#Bab 4

Satu minggu kemudian.

Di studio MX CHANNEL.

"Pecat saja dia, Pak! Dasar gak tahu malu. Kepala aja yang dipakaikan Jilbab, tapi hatinya enggak. Masa tega menggelapkan uang," ungkapan kebencian dari seorang pria yang di tunjukan pada Alma.

"Tidak, Pak! Semua bukan salah saya, ini pasti salah paham. Saya gak mungkin menggelapkan uang busana, saya mohon jangan pecat saya Pak, saya gak bersalah.. Ini jebakan," Nisa memohon agar tidak di pecat, karena dirinya memanglah di fitnah.

"Halah... Maling mana ada yang mau ngaku," ucap salah satu pekerja di studio.

"Nisa! Saya selaku wakil direktur disini sangat kecewa dengan kamu. Kamu tau poin-poin jika bekerja di perusahaan studio MX Channel ini kan?" sang wakil Direktur menatap Nisa.

Nisa mengangguk.

"Tapi saya di fitnah, pak. Saya tidak mungkin melakukan hal jelek seperti itu," lanjutnya.

Pasalnya, di duga bahwa uang busana hilang tiga puluh persen, dan itu bagian pemegang 'an Nisa. Seseorang memberitahu pada sang direktur bahwa Nisa sudah menggelapkan uang itu, direktur pun menemui Nisa dan mengeledah tas Nisa. Ternyata terbukti bahwa Nisa lah yang menyeludupkan uang itu.

"Atas perintah dari direktur utama, hari ini juga kamu saya pecat, Nisa! Silahkan pergi dari studio ini,"

Nisa meneteskan air mata. Dia berbalik arah dan keluar dari studio. Sebelum keluar, para pekerja menyorak'i Nisa terlebih dahulu.

Nisa berjalan gontai menuju pintu keluar, dia bingung setelah ini harus bekerja dimana. Dia harus menghidupi kedua adiknya yang masih bersekolah.

Saat Nisa ingin membuka pintu, Fanny datang menghampiri Nisa.

"Dasar pencuri! Nikmati penderitaan mu ini," ujar Fanny tersenyum miring.

Nisa hanya menatap Fanny dengan tatapan curiga.

"Jangan-jangan kamu yang sudah menjebak saya?"

Fanny tampak biasa saja.

"Jangan asal ngomong kamu. Udah salah, malah memfitnah orang lain. Perempuan gak tau malu! Mending buka aja deh hijab kamu itu, percuma kan kalau berhijab tapi hatinya buruk. Suka mencuri, dan munafik." ledek Fanny.

"Kamu--" Nisa menunjuk Fanny dengan jarinya, bertepatan dengan datangnya Gibran.

Fanny terlebih dahulu melihat Gibran yang berjalan dari belakang Nisa. "Aaa!!" Fanny memekik sakit sambil memegangi tangannya.

"Sayang!" Gibran langsung berlari ke arah Fanny.

"Ada apa ini?" ujar Gibran sambil memegangi tangan Fanny. Gibran menatap Nisa tajam. "Apa yang kamu lakukan pada calon istri saya?" tanya Gibran dengan marah pada Nisa.

Nisa menggeleng. "Saya tidak ada menyakitinya, Mas. Saya--" ucapan Nisa terpotong karena Fanny dengan cepat menyelanya.

"Mas, dia mencubit ku. Rasanya sakit sekali, dia juga menuduh bahwa akulah penyebab dirinya di pecat dari perusahaan studio ini.. Padahal aku gak tau apa-apa, Mas. Dia memang bersalah maka dari itu di pecat," adu Fanny manja.

Nisa menggeleng lagi.

'pintar sekali dia bersandiwara,' batin Nisa.

Gibran berdiri tegak di hadapan Nisa.

"Dengar Nisa, kamu jangan membawa-bawa Fanny dalam masalah kamu itu. Lebih baik kamu intropeksi diri sendiri, dari pada harus menyalahkan orang lain." ujar Gibran menatap tajam ke arah Nisa.

"Tapi dia berbohong, Mas. Aku memang mengatakan bahwa dialah yang menjebak ku, tapi aku tidak mencubit atau memukulnya.." ujar Nisa menjelaskan.

Gibran mengangkat sebelah tangannya. "Cukup! Apa kamu pikir saya percaya dengan omongan mu? Saya lebih percaya Fanny daripada kamu,"

Nisa diam saja. Sudah di duga pasti dirinya akan kalah dengan Fanny.

Gibran menggenggam tangan Fanny, "Ayo kita pergi,".

Gibran dan Fanny meninggalkan Nisa yang mematung sendirian.

"Kamu salah karena sudah terlalu percaya dengan perempuan ular itu, Mas. Semoga kamu tidak jadi menikah dengannya, dia itu jahat.." gumam Nisa sendiri, sambil menatap punggung belakang Gibran yang sudah menjauh.

•

•

•

Khairunnisa ❤❤.

..

HAPPY READING..

SAMPAI JUMPA NANTI..

JANGAN LUPA UNTUK MENINGGALKAN JEJAK DAN DUKUNGANNYA.. TERIMAKASIH 😘

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***