Happy reading ♥️
Elang berkerut alis tak paham dan segera membukanya. rahang Elang mengetat seketika menandakan ia sangat marah saat melihat isi amplop coklat itu.
"Ayo pulang !" ajak Elang sembari menarik halus lengan Nayla. Bukannya bergerak mengikuti langkah Elang, gadis itu terdiam menatapi telapak tangan Elang yang bertengger di lengannya.
Padahal hanya seperti itu saja, tapi getarannya sampai ke hati dan membuat kekacauan di sana. "Ya Tuhan... apa yang Elang lakukan?" batin Nayla. Hatinya sudah mereog tak karuan.
Elang tolehkan kepala karena Nayla diam tak bergerak "Ayo pulang !" ajak Elang.
"Maaf," gumam Elang pelan saat ia sadari Nayla tengah menatapi tangannya yang dengan lancang menyentuh Nayla. Elang pun melepaskannya.
"Ayo aku antar, sekalian pulang," kata Elang sembari memutar tubuhnya dan berjalan mendahului Nayla. Ia tak mau si gadis melihat wajahnya yang berubah merah.
"Beg* banget sih , El. Ntar dia takut sama Lo !" merutuki kebodohannya sendiri sambil berdecak kesal. Elang kembali tolehkan kepala melihat ke belakang ke arah Nayla dan bersyukur dalam hati saat gadis itu menurutinya.
Nayla cukup terkejut saat Elang menyuruhnya memasuki mobil mewah yang Nayla ketahui adalah milik Papinya. Tanpa banyak bertanya, Nayla segera memasuki mobil itu setelah Elang bukakan pintu untuknya.
Elang meletakkan amplop coklat itu di dashboard mobil, tapi segera ia melemparnya ke jok belakang seolah takut Nayla akan melihatnya. Padahal Elang tahu jika gadis itu tak akan melakukannya, tapi Elang benar-benar takut jika itu terjadi.
Seperti biasa hening selama perjalanan. Elang tak bicara begitu juga Nayla. Hanya debaran jantung keduanya saja yang bertalu-talu saling bersahutan.
"Kamu pulang sore terus ?" tanya Elang.
"eh ? a-aku ?"
"Iya," sahut Elang singkat.
"Mmm i-iya kalau ada les," kata Nayla terbata-bata.
"apa harus ?" tanya Elang lagi.
"Apanya ?" tanya Nayla tak paham.
"Les," jawab Elang sambil fokus pada jalanan.
"I-iya, agar nilai ku baik,"
Hening untuk beberapa saat karena Elang tak lagi bertanya.
"Apa tak bisa berhenti dulu ?" tanya Elang.
"Hah ? emmm tidak, kasian kak Nadia yang sudah susah-susah membayarnya jika aku nya malas-malasan," jawab Nayla. Lagian kenapa Elang bertanya sejauh ini ? dan ini adalah rekor percakapan paling panjang antara dirinya dan Elang. Hati dan jantung Nayla sudah berkolaborasi untuk menyanyikan lagu Haico di dalam sana.
"Hati-hati kalau pulang sore," tambah Elang.
Ya Tuhan...
Nayla tak bisa lagi menyembunyikan senyum sumringahnya, cepat-cepat ia tolehkan ke arah jendela karena Nayla tak mau Elang melihat wajahnya yang merah. Apa kata Elang nanti ? pasti lelaki itu menyangka Nayla ke GR an.
Tapi euforia bahagia itu tak berlangsung lama karena Nayla ingat perkataan Elang bahwa ia menganggapnya hanya sebagai adik saja. Seperti yang pernah dirinya dengar saat Elang berada di kantin.
"Setidaknya Elang peduli," Nayla menghibur dirinya sendiri. Cukup seperti ini saja sudah membuatnya bahagia, dan semoga suatu hari nanti Elang mau melihatnya sebagai gadis remaja yang jatuh cinta padanya.
Hari masih sore, matahari masih bersinar dengan terang tapi di depan rumah Nayla sudah terparkir mobil hitam yang sama-sama berlogo bintang seperti punya Elang. Nayla tahu, Alex sudah datang.
Alex adalah kakak ipar Nayla. Telah hampir 3 Minggu ini Nadia tinggal di rumah sejak kehilangan bayi mereka.
Nayla tak mengerti cinta orang dewasa. Ia tahu jika Nadia dan Alex saling mencintai tapi sepertinya hubungan mereka tidak baik-baik saja. Ia ingat perkataan sang kakak beberapa malam lalu saat suaminya belum pulang.
"Kamu udah punya pacar, Dek ?" tanya Nadia saat ia dan Nayla terbaring di atas ranjang yang sama. Alex selalu meminta Nayla untuk menemani sang kakak dengan imbalan uang padahal tanpa imbalan apapun juga, Nayla akan dengan senang hati menemani kakak tercintanya itu.
"Belum," jawab Nayla karena itu memang yang sebenarnya.
"Tapi udah punya seseorang yang kamu suka ?" tanya Nadia lagi dan kali ini Nayla mengangguk pelan sebagai bentuk jawaban.
Nadia tersenyum dan berkata "Semoga dia pun membalasmu dengan rasa yang sama, semoga cintamu tak bertepuk sebelah tangan karena itu sangat menyakitkan," ucapnya lagi sembari mata menerawang. Sang kakak terlihat sangat sedih waktu itu hingga membuat Nayla bertanya-tanya apakah Nadia merasakan hal yang sama.
"Tapi gak apa-apa, biasanya seumuran kamu hanya cinta monyet saja" lanjut Nadia berusaha menghilangkan rasa sedihnya yang masih terlihat kentara.
"Tapi bagaimana kalau perasaan ini gak hilang sampai aku dewasa ?" tanya Nayla.
Bukan tanpa alasan ia bertanya seperti itu, sudah 2 tahun Elang memenuhi hatinya padahal pemuda itu tak pernah tahu perasaan Nayla.
"waahhh segitunya, Nay? dia cinta pertama kamu ?" tanya Nadia.
Nayla menganggukkan kepalanya dengan mantap dan Nadia pun tersenyum penuh arti karenanya.
"Cinta pertama memang berat rasanya, Nay. Entah ini cinta pertama atau bukan... tapi kita akan selalu mencintainya walaupun telah dipatahkan berulang kali," ucap Nadia dengan penuh perasaan
"Mbak pernah merasakan?" Tanya Nayla.
Nadia hanya tersenyum dan setelah itu mengajaknya untuk tidur karena ia tak mau lagi membicarakannya.
Nayla tak mengerti bagaimana cinta orang dewasa, yang ia tahu ia sangat suka pada Elang dan merasakan senang bila bisa dekat dengannya seperti saat ini. Dan satu yang pasti, ia tak akan membiarkan Elang tahu tentang perasaannya. Nayla takut Elang tak memiliki perasaan yang sama dan juga takut lelaki itu menjauhinya. Cukup bagi Nayla bisa mencintai Elang dengan diam-diam saja.
"Ayo turun," ucapan Elang membuyarkan lamunan Nayla.
Elang turun lebih dulu, ia berjalan menuju rumah sederhana Nayla dimana ibunya dan Nadia tengah duduk-duduk di teras sambil mengobrol.
Elang tak tinggal lama, ia hanya berpamitan setelah mengantarkan Nayla. Itu adalah kebiasaannya. Lelaki muda itu langsung pergi begitu saja tanpa berkata-kata lagi pada Nayla. Padahal tadi di mobil, Elang cukup banyak bicara.
"Jangan berharap lebih,Nay," lagi-lagi Nayla membatin dalam hati. Apa ini maksudnya perkataan Nadia ? kita akan terus menyukainya walaupun dia banyak membuat kecewa.
Sesampainya di mobil, Elang meraih amplop coklat dari jok belakang dengan susah payah. Ia kembali melihat isinya yang merupakan photo Nayla yang diambil saat gadis itu pulang les sekolah beberapa waktu lalu dan photo saat Elang menjemputnya dulu.
"Siallll," maki Elang.
Ternyata sudah cukup lama Leo memata-matai Elang. Mungkin juga sudah lama Leo ingin meneror Elang tapi aksesnya pada pemuda itu sudah tertutup rapat.
Leo tak memiliki nomor telepon Elang karena memang Elang kini berganti nomor dan penggunaannya dalam pantauan ketat dari kedua orangtuanya. Hanya orang-orang tertentu yang mempunyai nomor telepon Elang, bahkan Nayla saja tak punya.
Selain itu Elang juga sama sekali tidak mempunyai akun media sosial hingga sulit bagi Leo untuk menghubunginya dan Leo terpaksa menggunakan cara lama dengan mencetak photo Nayla dan Elang dari ponselnya dan mengirimkannya langsung pada yang bersangkutan.
Elang terdiam beberapa saat sebelum ia merogoh ponselnya dari dalam saku. Di sana terdapat nomor telepon dengan nama yang disamarkan dan di blokir dalam waktu cukup lama.
Elang tahu resiko besar yang akan dihadapinya bila ia dengan nekad membuka blokir nomor itu. Ia akan berhadapan dengan orangtuanya sendiri. Tapi masalahnya ini menyangkut Nayla.
Elang tak akan biarkan siapa pun menyakiti gadis kesayangannya itu. "Sebutin tempatnya dimana, gue datang sekarang juga," ucap Elang saat panggilan itu terhubung.
To be continued ♥️♥️
thanks for reading ♥️♥️
jangan lupa vote yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
yaaahhh ... nekad kamu, Lang ... 😓
2023-08-09
0
EndRu
apa ini malah semakin tidak aman bagi Nayla
2023-01-15
0
Imas Tuti
aduh Abang Elang nekad........bisi di kirim ke Jerman nanti sama Mami nya......
2022-12-14
0