaro lebih dahulu untuk memasuki hutan tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!