Happy reading ♥️
"Jangan sok beg* ! tentu saja bukan adek lo yang gue maksud," lanjutnya lagi sambil tersenyum miring menunjuk Nayla dengan telunjuknya dan rahang Elang mengetat seketika.
Bibir Elang terkatup rapat, gerahamnya gemeletuk menandakan jika ia benar-benar merasa marah sekarang. Ia amati telunjuk Leo yang tengah menunjuk Nayla dengan sorot matanya yang dingin dan tajam. Sungguh Elang tak terima Nayla diperlakukan seperti itu. Ingin rasanya Elang menarik jari itu dan mematahkannya, tak hanya jarinya saja tapi Elang juga mampu mematahkan hingga lengannya.
Dengan berani Elang raih jari telunjuk itu dan menurunkannya perlahan. "Jangan bawa-bawa dia," desis Elang terdengar dingin namun begitu jelas di setiap kata yang diucapkannya.
Pemuda bernama Leo itu terkejut dan memperhatikan dengan kedua matanya ketika Elang dengan berani menurunkan tangannya.
"Urusan lo sama gue aja, mau beresin sekarang ?" tanya Elang tenang. Ia menantang pemuda itu tanpa rasa takut sama sekali.
"Sepertinya dia benar-benar berarti buat Lo ?" tanya Leo sembari tersenyum miring meremehkan. Ia senang bisa mengetahui titik lemah lawannya "Gue mau lu rasain apa yang gue rasain bang-sat. Gue akan balas segala sesuatu yang pernah lo lakuin ke gue" desis Leo penuh ancaman dan Elang paham ke mana arah bicara pemuda itu.
"Cewek culun itu ( Nayla ) gak ada sangkut pautnya dengan masalah kita," sahut Elang. Terpaksa ia berkata seperti itu agar Leo tak mengincar Nayla.
"Cewek yang lo puja-puja aja bukan level gue, apalagi dia," lanjut Elang masih berusaha meyakinkan lawannya itu jika nayla bukan lah seseorang yang berati untuk nya.
Sebenarnya Elang sangat tak suka bermasalah karena seorang perempuan. Terlalu norak bagi Elang, tapi jika ini menyangkut Nayla maka ia tak akan diam saja. Akan Elang hadapi siapapun itu.
Seketika Leo menjadi diam ketika Elang menyinggung tentang perempuan yang pernah dia puja namun ternyata di belakangnya, si perempuan itu mengejar-ngejar Elang. Dengan sifatnya yang pendendam dan tak mau kalah, Leo bersumpah pada dirinya sendiri untuk merebut siapapun yang Elang sukai.
"Lo sakit jiwa ! sindrom Lo gak hilang-hilang!!" maki Elang.
Elang selalu menganggap Leo sebagai pemuda yang memiliki sindrom superstar. Leo selalu merasa dia lebih dari segalanya. Ia sangat berbangga diri karena berasal dari keluarga kaya raya dan juga pejabat publik di kota itu.
Merasa paling gaul juga bergaya hingga egonya begitu terluka saat kekasih yang ia bangga- banggakan ternyata menyukai Elang dan meninggalkannya. Walaupun pada akhirnya si perempuan itu kembali padanya dan beralasan jika Elang lah yang telah menggodanya tapi Leo tahu jika kekasihnya itu lah yang tergila-gila pada Elang. Leo tak terima dirinya kalah dari Elang yang dia anggap berada di bawahnya.
Bukan karena masalah seorang perempuan saja yang membuat Leo dan Elang tak akur. Sekolah mereka yang sama-sama elite juga sudah bermusuhan sejak lama. Sudah menjadi rahasia umum jika kedua sekolah itu bersaing dengan cara tak sehat dan salahnya Elang ikut-ikutan dalam masalah itu dengan dalih membela nama sekolah dan setia pada kawan-kawannya.
Sejak di sekolah dasar Elang sudah mengikuti latihan pencak silat dan juga menjadi siswa sekolah sepak bola, kemudian di tingkat SMP Elang mengikuti latihan taekwondo dengan serius. Elang memang sangat menyukai kegiatan yang bersifat melatih fisik.
Tak heran jika ia cukup tangguh saat berkelahi dan dengan postur tubuhnya yang tinggi serta parasnya yang tampan membuat nama Elang cepat terkenal dikalangan anak remaja. Dan hal itu juga yang membuat Leo semakin tak suka pada Elang. Ia merasa pamornya dikalahkan oleh seseorang yang levelnya berada di bawah dirinya.
"Pergi dari sini, atau mau gue seret keluar ?" bisik Elang.
"Inget, Lo cuma sendirian sekarang. Gak ada temen-temen Lo yang bisa bantuin. Jadi mendingan pergi aja sebelum gue nekad," bisik Elang lagi dan ancaman itu cukup membuat Leo bergidik ngeri. Salah satu temannya telah dipatahkan tangannya oleh Elang hingga mengharuskan Elang pindah sekolah.
"Gue pergi, tapi urusan kita belum selesai," sahut Leo. Ia pun pergi meninggalkan Elang begitu saja.
Dan Elang benar-benar memperhatikan kepergian Leo dari sana. Ia tak mau keberadaan Leo membahayakan Nayla dan juga adiknya.
Setelah memastikan Leo tak ada lagi di sekitar mereka, Elang pun berjalan menghampiri Amelia sang adik dan Nayla yang masih asyik memilih buku yang akan mereka beli.
"Kita pulang, udah mau gelap," ucap Elang tak terbantahkan.
"Apaan sih bang El, baru juga sebentar di sini," rengek Amel tak terima.
"10 menit lagi, bang El tunggu di luar," ucap Elang tanpa memperdulikan sang adik yang masih merengek manja tak mau pulang. Elang tak mendengarkan ocehan Amelia, ia langsung melangkahkan kakinya keluar dari toko buku itu dan melihat ke sekeliling untuk memastikan tak ada Leo di sana.
10 menit kemudian, seperti apa yang diperintahkan oleh Elang. Amelia dan Nayla keluar dari toko buku itu dengan paper bag berisikan buku-buku yang mereka beli.
"Ayo pulang," ajak Elang sembari berjalan mendahului. Ia membiarkan Amelia dan Nayla berjalan di belakangnya dan sesekali menolehkan kepalanya untuk memastikan keduanya baik-baik saja.
***
"Kak El, ini jaketnya. Terimakasih banyak," ucap Nayla seraya menyerahkan jaket itu pada Elang walaupun sebenarnya ia merasa begitu enggan.
Cepat-cepat Elang meraih Jaket hitam miliknya tanpa berkata-kata. Wajahnya kembali datar dengan sorot mata dingin dan tajam. Ia segera memasuki mobilnya diikuti oleh Amel dan Nayla kemudian.
"Nay, bisa gak sih kamu duduknya di belakang bang El jadi kita enak ngobrolnya. Biar aku gak pegal kepala nengok ke belakangnya," ucap Amelia pada sahabatnya itu. Mereka memang sedang terlibat pembicaraan yang sedang seru-serunya.
Deg !
Debaran jantung Nayla mulai menggila. Apa tak cukup dengan mengenakan jaket Elang saja ? apa hari ini juga ia harus duduk di belakang Elang hingga jarak mereka makin dekat ? Ya Tuhan...
Nayla mengigit bibir bawahnya dengan kedua telapak tangannya yang saling meremas karena rasa gugup.
"Nay, geser ih....," Amelia menolehkan kepalanya dan dengan terpaksa Nayla pun menuruti kemauan temannya itu.
Elang mulai menjalankan mobilnya, Amelia meneruskan kembali obrolan mereka sedangkan Nayla tak bisa berkonsentrasi dengan apa yang dibicarakan temannya itu.
Di bangku belakang, Nayla tak bisa menahan senyum bahagianya. Hanya karena bisa dekat dengan Elang seperti ini saja sudah membuat Nayla merasa senang dengan hebatnya.
"Nay, kok senyum-senyum sendiri sih ? kan aku cerita bagian sedihnya," protes Amel. Mendengar itu, Elang langsung melihat pada Nayla melalui kaca spion di atas kepalanya.
Elang pun melengkungkan senyuman samar saat ia melihat Nayla tersenyum.
Merasa diperhatikan, Nayla pun mengalihkan pandangannya pada kaca spion yang berada dekat kepala Elang. Pandangan mereka bertemu untuk sesaat dan senyuman Nayla pun surut seketika. Berganti dengan pipinya yang merona, kemudian ia pun tundukkan kepalanya menghindari tatapan mata Elang yang mampu membuat hatinya begitu kacau saat ini.
Elang pun kembali fokus pada jalanan, karena ia ingin segera pulang.
***
Malam harinya Nayla membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan senyuman lebar membayangkan apa yang telah terjadi di hari ini.
Beberapa kali ia menggulingkan badannya ke kiri dan ke kanan tapi tetap saja bayangan tentang Elang tak mau hilang dari kepalanya.
Perasaan Nayla semakin kacau saat radio yang sedang ia dengarkan memutar lagu "First Love" yang dipopulerkan oleh Nikka Costa.
"It's my first love
What I dreaming of
When I go to bed
When I lay my head upon my pillow
Don't know what to do"
"My first love
Thinks that I'm too young
He doesn't even know
Wish that I could show him what I'm feeling
Cause I'm feeling my first love,"
( Inilah cinta pertamaku,
Apa yang aku impikan
Saat aku akan tidur
Saat aku meletakkan kepalaku di atas bantal
Tak tahu apa yang harus aku lakukan)
(Cinta pertamaku
Berpikir bahwa aku terlalu muda
Dia bahkan tidak tahu
Seandainya aku bisa menunjukkan padanya apa yang aku rasakan
karena aku sedang merasakan cinta pertamaku)
Nayla menghela nafas, meresapi setiap lirik yang dinyanyikan yang begitu sesuai dengan keadaannya saat ini.
"Elang....," desah Nayla begitu lirih sembari berusaha menutup matanya.
***
Sementara itu di rumahnya, Elang baru saja memasuki kamarnya di lantai dua. Ia membuka baju dan melemparkannya ke dalam keranjang baju kotor yang telah disiapkan sang Mami di sudut kamar.
Lalu Elang berganti baju dan meraih jaket hitamnya yang akan Elang masukan ke dalam keranjang baju kotor juga.
Tapi...
Elang urungkan niatnya saat wangi lembut bedak bayi menempel pada jaket miliknya. Wangi yang berasal dari Nayla tentu saja. Elang menarik nafas dalam membayangkan wajah gadis yang kini menjadi cinta pertamanya.
Ya tak ada seorang pun yang tahu jika seorang Elang tengah jatuh cinta. Dan Elang pun tak akan membiarkan siapapun tahu mengenai perasaannya termasuk Nayla.
To be continued ♥️
thanks for reading ♥️
Jangan lupa like komen vote dan hadiah ya 😚
mumpung Senin vote yuuu
buat yang suka aja yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nila Nila
nih berdua sama sama cinta dalam diam 😅🤣🤩😍
2023-11-18
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
cinta tapi cuma dipendam doank mah ... pedih atuh, Lang ....
2023-08-09
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
Elang tetiba keselek tuh namanya di sebut2 terus .... 😁😁
2023-08-09
0