Happy reading ♥️
Sedangkan di bangku belakang pikiran Nayla melayang jauh, berpikir sangat beruntungnya gadis yang disukai oleh Elang. Ia menelan ludahnya paksa sambil menatapi wajah Elang dari arah belakang.
"Ya Tuhan....," gumam Nayla pelan hampir tak terdengar.
Ia pun membuang pandangannya ke arah luar jendela mobil dan menatapi apa saja yang dilewatinya untuk mengalihkan perhatiannya dari sosok Elang. Hatinya menjadi melow seketika hanya karena memikirkan Elang tengah jatuh cinta padahal itu belum tentu kebenarannya, tapi satu hal yang pasti siapapun gadis itu bukanlah dirinya. Nayla pun menghela nafasnya.
Harusnya Nayla tahu diri bahwa cintanya terbalaskan oleh Elang adalah sesuatu hal yang mustahil. Padahal setiap hari Nayla selalu mengucapkan kata-kata mantra itu tapi sepertinya tak berhasil juga, karena hatinya dengan lancang terus mencinta.
Suasana di mobil pun menjadi hening pasca Elang mematikan mesin pemutar musik. Amelia sibuk dengan ponselnya, Elang fokus pada jalanan dengan wajah datarnya, sedangkan Nayla sibuk dengan pikirannya sendiri tentang Elang.
"Nay, kita nonton film horor aja yuk ?" Amel memecah keheningan. Ternyata selama ini dirinya tengah mencari informasi tentang film yang sedang diputar di bioskop yang akan mereka datangi.
"Tapi aku penakut," jawab Nayla dan seketika Elang pun sedikit menolehkan kepala. Walaupun ia tak melihat langsung pada gadis itu tapi pusat perhatiannya dari jalanan teralihkan untuk beberapa saat hanya karena jawaban yang Nayla berikan.
"Tenang kan ada aku ! kamu bisa bersembunyi di belakang aku," jawab Amelia terdengar jumawa, sedangkan Nayla juga tahu bahwa Amelia pun penakut seperti dirinya.
"Emang gak ada film yang lain ?" tanya Elang tanpa menolehkan wajahnya pada sang adik.
"Ada, tapi aku pengen banget nonton film ini soalnya lagi trending," cerocos Amelia dan sepertinya Elang tak bisa memprotesnya lagi atau lebih tepatnya tak mau mendebat adiknya itu. Nayla hapal benar bagaimana seorang Elang.
Lelaki muda itu tak tertarik untuk banyak bicara, apalagi beradu argument.
"Oke terserah kamu, Mel," jawabku agar persoalan tentang film yang akan ditonton tak lagi menjadi sebuah masalah.
Setelah beberapa waktu berkendara dan melalui segala rintangannya seperti macet dan padatnya jalanan, akhirnya ketiganya sampai ketempat tujuan. Nayla dan Amelia membenahi tas mereka saat Elang telah memberhentikan mobilnya dengan sempurna.
Elang berdiri di sebelah mobil tempatnya keluar, menunggu dan memperhatikan Amelia juga Nayla yang menyusul keluar dari mobil melalui pintunya masing-masing. Setelah yakin tak ada lagi yang tertinggal dalam mobil ketiganya berjalan memasuki gedung yang merupakan sebuah pusat perbelanjaan atau mall
Nayla dan Amelia berjalan berdampingan sambil mengobrol dan sesekali tertawa riang, sedangkan Elang berjalan di belakang mereka. Bisa Nayla lihat dengan jelas bagaimana arah mata para gadis seusianya yang memandang seseorang yang berjalan tepat di belakangnya, siapa lagi jika bukan Elang.
Dengan tinggi tubuhnya yang mencolok, kulit putih pucat kemerahan, rambut coklat madu alami, dan netra matanya yang berwarna karamel akan menghipnotis siapa pun yang melihatnya. Ditambah hidung mancung sempurna, juga bibir merah muda padahal Elang adalah seorang laki-laki. Tak heran jika beberapa gadis muda yang berpapasan dengan mereka akan langsung menatap kagum pada Elang dan tak sedikit dari mereka yang saling berbisik ketika melihat Elang.
Ya.. Elang dan sejuta pesonanya mampu menghipnotis mata para gadis termasuk Nayla yang sudah 2 tahun ini kehilangan fokusnya pada lelaki lain karena hati dan pikirannya hanya di isi oleh Elang seorang saja.
Elang sadar jika dirinya menjadi pusat perhatian, karena setiap gadis yang berpapasan dengannya akan menatap penuh puja bahkan ada beberapa dari mereka yang memberikan senyum padanya.
Inilah salah satu alasan Elang tak suka pergi ke dalam keramaian karena ia akan menjadi pusat perhatian. Ia merogoh saku dan mengenakan masker hitam di wajahnya. Sambil berjalan ia memainkan ponselnya hanya untuk menghindari pandangan yang tertuju padanya.
Diam-diam Nayla menolehkan kepalanya melihat sekilas pada Elang dan apa yang sedang dilakukan lelaki itu, tapi ternyata Elang pun melakukan hal yang sama, ia mengangkat wajahnya sebentar hanya untuk melihat ke depan, ke arah gadis yang berjalan tepat di depannya hingga pandangan mereka pun bertemu dan saling terkunci untuk beberapa saat.
Deg !
Debaran jantung Nayla pun berpacu lebih cepat dari sebelumnya, segera tolehkan wajahnya kembali ke arah depan tapi lagi-lagi kehadiran Elang membuat Nayla kehilangan fokusnya.
Setibanya di bioskop Elang meminta Nayla dan sang adik untuk duduk dan ia yang akan mengantri untuk membeli tiket. Untuk ke sekian kalinya kehadiran Elang menjadi pusat perhatian dari para gadis di sekelilingnya. Bahkan yang sudah berpasangan pun tak bisa menjaga mata mereka untuk tidak melihat pada Elang.
Bajunya yang serba hitam begitu kontras dengan kulit putihnya yang pucat dan kemerahan dan dengan tinggi menjulang menjadikan Elang tak mungkin untuk dilewatkan oleh tatapan mata termasuk Nayla, meskipun ia berusaha untuk tak memandang Elang dan melihat ke arah lain tapi pada akhirnya mata Nayla kembali tertuju pada Elang dan sialnya setiap Nayla melakukan itu, Elang pun sama. Ia menatap Nayla dengan wajah datarnya.
"Yaa Tuhan...," gumam Nayla yang sudah tak tahan lagi dengan siksaan batin yang saat ini Elang berikan padanya.
"Mel, aku beli makanannya ya," ucap Nayla memotong pembicaraan Amelia sang sahabat. Selama Amel mengajaknya berbicara, Nayla tak bisa berkonsentrasi hingga ia tak bisa menangkap apa yang Amelia maksudkan. Semua hanya karena Nayla tak bisa melepaskan Elang dari kepalanya.
"Oh, oke aku titip pop corn yang banyak butter nya, minuman bobba red Velvet dan keripik kentang, tapi aku gak ikut ya males antrinya," ucap Amelia sambil nyengir kuda. Ia pun merogoh tasnya untuk mengambil dompet tapi Nayla menahannya.
"Kali ini aku yang bayarin ya, Mel,"
"Hah, serius ?" tanya Amel.
"Iya, tadi sebelum pergi kak Alex memberikan aku banyak uang katanya sebagai tanda terima kasih karena sudah jaga kakak aku, Nadia," jelas Nayla.
Amel manggut-manggut paham, "Kak Nadia keguguran ya ? aku tahu dari mami," ucap Amel.
"Hu'um, udah satu Minggu ini kak Nadia tinggal di rumah dan kakak iparku meminta aku untuk selalu menjaganya bahkan tidur malam pun aku temani sampai kak Alex datang,"
"Beruntung banget kak Nadia ya, punya suami yang cinta banget sama dia. iri deehhh," desah Amelia.
"Iri apaan ? pacar aja kita gak punya, Mel. Ngaco ah !! ya udah aku pergi dulu," Nayla pun berdiri dan hendak beranjak pergi tapi ia hentikan langkahnya dan kembali pada Amelia.
"Buat Kak El, beliin apa ?" tanya Nayla.
Amelia yang sedang fokus pada layar ponselnya pun mengangkat wajahnya,"gak usah dia mah, biarin beli sendiri," jawabnya.
"Hah ? masa sih Mel ? aku gak enak ini, Kak El udah bayarin tiket nonton kita padahal sebenarnya dia gak mau ikut kan ?"
"mmm... apa aja deh," sahut Amel malas-malas.
Nayla pun akhirnya pergi menuju tempat penjualan makanan. ""Beruntung banget kak Nadia ya, punya suami yang cinta banget sama dia. iri deehhh," perkataan Amelia terngiang-ngiang di telinga Nayla dan ia bayangkan bagaimana Nadia dan Alex dirumah mereka.
Alex selalu menemani Nadia walaupun kakaknya itu sepertinya sedang mendiamkan Alex, dan kakak iparnya itu akan menelpon Nayla di waktu-waktu tertentu hanya untuk memastikan jika Nadia sudah makan dan meminum obat yang diberikan dokter kandungannya. Alex benar-benar menunjukkan rasa cintanya pada sang kakak padahal mereka menikah karena perjodohan.
"Beruntung sekali mereka yang dicintai oleh lelaki yang kita cinta," desah Nayla dengan nelangsa di tambah banyak sekali muda-mudi seusianya yang saat ini sedang kencan dengan pasangannya. Mereka saling bergandengan tangan dengan mesra, sedangkan Nayla hanya mampu menyimpan sendiri perasaannya selama 2 tahun ini pada lelaki yang bisa Nayla lihat dari jauh saja.
Nayla menolehkan lagi kepalanya ke pada Elang yang masih mengantri tiket. Tepat di belakang Elang, berdiri segerombolan gadis yang tengah melihat Elang sambil berbisik-bisik.
"Hei, jangan ganggu Elang !! dia milikku," gumam Nayla dengan mata sendunya.
"Mau pesan apa, Kak ?" tanya seorang perempuan yang bekerja di tempat penjualan makanan itu.
"Kak ? Kakak baju putih !" ucapnya dengan meninggikan volume suaranya dan itu membuat Nayla tersentak karena rasa terkejut.
"Ehh.. maaf... saya pesan es kopi Machiato, Bobba red Velvet ........," Nayla pun menyebutkan apa-apa saja yang dipesannya. Sungguh segala sesuatu tentang Elang bisa membuatnya kehilangan fokus.
to be continued ♥️
thanks for reading ♥️
Visual Nayla versi otor
Cerita ini akan berlanjut hingga mereka dewasa yaa... jadi bersabarlah bacanya wkkwkwkw
semoga masih mau baca yaaa
terimakasih ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Anisa 977
sandrina micele yah
2023-10-05
0
Anisa 977
judul novel y apa
2023-10-05
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
cantik .... 😍😍
2023-08-08
0