Latihan beladiri

Sang kakak, yakni Bujaro yang juga memiliki kelincahan dalam menyerang, sedangkan adiknya Moji, ia memiliki kelincahan dalam menghindari serangan-serangan yang dilancarkan oleh lawannya.

Pertarungan Antara keduanya membuat Araki geleng kepala.

Araki berfikir, alangkah sigapnya mereka dalam berlatih, keduanya memiliki kemampuan yang luar biasa tanpa di duga sebelumnya.

Pukulan demi pukulan, kemudian dilancarkan Bujaro, tetapi belum ada satupun pukulan yang mendarat ditubuh Moji. Bahkan, mereka berdua benar-benar sama hebatnya. Tapi, dibalik kelihaian seorang Bujaro, tak lepas memiliki satu kelemahan saat dalam menghindari setiap serangan yang dilancarkan adiknya si Moji.

Disaat sang kakak terlihat mulai kelelahan, saat itu juga sang adik berhasil menendang dada Moji.

BUG!

Seketika, bagian dada bidang milik sang kakak terkena tendangan dari adiknya. Rupanya, tendangan dari sang adik tak begitu kuat tapi cukup untuk mendorong tubuh Bujaro mundur.

Tidak terima mendapatkan serangan dari sang adik, Bujaro dengan tiba-tiba menyerang Moji kembali.

Pertarungan tersebut membuat Araki menyadari, bahwa ternyata banyak orang hebat yang tidak ia ketahui. Tetapi, pertarungan Bujaro dan Moji tidak membuatnya panik ataupun takut, justru membuat Araki semakin bersemangat dan juga menyimpan rasa penasaran.

Jurus demi jurus yang gerakkan Bujaro dan Moji, dengan mudahnya Araki untuk mengingatnya.

Pertarungan antara kakak beradik, kemudian dihentikan oleh ayahnya sendiri.

"Berhenti." Ucap sang ayah dengan suara yang kedengarannya cukup keras.

Seketika, keduanya berhenti bertarung. Lalu, beristirahat sejenak sebelum untuk memulainya kembali.

Sambil menunggu kedua anaknya beristirahat, mencoba untuk mendekati Hanya. Tentu saja untuk bertanya kepadanya mengenai latihan.

"Bagaimana, Nak Araki?" tanyanya sambil menepuk punggungnya.

Araki dibuatnya kaget, pastinya, karena dirinya tengah melamun.

"Apanya, Paman." Jawab Araki yang

berpura-pura tak mengerti apa yang diucapkan oleh sang paman.

"Pertarungan mereka, Nak? bagaimana menurutmu?" tanya sang paman.

Araki tersenyum mendengarnya.

"Benar-benar sangat luar biasa, Paman. Bahkan, Bujaro dan Moji sama-sama memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Masing-masing mereka berdua memiliki kelincahan dalam bertarung." Jawab Araki memuji kakak-beradik yang sama hebatnya.

Setelah menyaksikan keduanya, dalam benak Araki, dirinya dapat mengetahui kelemahan satu sama lainnya, yakni Bujaro dan Moji.

Tetapi, Araki tidak mungkin untuk memberitahu tentang kelemahan tersebut kepada orang tuanya, lebih lagi kepada Bujaro dan Moji.

Setelah cukup untuk beristirahat, dilanjutkan kembali latihannya. Kemudian di lanjut giliran Araki dan Bujaro disuruh untuk bertanding.

"Kalian sudah siap."

Keduanya mengangguk, pertanda mengiyakan.

Setelah keduanya sudah siap untuk bertarung, mereka berdua bersiap-siap memasang kuda-kuda. Selanjutnya, aba-aba pertarungan telah diucapkan oleh sang paman.

"Siap!"

Pertarungan, pun dimulai.

Saat Bujaro dan Araki mulai bertarung, sang adik yang bernama Moji memperhatikan pertarungan antara keduanya.

Kemudian, Moji melihat Araki begitu cepat dalam menghindari setiap serangan dari Sanji.

Namun tiba-tiba.

BUG!

Ternyata tendangan dari Bujaro mendarat dipunggung Araki. Seketika, Araki tersungkur.

Sang paman menghentikan pertarungan antara putranya dengan Araki.

"Berhenti!"

"Bagaimana, Araki. Apakah kita lanjutkan pertarungannya? atau ada rasa sakit pada bagian punggung kamu?" tanya sang paman.

"Dilanjutkan saja pertarungannya, Paman. Saya tidak apa-apa." Jawab Araki meyakinkan.

Sanji tersenyum, karena hanya sebentar saja, dirinya sudah dapat mendaratkan tendangannya ke punggung Araki.

Dirinya berpikir.

'Ternyata lebih sigap adiknya.' gumamnya dalam hati.

Setelah itu, pertarungan antara Bujarodan Araki dilanjutkan kembali. Dengan semangatnya, Bujaro terus menyerang Araki.

Latihan antara Bujaro dan Araki langsung di berhentikan oleh sang paman, karena menurutnya keduanya sudah cukup untuk bertanding.

"Berhenti." Ucap sang paman untuk menyudahi latihannya.

"Latihan untuk kali ini, kita sudahi dulu. Kita bisa lanjutkan besok lagi, bagaimana?"

"Ya, Yah."

"Ya, Paman."

Lalu, mereke menghentikan latihannya. Selesai latihan, mereka segera pulang ke rumah.

Seperti biasa, istri sang paman sudah menyiapkan makanan untuk mereka. Kemudian, menikmati makanannya bersama. Selesai makan, mereka beristirahat ke kamarnya masing-masing.

Saat sudah berada di kamar, Araki merebahkan tubuhnya setelah melepaskan pakaiannya.

"Ternyata, Bujaro sigap juga untuk melawan lawannya." Gumam Araki sembari menatap langit-langit kamar dengan posisi kedua tangannya yang dijadikan bantal.

Setelah itu Araki bangkit dari posisinya dan memilih untuk duduk di tepi tempat tidurnya.

"Tetapi sayangnya, kelincahan yang dimiliki oleh Bujaro hanya pada serangannya saja. Justru, dia begitu lemah dalam menangkis serangan." Gumam Araki sambil duduk.

Kemudian, Araki berdiri dan menuju jendela.

"Bujaro memang punya stamina yang bagus, tapi dia masih lemah dalam menangani setiap serangan. Itu suatu keuntungan bagiku, tetap saja, dia tidak bisa dipandang remeh." Gumamnya lagi sambil melihat luar lewat jendela.

Sambil melihat di luaran sana, arah pandangannya tertuju pada pohon yang begitu tinggi.

"Besok aku akan mencoba kesigapan Moji, adik Bujaro yang tak banyak menyerang, tapi dia sangat pandai dalam menghindari setiap serangan." Ucapnya lirih sambil memegangi jari-jari pada jendela.

.

.

.

Waktu telah dilewati.

Tibalah hari berikutnya, seperti biasa, mereka akan berlatih di Padang rumput di seberang sungai.

Sesampainya di sana, mereka memulai melakukan pemanasan sebelum latihan benar-benar dimulai.

"Siap! semuanya." Ucap sang paman dengan tegas.

"Siap! Ayah." Sahut Bujaro dan Moji bersamaan.

"Dan, kamu Araki, apakah sudah siap untuk latihan?" tanya sang paman

"Siap, Paman." Sahut Araki dengan semangat, karena rasa penasaran untuk bertarung kembali.

"Sekarang giliran kamu dengan Moji untuk memulai latihan. Ingat, persiapkan diri kalian berdua sebelum dimulai." Perintahnya kepada Araki dan Moji.

Keduanya mengangguk sambil membusungkan badannya, setengah membungkuk.

Setelah itu, keduanya tengah bersiap-siap untuk maju ke depan. Tentu saja untuk melakukan uji pertandingan yang kemarin belum dilanjutkan.

Seperti biasa, sebelum memulai pertarungan, Araki dan Moji memasang kuda-kuda. Sedangkan sang paman memberikan aba-aba untuk keduanya.

"siap!" ucap sang paman dengan nada yang kerasa.

"Ingat, ini hanya latihan, bukan beneran bertanding. Jadi, berhati-hati lah kalian berdua. Satu lagi, gunakan keseriusan kalian dalam latihan." Ucapnya untuk mengingatkan putranya dan Araki yang hendak latihan bertarung.

Keduanya, pun menjawabnya dengan serempak.

Tidak ada lagi yang kurang, sang paman memulai pertandingan antara keduanya.

"Mulai!" ucap sang paman dengan tegas.

Keduanya pun memulai pertarungannya untuk uji coba dalam latihan.

Diawal pertarungan, Araki terus mencoba untuk menyerang. Benar saja, setiap serangan yang dilakukan oleh Araki, dengan mudahnya dihalau oleh Moji.

Boleh diakui, bahwa Moji memang ahli dalam menghalau serangan dari lawannya. Serangan yang diterimanya, masih bisa dihalau oleh Moji. Tetapi sayangnya, serangan dari Moji tidak sekuat sang kakak yang bernama Bujaro.

BRUG!

Sekali menyerang, Araki terkena pukulan di dadanya.

"Kamu tidak apa-apa kan, Araki?" tanya sang paman.

Araki menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, Paman." Jawab Araki.

"Berhenti." Ucap sang paman menghentikan pertarungan tersebut.

"Kita istirahat sejenak." Sambungnya.

Tidak ada penolakan apapun dari mereka berdua, akhirnya mereka istirahat sejenak.

Araki merasakan betapa sigapnya Moji dalam menghalau setiap serangan yg dilancarkannya.

"Araki, ayo istirahat dulu." Ajak Bujaro.

"Ya, baiklah." Jawab Araki disertai anggukan.

Sedangkan sang kakak sangat menikmati latihan adiknya itu saat bertarung dengan Araki.

Tidak ada gubuk untuk berteduh, mereka istirahat dibawah pohon dekat sungai sembari meminum air putih yang dibawa oleh mereka.

"Bagaimana latihannya, Araki?" tanya Bujaro sambil memainkan kayu kecil yang ada ditangannya.

"Lumayan." Jawab Araki.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!