Diandra kembali tidak sadarkan diri. Pemuda itu meninggalkan Diandra setelah merenggut kesuciannya. Tanpa ada rasa kasihan, Diandra ditinggalkan seorang diri.
Pagi harinya, seorang wanita pemulung melihat pintu rumah kosong terbuka, dia memberanikan diri masuk.
Alangkah kagetnya ibu itu melihat ada wanita dengan pakaian yang telah robek. Pemuda tadi ternyata memakaikan kembali pakaian dalam wanita itu.
Dengan tergesa pemulung itu mencarikan bantuan untuk membawa Diandra ke rumah sakit.
Sampai di rumah sakit Dokter di dampingi polisi melakukan pemeriksaan. Setelah di dapat hasilnya, polisi masih menunggu kedatangan orang yang mungkin mencari keluarganya yang hilang.
Sore hari, barulah Diandra sadarkan diri. Diandra melihat ke sekitar. Barulah sadar jika dirinya berada di rumah sakit.
Diandra kembali teringat kejadian kemarin. Kembali air mata tumpah membasahi pipinya.
Perawat masuk dan melihat Diandra telah sadar memanggil Dokter dan Polisi. Setelah dilakukan pemeriksaan,seorang Polisi wanita duduk di samping ranjang Diandra.
"Selamat sore, Mbak," ucap Polisi itu ramah.
Diandra yang melihat Polisi semakin ketakutan. Dia berpikir, apa yang akan dilakukan polisi terhadapnya.
"Mbak, jangan takut. Saya hanya ingin tau, kenapa Mbak bisa berada di rumah kosong itu dalam keadaan pingsan. Apa yang terjadi? Mungkin kami bisa bantu?" tanya polisi wanita itu dengan ramah.
Diandra hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau orang tau aib yang menimpa dirinya. Diandra menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali.
"Baiklah jika Mbak belum siap mengatakan. Istirahat saja dulu. Apa ada keluarga yang ingin dihubungi? Kami bisa bantu."
Diandra menggerakkan tangan, mengisyaratkan menulis. Polisi itu langsung mengerti.
"Mbak, mau pena dan buku untuk menulis sesuatu."
Diandra menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan benar.
"Baiklah, Mbak. Tunggu sebentar, saya ambilkan dulu."
Polisi wanita itu keluar dari kamar dan meminta pena serta buku pada perawat uang menunggu di luar kamar. Polisi itu memang yang meminta salah satu perawat untuk menjaga Diandra.
Polisi wanita itu kembali dengan membawa pena dan buku. Diandra menuliskan nama Galen dan nomor ponselnya.
"Ini nomor ponsel saudara,Mbak?" tanya Polisi wanita itu. Diandra menggelengkan kepalanya.
"Sahabat atau kenalan?" tanya Polisi itu lagi. Diandra menganggukkan kepalanya.
"Bisa tuliskan juga namanya, Mbak!" ucap Polisi itu. Dia menyerahkan kembali kertas ditangannya. Diandra lalu menuliskan namanya.
"Baiklah, saya akan coba menghubungi segera. Mbak sabar dulu. Istirahat aja. Nanti setelah siap, Mbak bisa ceritakan semuanya agar kami bisa membantu."
Polisi itu pamit. Dia keluar, membiarkan Diandra beristirahat. Setelah Polisi itu menghilang dari pandangan, Diandra kembali menangis.
Ya Tuhan, kenapa semua ini menimpaku. Apa yang harus aku lakukan. Aku nggak mau orang tau jika aku ini korban pemerkosaan. Pasti nanti orang akan mengucilkan aku. Menghina aku. Aku malu. Semua juga salahku. Galen sudah mengingatkan agar aku pulang lebih cepat.
...----------------...
Malam harinya, Diandra dikejutkan dengan kedatangan Galen. Pria itu langsung memeluk Diandra.
Diandra ingin rasanya memanggil namanya Galen, namun suaranya tertahan. Diandra hanya bisa menangis.
Setelah cukup lama menangis. Galen melepaskan pelukannya. Galen duduk ditipi ranjang, menghapus air mata Diandra yang jatuh membasahi pipinya.
Galen datang setelah polisi mengabarkan jika ada teman wanitanya yang mungkin menjadi korban pemerkosaan, dan saat ini sedang berada di rumah sakit.
"Diandra, ceritakan semuanya denganku. Apa yang terjadi?" ucap Galen dengan menggenggam tangan Diandra.
Diandra kembali menangis. Dia ingin sekali mengatakan semuanya. Namun, bibirnya terasa kelu. Lidahnya membeku, tidak ada kata yang bisa keluar dari mulutnya. Diandra menggelengkan kepalanya.
"Diandra jangan menangis saja. Katakan semuanya, biar aku bisa bantu kamu!" ucap Galen.
Diandra kembali hanya bisa menggelengkan kepalanya. Diandra mengisyaratkan, menunjuk mulut dan tenggorokannya dan menggelengkan kepala. Diandra mengisyaratkan menulis.
"Kamu nggak bisa bicara? Kamu ingin mengatakan semuanya dengan menulis saja?" tanya Galen kaget.
Diandra menganggukkan kepalanya tanda membenarkan ucapan Galen. Pria itu memandangi Diandra dengan rasa iba. Kembali Galen membawa Diandra ke dalam pelukannya. Tanpa bisa Galen tahan, air matanya juga ikut turun membasahi pipi.
Ini semua salahku, seandainya aku menemani Diandra pastilah semua tak akan pernah terjadi.
...****************...
Bersambung.
Selamat Siang semuanya. Bagaimana cerita mama kali ini? Semoga semua suka. 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Cheryl Bob
Baru baca bab Dua,mata ku berkaca-kaca😥😥😥😩😩😩
2023-03-27
1
diyah
lanju
2023-03-17
0
Rinjani
baca aah klu bagus cuss
2022-10-29
2