Rena duduk di kantin, mulutnya tak hentinya mendumel, hingga mengeluarkan sumpah serapah untuk dosen baru itu.
"Kenapa?" tanya Alena, salah satu teman Rena yang berbeda jurusan tiba-tiba duduk di hadapan Rena.
"Bete aku!" sahut Rena.
Alena mengerutkan keningnya, menatap Rena dengan tatapan bingung. "Gak sengaja tadi lewat kelas mu. Masih ada mata kuliah kan, yang mengisi materi juga dosen baru. Kok kamu bisa di sini sih? Hello seorang Rena Nugraha anaknya Tuan Rava Nugraha kok bisa sampai bolos kuliah, ini benar-benar sesuatu yang-"
Ucapan Alena terhenti ketika Rena dengan cepat menyumpal mulutnya dengan kerupuk di depannya.
"Berisik tau mulutmu! Dah tau aku lagi bete malah ngoceh mulu. Teman gak ada akhlak!" cebik Rena seraya memutar sedotan yang berada dalam gelasnya.
Alena mengambil kerupuk di mulutnya, lalu tersenyum masam, "ah elah Ren. Aku tau kau lagi Bete. Tapi, ya jangan pelit-pelit amat sih, nyumpal mulut aku cuma pake kerupuk doang, kira-kira kek pake apa?" Alena memasang muka melas, tetapi kerupuknya kembali ia makan.
Rena berdecak, ia tau banget apa mau teman satunya itu yang paling banyak makan, tetapi anehnya badannya tetap kurus. Kadang Rena berfikir mungkin Alena terkena gizi buruk. Oh tidak! Mungkin karena saat Alena makan, ada setan yang membantunya. Entah apapun itu, Rena tak mau ambil pusing.
"Pesanlah yang kamu mau!" perintah Rena akhirnya.
Alena tersenyum senang, "oke! Kamu emang sahabat aku yang paling tau apa mauku!"
Rena menggelengkan kepalanya, sementara Alena memanggil pelayan kantin. "A mie ayam satu setengah porsi ya, kasih sayuran yang banyak, kasih kuah sedikit. Cepat ya, jangan pake lama. Lapar ini pake banget!" pintanya.
"Iya buat Eneng Alena apa sih yang enggak. Bahkan sayur satu gerobak aja bakal Aa Samsul berikan!" jawab Samsul dengan senyum menggodanya, membuat Rena terkikik geli.
"Buru atuh! Eneng laper ini." Alena mengusap perutnya.
"Minumannya mau apa Neng. Susu murni, apa susu buatan?" tawarnya.
"Susu kedelai hitam!"
"Malika dong!" jawab Samsul yang teringat iklan merek salah satu kecap terkenal di televisi.
"Es jeruk."
"Baik! Tunggu sebentar ya Neng geulis!"
Sepeninggal Samsul, Alena pun kembali menoleh ke arah Rena yang masih terkikik. "Sialan! Kenapa kau ketawa?"
Rena menggeleng, "gak! Cocok banget kamu sama si Samsul!"
"Kira-kira dong Ren. Ya kali kamu doain teman kamu yang cantik ini jadi pelakor!" dengus Alena. Tak lama kemudian Samsul tiba dengan membawa pesanan Alena. Gadis itu mengucapkan terimakasih, matanya berbinar bahagia ketika melihat mie ayam yang ia pesan penuh dengan sayuran sawi hijau.
Rena terdiam membiarkan temannya itu menikmati makanannya. Sementara dirinya sibuk memikirkan kira-kira ada sanksi gak karena ia tidak mengikuti kelas dosen baru itu, sebagai anak yang rajin Rena merasa khawatir. Tapi, ia berharap tidak.
Sementara itu tidak jauh dari tempatnya Rena duduk, seorang anak kecil dengan bando unicorn rambutnya lurus, memiliki bola mata coklat dan bulat, kulitnya putih seputih susu, tengah menatap ke arah Rena. Tiba-tiba senyum tersungging di bibirnya, lalu ia berkata.
"Bunda!"
Dengan binar bahagia di wajahnya, anak kecil itu berlari ke arah Rena, membuat rambut lurusnya bergoyang ketika tak sengaja diterpa angin.
"Bunda, ternyata selama kau ada di sini!" Anak itu langsung memeluk Rena dengan erat, membuat tubuh Rena membeku kebingungan.
Uhuk! Uhuk!
Sementara Alena langsung tersedak mie ayam yang tengah ia makan, sontak ia langsung mengambil minuman di depannya.
"Hei sayang." Rena mengurai dekapannya setelah beberapa saat sebelumnya ia berusaha menenangkan diri. Ia membingkai wajah anak kecil itu dengan kedua tangannya.
"Misel nyariin Bunda selama ini, tapi kenapa Buna tidak pernah pulang," ucap Misel dengan wajah sendu.
Di detik itu Rena pun paham, jika anak itu tengah mengira dirinya adalah ibu kandungnya.
Alena membeliakkan kedua matanya, "Ren, sejak kapan kau sudah punya anak? Kok nikah gak undang aku sih!" ujarnya, entah gadis itu tengah mengejek dirinya atau bagaimana.
"Ngomong sama ember!" celetuk Rena kesal, membuat Alena mengerucutkan bibirnya dengan kesal.
"Sayang, apa yang kau katakan. Kakak ini bukan Bunda mu," terang Rena mencoba menjelaskan dengan kata selembut mungkin. Tentu saja ia tak ingin, anak itu sakit hati terhadap perkataannya.
Misel menggeleng, "tidak! Kamu itu Bundaku!" kekehnya.
Alena semakin menikmati pemandangan di depannya, ia merasa lucu ketika melihat temannya itu tengah berusaha menjelaskan siapa dirinya. Tetapi, anak kecil di depannya terus bersikekeh menganggap Rena adalah ibunya. Ah, kenapa semua jadi seperti sebuah drama, Alena bahkan hampir saja tak percaya. Mendadak mie ayam yang masih setengah porsi di depannya sudah tak nikmat lagi, karena terkalahkan dengan drama di depannya kini. Ketika Rena bertanya mengapa, Misel menganggap dirinya adalah ibunya. Jawaban anak itu membuat Rena dan Alena melongo.
"Karena Ayah selalu mengatakan. Bundaku itu cantik, rambutnya panjang!"
Oh Tuhan! Mendengar penjelasan itu seketika Alena ingin tertawa. Sementara Rena rasanya ingin menenggelamkan dirinya ke dalam bantal. Bukankah itu hanyalah alasan klise, perempuan cantik berambut panjang itu banyak, tetapi kenapa harus dirinya. Entah bagaimana lagi Rena harus menjelaskan bahwa dirinya adalah Rena, bahkan ini adalah pertemuan pertama keduanya, bukan ibu dari anak itu. Tetapi, Misel tetap kekeh bahkan kedua matanya pun terlihat mengembun.
"Bunda jahat! Bunda tidak mau menganggap aku putrimu," teriak Misel dengan air mata yang berlinang. Seketika Rena menjadi panik, ia bingung harus melakukan apa. Beruntunglah suasana kantin itu masih sepi. Jika keadaan ramai, pasti orang akan mengira jika dirinya telah menjahati anak itu.
Di saat Rena hendak membuka suara kembali terdengar seorang wanita berlari ke arahnya dengan memanggil Misel.
"Lho Non Misel ternyata di sini. Nany cariin dari tadi lho, ayo Non kita pulang!" ajak seorang wanita dengan seragam baby sitter.
Misel menyembunyikan tangannya, seraya menggeleng dengan kuat, "tidak mau! Aku mau pulang jika Bunda pun ikut pulang."
Pengasuh Misel nampak terkejut mendengarnya, ia memberanikan diri menatap ke arah Rena, mencoba mencari kemiripan antara perempuan itu dengan ibu kandung Misel. Hasilnya nihil, ia pikir anak majikannya itu hanya tengah berhalusinasi.
"Non katanya mau ketemu Ayah. Tapi, ayahnya Non Misel kan masih sibuk, jadi ayo kita pulang!" bujuknya lagi.
Lagi, Misel tetap menggeleng dengan kuat, bahkan kedua tangannya kini beralih memegangi pakaian Rena seolah tak ingin terpisahkan dengannya.
Rena tentu saja bingung harus melakukan apa, sementara ia meyakini bahwa sebentar lagi pasti kantin akan ramai. Dirinya tentu tak ingin menjadi tontonan banyak orang di sana. Akhirnya, dengan terpaksa Rena mencoba membujuk anak itu dengan sedikit berbohong.
"Misel, kamu pula aja dulu. Soalnya aku masih harus belajar?"
"Bunda masih sekolah?" tanyanya dengan polos.
Rena mengangguk, "iya sayang! Jadi A-aku, em Bunda belom bisa pulang bareng Misel. Tidak apa kan, nanti Buna nyusul," dustanya. Mana mungkin ia lakukan hal itu kenal dan tau rumahnya saja tidak. Yang pikirkan saat itu adalah bagaimana caranya supaya anak itu segera pergi darinya, meski harus menggunakan kebohongan.
"Baiklah, aku percaya! Aku akan menunggu Bunda di rumah," balasnya dengan senyum binar bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
玫瑰
menarik ni
2023-05-15
0
FUZEIN
Kasihan misel
2023-01-13
2
Wati_esha
Masih nyimak ya.
2022-08-04
0