Happy reading ♥️
Nayla menyunggingkan senyum yang dipaksakan, tak terbayang apa yang akan terjadi dengan hatinya di hari ini. Insiden perpustakaan tadi saja sudah membuatnya tak berdaya.
"Nay, ayo kita pergi ! kamu kok bengong sih ?" Amelia menarik lengan Nayla untuk segera mengikuti langkahnya tapi entah kenapa kedua kaki Nayla bagaikan terpaku ke dalam bumi, tiba-tiba terasa sangat berat untuk dilangkahkan.
"Naayyyy," rengek Amelia dan akhirnya Nayla pun menurutinya. "Oke tunggu," sahut Nayla sembari memasukkan buku tadi diberikan oleh Elang untuk dipinjamnya ke dalam tas selempang yang Nayla kenakan.
Ada sidik jari Elang tertinggal di sana, Nayla menarik kedua sudut bibirnya melengkungkan sebuah senyuman manis ketika mengingat itu. Hal remeh yang sangat berharga bagi Nayla yang sedang jatuh cinta.
Tak ada Elang di ruang keluarga yang tadi Nayla lewati, hanya ada gitar listrik miliknya yang diletakkan di atas kursi. Nayla pun bisa bernafas dengan sedikit lega. "Hai hati, hari ini harus kuat ya," ucap Nayla dalam hatinya sembari terus mengikuti langkah Amel menuju ke lantai 1.
Nayla berdiri sebentar saat dia melewati sebuah cermin besar dan menilik penampilannya saat ini. Wajah polos hanya di poles sunscreen dan bedak tabur, bibirnya pun diolesi pelembab sedikit saja. Ia tak tahu Elang mau ikut jalan-jalan hari ini, seandainya Nayla tahu mungkin dia akan meminta sedikit masakara milik Nadia untuk mempertegas bulu matanya yang memang sudah lentik.
"Mikirin apa sih Nay? " desah Nayla. "ngapain dandan buat Elang ? ingat... he is so out of reach, Dia terlalu Starbak untuk kamu yang kopikap" Nayla mengucapkan kata-kata mantra itu itu sambil terus bercermin agar ia sadar diri jika Elang tak akan tergapai. "Hei, mata... kumohon jangan terus melihat ke arahnya saja ya nanti," masih Nayla berbicara pada dirinya sendiri. Belum apa-apa ia sudah merasa frustasi.
"Naaayyyy," terdengar suara Amelia yang memanggilnya dari arah garasi dan Nayla pun kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju Amelia berada.
"Hai Nay," sapa Bimo yang ternyata berada di sana dan baru saja keluar dari mobil milik Elang. Pantas saja tadi Nayla tidak melihat mobil Elang terparkir dan dia sudah percaya diri jika Elang tak ada di rumah tapi kenyataannya ternyata tak sesuai pikirannya.
"Eh Kak Bimo, apa kabar ?" tanya Nayla dengan tersenyum lebar. Nayla memang cukup dekat dengan lelaki itu, karena ia adalah mantan kekasih kakak Nayla yang bernama Nadia.
"Baik, kamu gimana ?" Bimo balik bertanya.
"Baik Kak," jawab Nayla singkat.
"Mau jalan ? hati-hati ya, Nay" ucap Bimo sembari mengacak puncak Nayla penuh kasih sayang layaknya kakak pada adiknya sendiri karena memang itulah yang Bimo rasakan pada Nayla.
"oghey," jawab Nayla seraya mengacungkan ke dua jempolnya dengan senyuman lebar hingga matanya menyipit. Deretan gigi putihnya terlihat dengan jelas dan Bimo ikut tersenyum melihatnya.
Senyuman Nayla langsung surut dan matanya kembali membulat saat pandangannya beradu dengan tatapan Elang yang dingin. Sangat berbeda seperti saat mereka berdua di ruang perpustakaan tadi. Elang masih bisa tersenyum walaupun samar-samar, tapi kini lelaki itu kembali ke stelan pabriknya yaitu mode diam atau silent.
"Hati-hati kalian, jangan pulang terlalu malam dan kamu El, ingat kata Mami ya temani adikmu ! jangan pergi kemana-mana!" ucap Mami Amelia yang tiba-tiba muncul di garasi dan disusul oleh suaminya.
"Elang di hukum lagi ?" tanya Bimo
"Hu'um kemarin dia pulang terlambat gak tau dari mana," jawab Mami Amelia terdengar jengkel.
Elang terlihat malas mendengar dirinya tengah dibicarakan, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya. Tapi ia mengurungkan niatnya saat Nayla membuka mulutnya.
"Kak Elang kemarin ada di sekolah kok, Mi. Pas Mau Magrib masih ada di se..ko..lah...," sahut Nayla dengan volume suara yang semakin mengecil di ujung kalimatnya. Lalu Nayla menarik paksa dua sudut bibirnya, tersenyum dengan rasa bersalah karena ikut campur urusan Elang dan Nayla yakin jika lelaki itu tak akan menyukainya.
Elang tolehkan kepala dan melihat datar pada Nayla, ia tak menyahuti atau pun mengingkari.
"Beneran, Nay ?" kali ini papi Elang yang bertanya.
"I-iya, Pi. Nayla gak bohong soalnya kemarin sore Nay baru pulang les matematika dan kebetulan ketemu Kakak El" jawab Nayla.
Dalam hati Nayla merutuki dirinya sendiri yang telah berani melibatkan diri dalam urusan Elang.
"Apa dia nganterin kamu pulang lagi, Nay ?" tanya Papi Elang lagi dengan senyuman yang tak bisa Nayla artikan.
"Kamu nganterin Nay lagi ?" tanya Mami Elang pada anaknya itu.
"Nggak Mi, Nayla pulang sendiri kok," Nayla menjawab pertanyaan itu, padahal Mami Amelia bertanya pada Elang.
Gugup bisa membuat orang tak bisa mengendalikan dirinya dan itulah yang terjadi pada Nayla saat ini. Entah kenapa ia jadi banyak bicara. "Duh...," keluh Nayla pelan. lagi-lagi merutuki dirinya sendiri yang telah berbuat bodoh.
"Walaupun kamu beneran datang ke sekolah tapi tetap saja kamu pulang terlambat, El," ucap sang Mami.
"hukuman mu masih berlanjut," lanjutnya kemudian tanpa ingin dibantah. Elang yang mendengar itu tak berkomentar apapun, ia langsung memasuki mobilnya dan menyalakan mesin.
Nayla dan Amelia pun berpamitan kepada Mami dan Papi Amel. Sedangkan Elang sudah duduk di balik kemudi dengan wajah datar seperti biasa. "Mmm Mel, mungkin Kak El sebenarnya gak mau pergi dengan kita. Bagaimana kalau nanti di jalan kita berpisah saja dengan-nya? Kak El gak usah ikut kita ngemall" tanya Nayla takut-takut sembari berbisik.
"justru dia harus ikut ! itu salah satu hukumannya, Mami takut dia pergi ke sembarang tempat kalau gak ikutin kita," jawab Amelia.
"Tapi kan kasihan, Mel," bisik Nayla sebelum mereka memasuki mobil di arah pintu yang sama. Amelia di kursi depan, sedangkan Nayla dibelakangnya.
"Elang nya mau kok ! dia gak protes pas Mami bilang harus ikut kita ngemall, padahal dia paling anti pergi ke tempat seperti itu," sahut Amel.
Elang membunyikan klakson mobil menandakan ia telah menunggu cukup lama dan menginginkan Amelia dan Nayla untuk segera memasuki mobilnya.
"iya...iya gak sabaran banget sihhh," keluh Amelia sambil mendaratkan bokongnya diskusi penumpang tepat sebelah Elang. Sedangkan Nayla duduk tepat di belakang Amelia.
Seperti biasa Elang fokus pada jalanan dengan ekspresi wajah datar, sepertinya yang Nayla lihat tadi di perpustakaan hanyalah sebuah fatamorgana.
"Tumben banget lagunya beginian," ucap Amelia saat ia sadar lagu apa yang sedang di putar Elang saat ini bila biasanya Elang memutar lagu-lagu rock tapi saat ini lagu dengan irama pelan dari Realestk berjudul Love Me yang mengalun merdu dari pengeras suara yang ada di setiap sudut mobilnya.
"Baby, why can’t you love me
Hold me so close, maybe we can be lucky
I’m calling your name, I’m screaming it out, just love me
I know that it’s hard for you to love me,"
"Sayang, kenapa kamu tidak bisa mencintaiku?
Pegang aku begitu dekat, mungkin kita bisa beruntung
Aku memanggil namamu
Aku berteriak, cintai aku
Aku tahu sulit bagimu untuk mencintaiku"
"Es balok lagi jatuh cinta ?" ledek Amel sembari tertawa geli.
"Berisik !!" sahut Elang terdengar kesal. Ia mematikan alat pemutar musik di mobilnya tapi Amelia masih saja tertawa.
Sedangkan di bangku belakang pikiran Nayla melayang jauh, berpikir sangat beruntungnya gadis yang disukai oleh Elang. Ia menelan ludahnya paksa sambil menatapi wajah Elang dari arah belakang.
"Ya Tuhan....," gumam Nayla pelan hampir tak terdengar.
To be continued ♥️
thanks for reading ♥️
Jangan lupa like komen vote dan hadiah ya
tq ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
napa Nay ?
liat babang Elang dari arah belakang aja, guwanteng banget yak ? apalagi dari depan ... 🤭🥰🥰
2023-08-08
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
kalo ada Nayla, apapun bakalan dijabanin, Mel ... 😅😅
2023-08-08
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
mulut kamu musti di lakban, Nay .... 😁😁
2023-08-08
0