Seperti yang ia katakan sebelumnya, hari ini Anya akan meninggalkan semua pekerjaannya kemarin dan memulai hidup baru sebagai wanita kantoran. Dengan pakaian formal yang dipinjamkan oleh Wine semalam. Anya mengetuk pintu rumah Wine tiga kali. Pintu dibuka oleh mbak Laksmi yang langsung mengambil tas milik Arum.
“Princess nya ibun dateng yah?” dari ruang tengah Wine berjalan mendekat lalu langsung menggendong Arum.
“Jangan cium-cium, nanti bau iler lo nempel di pipi anak gue” ucap Anya.
“Biarin aja, Arum kan anak gue” jawab Wine sambil berjalan masuk menuju ruang makan.
Dahi Anya berkerut “Dih ngaku-ngaku.” Anya mengekor Wine menuju ruang makan, saat matanya menatap Arka, Anya kembali bicara “ Noh bang ada yang pengin anak perempuan kayanya”
Pria yang sudah menggunakan seragam TNI angkatan udara itu berdecak kesal “ Apaan! Orang diajak punya anak lagi nggak mau dia”
Anya tertawa, bukan pertama kali mendengar Arka yang mengeluh karena Wine tidak mau diajak memiliki anak lagi dalam waktu dekat. Katanya nunggu si kembar berusia 3 atau 4 tahun.
“Lo interview hari ini? jam berapa?” tanya Wine. Wanita yang memiliki dua anak kembar ini dengan telaten menyuapi Arum bubur ayam.
“Ini udah mau berangkat. Gue titip Arum ya Win, Bang.”
“Beres. Kalau kamu mau tarum Arum selamanya disini juga nggak apa-apa” jawab Arka.
Nggak suami, nggak istri, semuanya sama saja. Alih-alih ribet setiap hari membujuk Anya agar mengizinkan Arum menjadi anak angkat mereka, bikin sendiri bakal lebih gampang.
“Idih. Nggak suami, nggak istri sama aja gelonya. Gue aja ngerebut hak asuh susahnya minta ampun. pakai diminta segala”
Wine menjulurkan lidahnya pada Anya “Biarin aja. Gimana nih 50 juta, gue angkut Arum ya”
Arka menggeleng “Kemurahan kalau 50 juta. Abang kasih 1M, gimana?”
Anya memutar bola matanya jengah “Nggak ada yang waras emang. Mbak Laksmi ko betah sih punya majikan kaya gini?”
“Terpaksa dia. Jangankan mbak Laksmi, gue aja terpaksa punya kakak sama kakak ipar macam mereka”
Padangan Anya kini tertuju pada Kais yang tengah menuruni anak tangga. Dilihat dari pria itu yang masih menggunakan baju tidur, Kais pasti menginap semalam.
Anya mengangguk setuju. Menepuk pundak Kais yang kini sudah berdiri disampingnya dan langsung mengambil Arum dari pangkuan Wine. “Mbak turut prihatin ya Ka”
“Jangan cium-cium, lo masih bau iler Ka” Wine kembali mengambil Arum dari gendongan Kais.
Hal yang paling kasihan jika menitipkan Arum di rumah Wine adalah anaknya akan menjadi bahan rebutan, gendong sana, gendong sini, hal itu bisa membuat badan Arum sakit semua. Namun mau bagaimana lagi, hanya rumah Wine yang bisa Anya kunjungi di pagi hari. Jika dititipkan di rumah Wine, Anya merasa jika Arum aman dan mantan suaminya itu tak akan berani mengunjungi rumah ini setelah hampir akan dipukul oleh Arka.
“Gue berangkat ya, Arum jadi anak yang baik ya di rumah aunty Wine. Bunda cuman sebentar aja. Nanti bunda jemput lagi” Anya mencium pipi kanan dan kiri Arum kemudian berpamitan pergi.
Hari ini, hari interviewnya, Anya jelas tak boleh terlambat. Dulu di kantor ini Anya sudah menjabat sebagai manager, namun karena sempat resign, Anya akan memulainya dari nol lagi. Tak masalah yang penting dirinya mendapat pekerjaan tetap yang bisa menopang hidupnya dengan Arum. Malamnya dirinya bisa memiliki waktu bersama putri kecilnya. Tak seperti dulu, Anya akan pulang jam 10 malam dan menemukan Arum sudah tertidur di kamar Ocha.
Hanya butuh waktu sekitar 45 menit menggunakan ojek online, Anya sudah berdiri didepan gedung berlantai 9 dengan papan nama perusahaan bertuliskan Miracle. Perusahaan ini adalah perusahaan make up yang sudah lumayan terkenal di dalam negeri.
Merapihkan pakaiannya, Anya berjalan melewati pintu masuk. Pandangannya menelusuri setiap sudut kantor yang tak berubah sama sekali. Letaknya masih sama persis hanya beberapa banner yang dipanjang yang berubah. Banyak produk baru yang bermunculan dan rasanya Anya ingin sekali memutar waktu kembali mundur ke hari itu, hari dimana dirinya mengajukan resign setelah melahirkan Arum atas perintah mantan suaminya. Harusnya menjaga Arum sambil bekerja masih bisa Anya lakukan, apalagi gajinya saat itu terbilang lumayan besar.
“Mbak Anya ya?”
Anya memutar tubuhnya. Wanita dengan baju berwarna coklat dan rok yang berwarna senada berjalan mendekat kearahnya dengan pandangan tak percaya. Anya masih mengingatnya, Alun, dulu saat wanita ini masih menjadi karyawan baru, Anya lah yang bertanggung jawab atasnya
“Ya Allah, beneran mbak Anya?”
Anya tersenyum kemudian menyambut pelukan hangat Alun. Wanita yang dulu masih menggunakan kacamata dengan wajah polos tanpa make up itu kini berubah menjadi cantik layaknya bidadari.
Alun melerai pelukan mereka lalu menggenggam tangan Anya “Mbak apa kabar?”
“Baik. kamu gimana?” tanya Anya balik.
“Baik mbak. Ya walaupun banyak tekanannya. Apalagi dari mbak Jini” jawab Alun dengan cengiran lebar.
Jini, wakil managernya dulu yang langsung diangkat menjadi manager tepat setelah Anya mengajukan resign. Dilihat dari sifatnya, Jini memanglah bukan tipe orang yang mudah untuk didekati. Galaknya minta ampun hingga membuat semua karyawan baru lebih takut kepadanya ketimbang kepada Anya dulu.
“Banyak tekanan tapi kayanya berhasil buat merubah tampilan kamu jadi lebih baik kan?”
Meski cemberut, Alun mengangguk menyetujui ucapan Anya. “ Mbak ngapain disini? Mau ketemu sama mbak Jini?”
Anya menggeleng. Alasan dirinya datang selain interview adalah karena undangan dari ibu Beti— istri dari pak Hamdan sang pemilik perusahaan. Minggu lalu mereka sempet bertemu di restoran tempat Anya bekerja, dan karena melihat kondisinya yang amat mengenaskan, ibu Beti memanggilkan ke kantor hari ini untuk ditawarkan kembali bekerja.
Anya tahu, kembalinya dirinya di kantor ini akan membuat dua kondisi pada karyawan, ada yang suka, dan ada juga yang tidak suka.
“Mbak mau ketemu sama ibu Beti. Beliau biasanya hadir pagi atau siang?” tanya Anya.
“Mbak janjian ketemu jam berapa?”
“Jam 08.00”
“Oh ya udah, naik aja langsung ke atas mbak” saran Alun.
Anya mengangguk, keduanya masuk kedalam lift. Alun turun dilantai 5 dimana departemen pemasaran berada, sedangkan Anya tetap di dalam lift hingga lantai menunjukkan angka 8. Setelah keluar dari lift, Anya terus berjalan hingga ruangan yang berada di paling ujung. Dilantai 8, terdapat ruang CEO dan wakil CEO beserta departemen keuangan. Sepanjang jalan menuju ruang CEO, beberapa karyawan yang sudah lama dan mengenalnya menyapa Anya dengan ramah, bahkan ada yang mengajaknya mengobrol terlebih dahulu hingga memakan waktu 15 menit. Anya berpamitan dan langsung berjalan menuju ruangan CEO.
“Loh mbak Anya ya?”
Lagi Anya tersenyum. Mas Navel, sekertaris pak Hamdan langsung menyapanya begitu Anya sampai di depan meja pria itu.
“Iya mas. Gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah baik mbak. Mau ketemu sama bu Beti ya mbak?”
Anya mengangguk.
“Ada di dalam mbak. Tadi ibu pesan kalau mbak dateng langsung suruh masuk aja”
Anya mengangguk. Mengetuk pintu itu 3 kali kemudian langsung masuk begitu mendapat sahutan dari dalam.
Saat masuk kedalam, alih-alih menemukan ibu Beti atau pak Hamdan, Anya malah menemukan seorang pria yang tengah berdiri menghadap jendela. Pria itu hanya melirik sebentar dan kembali menghadap jendela dengan ponsel yang ada di telinganya. Karena sinar matahari, Anya tak begitu jelas melihat wajahnya.
Tahu jika dirinya menggangu, Anya memilih untuk diam hingga pria itu menyudahi panggilan telfonnya.
“Eh Anya ya?”
Suara dari arah belakangnya membuat Anya menoleh. Di sana bu Beti baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung berjalan mendekat kearah Anya.
“Gimana kabarnya nak Anya?”
Anya menjabat tangan bu Beti “Baik bu, ibu gimana kabarnya?”
“Baik juga. Seneng deh bisa liat kamu. Dan mas…”
Ucapan bu Beti terpotong saat pria yang tengah berbicara di telfon itu mengangkat tangannya meminta untuk menunggu sebentar.
“Dia sibuk. Kita duduk aja dulu ya”
Lagi Anya mengangguk dan mengikuti bu Beti yang duduk di sofa yang diletakan di tengah ruangan. Wanita yang dulu sudah terlihat cantik kini semakin cantik saja meski sedikit ada kerutan di bawah matanya.
Anya ingat, usia bosnya ini sama dengan usia mamahnya. Dulu pertama kali kenal dengan bu Beti adalah saat Anya mengikuti seminarnya mengenai kosmetik di kampus. Sejak saat itu Anya diajak bu Beti untuk menjadi salah satu model kosmetik karena kecantikan yang dimilikinya. Anya jalani selama masa kuliah, namun setelah lulus kuliah Anya merangkap menjadi staf pemasaran sekaligus model untuk kosmetik keluaran Miracle.
“Kenapa sampai kerja di restoran?. Balik aja kesini. Pasti ibu nerima kamu jadi karyawan lagi”
Ingin. Jelas Anya menginginkannya dulu, dirinya bahkan sempat membuat email ke bu Beti langsung namun ia batalkan mengingat dirinya sudah mengajukan resign. Saat itu Anya sama sekali tak peduli dengan bu Beti yang menahannya untuk tetap bekerja, setidaknya hanya menjadi model saja yang tak terikat dengan jam kerja dari Senin sampai Jumat. Namun karena perintah dari mantan suaminya, Anya menolak dengan halus. Dari situ rasanya tak etis jika Anya meminta kembali untuk bekerja.
“Ngga enak bu, saya malu. Dulu sudah menolak padahal ibu sudah menawarkan solusi terbaik”
“Malu, kaya sama siapa aja sih An”
Anya nyengir. Sejak dulu bu Beti sudah menganggapnya seperti anak sendiri.
“Maaf bude, tadi ada telfon penting”
Baik bu Beti ataupun Anya, keduanya menoleh ke sumber suara. Pria yang sebelumnya berdiri di depan dinding kaca, kini berjalan mendekat kearah mereka.
Bu Beti tersenyum lebar, namun tidak dengan Anya. Mata Anya membulat seketika saat melihat pria yang ada di depannya ini. Dia, pria mabuk yang muntah tepat di lengan kirinya hingga membuat Anya ikut ingin muntah mencium aroma yang sudah menyebar didalam mobil, naasnya bukan hanya baju, ujung rambut panjang Anya juga terkena muntahan laki-laki ini. Anya bahkan harus mencuci rambutnya berulang kali sebelum kembali ke rumah. Bukan hanya Anya yang terkejut, pria itu juga terlihat sama terkejutnya.
Jadi dia kerja di sini juga? Di ruang CEO?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Bee
koq yang dicium malah Wine bukan Arum yang notabene anaknya?
2022-08-26
0
Sulis Cupliez
wkwkwkw... mampuuuss 🤣
2022-08-01
0