#4

16 Tahun lalu

Aku,Daffa dan sepupu Daffa yang bernama Rendra sedang duduk ditepi sungai sambil menghisap rokok memandangi beberapa anak perempuan yang sedang bermain air dihadapan kami. Sesekali berbincang dengan mereka mengingatkan hati – hati terbawa arus karena aliran air disungai lumayan deras. Nampak seorang anak perempuan berjalan dari belakang kami kemudian bergabung dengan mereka. Dia tersenyum sambil memperhatikan kegiatan yang dilakukan. Rendra menyenggol tanganku dengan sikunya, aku menatap Rendra yang bertanya siapa anak perempuan yang baru datang. Sudah kuduga.

“Nayra” panggil Daffa yang membuat anak perempuan yang dimaksud Rendra seketika menoleh. Daffa memegang kausnya sambil mentertawakannya. Nayra yang kurang paham dengan maksud Daffa kembali memperhatikan kaus yang dipakainya. Yang membuatku ingin ikut tertawa, nayra mengenakan kaus yang kelihatan terlalu kecil untuknya dan bergambar beruang yang membuat Daffa berpikir kalau ia memakai baju adik sepupunya.

Nayra menatap Daffa  dengan tatapan tajam ia bertolak pinggang kemudian memutar bola matanya "it’s trend duhhhh“ yang membuat Daffa diikuti aku dan Rendra seketika menganga, karena Nayra pertama kali menggunakan bahasa inggris dihadapan kami.

“kamu kelihatan kayak anak kecil” kata Daffa sambil tertawa yang menurutku agak keterlaluan karena menurutku Nayra terlihat sangat cantik tak peduli dia memakai pakaian yang terlalu besar atau terlalu kecil.

“so what!!!” kata Nayra dengan wajah galak dan langsung memalingkan wajahnya dari kami bertiga.

“Gila, cantik banget” bisik Rendra kepadaku. “kok aku baru lihat dia selama disini?” lanjut Rendra masih penasaran.

“dia gak tinggal disini, rumahnya dikota” kataku kepada Rendra yang baru seminggu ini tinggal disini untuk liburan sekalian lebaran dirumah Neneknya yang juga neneknya Daffa. Rendra mulai tersenyum melihat Nayra yang membuatku menjadi gelisah, bertambah lagi sainganku.

“Nayra...” teriak seorang anak laki – laki dari arah belakang kami, ternyata Adit dan beberapa anak lelaki lain datang sambil membawa bola,seketika aku berdiri menyambut mereka dan mengajak bermain bola. Nayra dan anak – anak perempuan tadi beranjak dari sungai dan berjalan kearah Adit yang merupakan sepupunya.  “di panggil mama tuh“ lanjut Adit pada Nayra yang masih berjalan pelan kearah kami.

“Eh Nayra, salaman dulu dong, kan lagi lebaran“ kata Daffa pada Nayra yang sudah ada dihadapannya. Nayra menjulurkan tangannya dengan wajah juteknya. Disambut tangan Daffa yang menjabatnya, Nayra  meninggikan posisi tangannya.

“cium, banyak dosa kan?” kata Nayra pada Daffa yang lebih tua darinya menjadi bingung. Seketika Nayra tertawa.

“loh, siapa lebih tua?” kata Daffa mengelak dari kelakuan Nayra yang segera melepaskan tangannya.

“Rey juga” kata Nayra segera menjulurkan tangannya padaku “banyak dosa kan?” kata Nayra yang membuatku seketika tertawa, aku menganggukan kepalaku kemudian menaruh tangannya didahiku yang membuat Nayra menjadi begitu senang. “tuh kan Daffa, Rey aja tahu kalau dia banyak salah sama Nay” kata Nayra kemudian menjabat tangan Rendra dan kemudian pergi. Dalam hatiku kapan lagi bisa mencium tangan bidadari.

Bidadari yang ternyata punya begitu banyak penggemar, hampir semua anak lelaki yang melihatnya tak bisa mengalihkan pandangannya, bahkan Rendra yang baru datang saja sangat penasaran dengannya. Sayangnya, sang bidadari ini tidak peduli dengan semua tatapan atau kelakuan itu. Remaja yang usia 14 tahun yang sibuk dengan pendidikannya, aku dengar – dengar dia baru saja menang olimpiade matematika, salah satu siswi terpintar disekolahnya, dia yang belum peduli akan penampilan dimana banyak remaja seusianya sudah mulai naksir seseorang, dan menjaga penampilan. Dia malah senang begitu di ajak main sepeda dengan teman -  teman dibawah terik matahari.

Deringan telepon membawaku kembali, kuabaikan panggilan dari Rena dan berjalan keluar ruangan menuju ruangan Mila. Terlihat Mila sedang menelpon seseorang dan segera menghentikan percakapan dengan lawan bicaranya ketika melihatku berdiri diambang pintu.

“malam ini mau kemana?” tanyaku sambil merogoh saku mengambil handphone, bersiap membuat reservasi untuk malam ini. Aku dan Mila sering nongkrong di cafe atau makan malam direstoran bila malam minggu, jadi kali ini aku ingin mengajaknya karena malam minggu kemarin kami tak kemana – mana.

“mm… Rey, kayaknya malam ini aku gak bisa deh, besok malam aja gimana?” tawar Mila yang membuatku jadi bertanya – tanya kenapa dia selalu gak bisa kalau malam minggu. “aku mau nemenin Mama, soalnya kak Adit sama isitrinya mau pergi ke acara” lanjut Mila berusaha menjelaskan, aku menganggukkan kepalaku pertanda mengerti.

“kalo gitu aku kerumah kamu yah...” kataku yang seketika membuat Mila menjadi sedikit salah tingkah.

“gak usah Rey, sekarang tuh mama sukanya rebahan dikamar sambil nonton tv, aku gak enak kalo aku nemenin kamu diluar dan ninggalin mama di kamar sendiri” penjelasan Mila sedikit mengecewakanku tapi mau bagaimana lagi. Handphoneku kembali berdering masih dengan pemanggil yang sama yaitu adikku Rena.

“Rey...” kata Rena sedikit berteriak tanpa menunggu ku berkata halo.

“kenapa?” kataku sambil membuka pintu ruangan kembali menuju kantorku.

“dua karyawanku lagi sakit, aku butuh bantuan ni, malam minggu lagi rame banget. Aku keteteran nih” kata Rena dengan nada panik.

“iya...iya nanti aku kesana” kataku yang membuat Rena sedikit lega.

***

Rena yang sedang terlihat sibuk di meja kasir terlihat menghembuskan nafasnya ketika melihatku berdiri di ambang pintu. Aku tersenyum kecil ketika melihat adikku Reza yang sibuk mengangkat gelas kosong dimeja – meja, aku mendekati Rena yang sudah seperti sangat menungguku.

“aku harus gimana? “ tanyaku pada Rena

“Rey bisa di kasir kan? Biar aku bantuin racik minuman” kata Rena diikuti anggukan kepalaku . Mata Rena memperhatikan penampilanku malam ini dan nampak terkejut, tumben sekali aku ingin memakai kaus dan celana pendek dengan kaos kaki dibawah betis dan sepatu Vansku. Aku mengangkat bahuku pertanda tak tahu, aku sedang mood saja dengan pakaian begini, mungkin malam ini aku ingin terlihat sedikit lebih muda.

Aku fokus dengan kerjaanku ketika Rena menepuk bahuku.

“udah agak sepi, biar aku lanjutin” kata Rena sambil menyerahkan segelas Caramel Machiato yang biasa kupesan kalau kesini. Rena sedikit menunduk kemudian berbisik. “ada kak Nayra di belakang” aku segera mengangkat kepalaku melihat kearah belakang mencari keberadaan perempuan yang dimaksud Rena barusan.

Bagian belakang cafe milik Rena ialah area taman terbuka dengan bangku – bangku kayu, yang mana bagian atasnya dipasangi banyak lampu, nampak indah dikala malam hari. Aku berjalan pelan sambil membawa gelas kopiku menuju ke area belakang cafe, terhenti saat melihat bidadari yang kucium tangannya 17 tahun lalu sedang bersandar sambil memejamkan matanya.

Seketika ia terjaga kemudian menengok kesamping, dimana tatap kami bertemu. Ia sejenak terkejut kemudian segera mengalihkan pandangannya, merapikan meja tempatnya duduk, aku menaruh cangkir kopiku di meja tempatnya duduk.

“ehm..” aku berusaha melegakkan tenggorokanku kemudian mengambil duduk disebelah Naya. “malam mingguan sendiri jadinya? Kataku berusaha membuka percakapan kami.

“masih jaman malam mingguan?“ ia bertanya balik dengan senyum kecut diwajahnya. “kamu sendiri punya pacar, malah mingguan di cafe adik sendiri” aku menjadi ketularan tertawa dengan sindirannya barusan.

“kalau aku bertanya sesuatu, kamu mau jawab nggak?” tanyaku yang mulai membuka pertanyaan sebenarnya yang ingin kukaktakan dari dulu kepadanya.

“soal apa?“ Nayra menyesap matcha lattenya, dengan ekspresi wajah yang kini berubah serius.

“janji, nggak bakal marah?” tanyaku lagi berusaha meyakinkan diriku dan dirinya bahwa ia akan menjawab pertanyaanku nanti. Nayra hanya menjawab dengan anggukan kepalanya pertanda setuju. “apa yang terjadi di Sydney?” ialah pertanyaan yang selalu ingin aku tanyakan dari pertama kali melihatnya datang dikota ini.

Air mukanya Nampak berubah, menjadi sedikit sendu. Ia terlihat berusaha menenangkan dirinya dengan menghembuskan nafasnya beberapa kali. Hal yang sulit dijawab memang, aku pun akan melakukan hal yang sama jika ada di posisinya. “aku harus mulai dari mana yah?” katanya dengan bingung sesekali ia terlihat merenung.

“kamu bisa mulai dari hal menurut kamu paling mudah untuk dibicarakan” aku berusaha sesabar mungkin menunggunya bercerita, kami punya banyak waktu disini.

“kami tiba – tiba mendapat complaint dari rekanan kami terkait pembayaran venue yang belum selesai dibayarkan. Aku pikir bahwa it’s okay, karena pernikahan kami masih 3 hari lagi dan kami bisa membayarnya setelah selesai acara karena kami sudah bekerja sama beberapa kali dengan metode pembayaran seperti itu. Tapi ternyata masalahnya bukan itu, setelah melakukan check ada dua pembayaran yang belum diselesaikan dengan venue itu. Sementara yang mengurus pembayaran dan keuangan ialah Mark, calon suamiku saat itu” Nayra terdiam, demikian pun denganku.

Sebagian dari tanda Tanya yang ada dikepalaku terjawab sedikit demi sedikit. Aku tahu Nayra punya bisnis serupa waktu ia memilih menetap di Sydney setelah lulus kuliah, dan baru kembali setelah bertahun – tahun tinggal disana, yang sempat membuatku menjadi bingung, mengapa ia yang sudah sukses disana memilih kembali di kota ini dan memulai bisnis baru dengan teman lamanya.

“lalu, apa yang terjadi?” aku menjadi semakin penasaran.

“aku berusaha menghubungi Mark yang sepertinya sudah tahu ini akan terjadi. Dia menghilang tanpa ada penjelasan. Dan ternyata setelah melakukan pengecekan ada beberapa venue yang belum dibayarkan“ aku terkejut dengan pernyataannya barusan. Bagaimana mungkin ia dikhianati dengan sangat kejam seperti ini.

“dan Mark?” kemana si brengsek itu lari.

“aku melakukan pengecekkan aliran dana rekeningnya, dan menemukan bahwa sejumlah besar uang telah disetorkan ke rekening dengan nama Claudia Phelps, teman baikku selama di Sydney” Nayra Nampak mengelus dadanya, terlihat begitu gusar dengan ceritanya sendiri. “aku pergi mencari Claudia di apartemennya, tapi dia tidak ada disana. Lalu aku mencari kerumah orang tuanya dan tidak menyangka kalau dihari aku sedang bingung mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mark menikahi Claudia, dimana seharusnya kami yang menikah di hari itu” aku sangat ingin memeluknya, menenangkan dirinya. Membayangkan bagaimana ia dengan sakitnya menerima itu sendiri di negeri yang tak ada satupun keluarganya, dikhianati oleh orang yang ia anggap sebagai keluarga.

Aku mengambilkannya air mineral agar ia menjadi lebih tenang. “kamu mau tahu bagian yang lebih lucunya gak?” kata Nayra sambil menaruh minumannya. Aku tahu kata lucu yang dilontarkannya barusan adalah hal yang paling parah lainnya. Aku menganggukan kepalaku pertanda setuju. “mereka sudah selingkuh dariku sejak setahun, sampai akhirnya Claudia hamil dan Mark ingin bertanggung jawab karena itu anaknya” Pandangan Nayra Nampak menerawang, ini hal yang sangat sulit. “lucu yah, padahal dia sudah melamarku dihadapan kedua orang tuaku. Bahkan aku sampai berani bertengkar dengan kedua orang tuaku, agar bersedia membiarkanku menikah dengannya di Sydney tanpa kehadiran mereka, dia sangat gigih meyakinkan mereka, berjanji akan menjagaku, membahagiakanku dan lihat betapa bahagia aku dibuatnya?” nada suara Nayra mulai gemetar. Aku menariknya kedalam pelukanku sambil menepuk – nepuk pundaknya.

“kamu pantas mendapatkan yang lebih baik Nay” bisikku sambil membelai rambut panjangnya. Nayra sudah menangis dipelukanku.

“bagaimana bisa mereka yang selama ini sudah aku anggap sebagai keluargaku memperlakukanku seperti ini? Aku.., aku gak habis pikir“ aku terus membelai rambutnya, ingin rasanya aku menghajar Mark si bule sialan itu.

“kamu harus tetap bersyukur jika memang kamu tidak menikahi laki – laki sialan itu, lebih parah lagi kalau sudah menikah dan dia selingkuh dari kamu” Nayra melepaskan pelukanku dan mengelap air matanya.

“yah.. aku kadang berpikir bahwa tuhan begitu menyayangiku. Makanya aku diperlihatkan kelakuannya sebelum aku menikah dengannya” aku menganggukkan kepalaku pertanda setuju kemudian mengambilkannya tisu.

“orang yang baik akan bertemu jodoh yang baik pula“ kataku menyodorkan air mineral padanya.

“katanya aku terlalu cuek,makanya dia selingkuh dariku” aku tak terkejut dengan hal itu, karena Nayra memang secuek itu kalau pacaran. Ia bukanlah tipe yang akan menelpon terlebih dahulu, tapi aku tahu jika dia sudah benar – benar cinta, secuek – cueknya Nayra dia akan melakukan apapun untuk orang yang dia cintai, termasuk bertengkar dengan kedua orang tuanya.

“aku no comment kalo soal yang itu” kataku pelan, yang membuat Nayra terkejut kemudian tertawa.

“am I that bad?” Nayra setengah berteriak tak percaya dengan jawabanku. Suaranya terdengar sengau setelah menangis.

“kamu tuh cuek, tapi kalau sudah cinta rela ngelakuin apa aja buat orang yang kamu cinta” jelasku berusaha menyenangkannya. Nayra Nampak mengangguk setuju dengan perkataanku barusan. “lalu, bagaimana dengan uang yang di ambil Mark?” aku masih penasaran dengan bagian yang ini.

“uangnya sudah mereka habiskan“ Nayra menghela nafas dan menghembuskan nafasnya. "aku menghabiskan seluruh tabunganku untuk membayar hutang – hutang perusahaan hingga akhirnya menjual apartemen yang kubeli dengan susah payah dan here I am, pulang dalam keadaan bokek tanpa ada sepeserpun direkening tabunganku” aku kehabisan kalimat mendengar perkataan Nayra barusan, hatiku menjadi begitu remuk melihat dia yang selama ini terlihat ceria ternyata menyimpan kenangan yang begitu menyakitkan.

“ everything gonna be okay now” kataku berusaha menghiburnya malam ini.

Percakapan kami berhenti sekitar jam 1 malam. Aku merasa bersalah sudah mengajaknya mengobrol berjam – jam dan harus rela melihatnya menyetir mobil dijam segini. Aku berniat mengantarnya tapi dia bersikeras ingin pulang dengan mobilnya sendiri.

“emang benar yah kata pepatah, first love lies deep” seloroh Rena dari arah belakang ketika melihatku masih berdiri diteras cafe, masih melihat mobil Nayra yang makin menjauh. Aku menoleh menatapnya dengan kesal. Berani – beraninya anak kecil ini.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!