“Arya, kamu beneran ada business trip?”, kata Inggit sambil membantu Arya merapikan baju di dalam kopernya.
Sebenarnya sudah lama Inggit tidak pernah mengurusi keperluan Arya. Mereka sudah 5 tahun lebih tinggal terpisah dan baru beberapa bulan ini kembali tinggal di rumah yang sama.
Inggit hanya ingin memastikan Arya tidak sedang berbohong. Hari ini dia dan Dinda akan fitting baju, memilih perhiasan, dan berbagai persiapan pernikahan lainnya.
Inggit sangat ingin Arya bisa menemani mereka. Lagipula ini juga akhir pekan. Tapi dia malah pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan.
“Nyonya, maaf didepan sudah ada non Dinda.”, kata Bi Rumi menghampiri Inggit di kamar Arya.
“Oh.. calon menantu mama sudah sampai rupanya. Bi Rumi suruh Dinda menunggu sebentar, ya. Jangan lupa dibikinin minum, ya. Tolong bilang sebentar lagi saya turun.”, kata Inggit menjawab.
Arya nampak tak menghiraukan informasi tersebut. Dia bahkan tak bergeming dan melanjutkan apa yang sedang dia lakukan.
“Pesawat kamu jam berapa, sayang?”, tanya Inggit kepada Arya.
“Jam 1.20 take off, ma. Jadi 30 menit lagi aku harus sudah ke bandara.", jawab Arya.
"Cepet banget. Ngobrol dulu sama Dinda.", ucap Inggit mengusulkan.
"Soalnya sekalian kumpul dulu sama dua karyawan yang lain.”, kata Arya sambil menutup kopernya.
Sepertinya beberes nya sudah selesai.
Inggit dan Arya turun berbarengan. Arya menuruni tangga sambil mengangkat kopernya. Dinda bisa melihat mereka dari sofa ruang tengah. Bi Rumi menyuruhnya menunggu di ruang tengah karena sebentar lagi kenalan Kuswan juga akan datang ke rumah.
“Kamu cantik sekali Dinda. Seminggu gak ketemu kamu, tante jadi kangen, loh.”, kata Inggit langsung menghampiri Dinda.
Dinda otomatis langsung kikuk mendengar kata - kata Tante Inggit. Bukannya membuat suasana mencair, Inggit malah membuat posisinya semakin canggung.
Sedangkan Arya langsung melengos ke dapur sambil meninggalkan kopernya di bawah tangga. Arya bahkan tidak melirik ke arah Dinda.
“Arya ada perjalanan bisnis ke luar negeri, kamu tahu ga?”, kata Inggit. Dia masih ingin memastikan lagi.
Semakin kesini, Inggit jadi krisis kepercayaan pada Arya.
“Maaf tante, Dinda kurang tahu, tapi kemarin waktu meeting, Dinda dengar memang ada yang akan ke Singapura selama 1 minggu.
“Arya, kamu gak ngasih tahu Dinda kalau kamu ada perjalanan ke luar negeri? Mama juga baru kamu infoin tadi malam.”, kata Inggit dengan nada berpura - pura kesal.
“Ma, aku udah bilang dari sebulan yang lalu. Pas kita makan malam sama keluarga Dinda juga aku udah ngomong. Mama aja yang lupa.”, Arya tiba - tiba hadir dari arah dapur membawa sebuah tumblr yang kemungkinan berisi kopi dan sekotak sandwich.
Arya masih berdiri ketika menjawab protes dari Inggit. Dia memegang kopernya, bermaksud untuk menggesernya ke ruang tengah.
“Kamu ngobrol sebentar sama Dinda, ya. Dua minggu lagi kalian lamaran, minggu depan kamu baru balik ke sini. Gak ada waktu buat ngobrol. Mama siap - siap sebentar.”, Inggit bangun dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar yang tidak jauh dari ruang tengah.
Arya melirik ke arah mamanya untuk memastikan bahwa mamanya sudah masuk ke dalam kamar.
“Din, ikut saya sebentar.”, kata Arya membuka keheningan sambil menunjuk Dinda dan memberikan kode untuk berbicara sebentar di luar.
Nada bicaranya langsung berubah. Sekarang Dinda seperti sedang berada di kantor. Apa begini rasanya punya hubungan sama orang sekantor? Weekend-pun rasa kerja.
Tepatnya Arya mengajak Dinda untuk berbicara di taman samping. Meskipun rumah keluarga Kuswan tidak sebesar rumah - rumah lain yang ada di kawasan tersebut, tetapi pekarangan rumah mereka lumayan besar. Setidaknya cukup untuk Inggit bisa menyalurkan hobinya merawat tanaman hias.
Inggit memasang beberapa bangku taman disana agar sewaktu - waktu bisa mereka gunakan untuk BBQ party bersama keluarga dekat.
“Kamu benar menyetujui pernikahan ini? Asal kamu tahu saja, saya sudah pernah menikah selama 5 tahun dan bercerai. Jarak antara umur saya sama kamu juga lumayan jauh.”, Arya langsung masuk ke inti pembicaraan begitu mereka sampai di taman samping rumah.
Disana sedang kosong, tidak ada penghuni rumah sama sekali sehingga cocok untuk membicarakan masalah pribadi.
Dinda masih memandang ke arah Arya. Tinggi yang terpaut jauh juga membuatnya harus sedikit mendongakkan kepala ke atas. Dinda jelas terkejut dengan pertanyaan Arya.
“Maksud pertanyaan Bapak?”, Dinda memberanikan diri untuk bertanya. Dia tidak tahu kenapa laki - laki ini menanyakan hal seperti itu padanya.
Jika dia bertanya saat mama-nya pertama kali mengajukan ide perjodohan itu, Dinda masih bisa menjawabnya. Tapi sekarang, tanggal - tanggal sudah ditetapkan dan dia baru menanyakan ini pada Dinda.
“Pernikahan pertama saya terjadi karena saya cinta sama mantan istri saya. Kami pacaran lama sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Saya gak ngerti kenapa kamu bisa menerima pernikahan ini.”, Arya memberikan sorotan serius pada Dinda.
Dinda sedikit menggigit bibir bawahnya. Dia tahu kemana arah pembicaraan Arya.
“Terus, Bapak sendiri, kenapa menerima perjodohan ini?”, Dinda mengumpulkan segenap keberaniannya untuk bertanya balik.
Dia ingin Arya tahu bahwa bukan hanya dirinya yang penasaran selama ini. Dinda juga sangat sangat penasaran kenapa Arya tidak mengatakan apapun saat pertama kali ide ini muncul.
Ide ini muncul dari keluarganya. Kalau ada pihak pertama yang seharusnya menolak, itu adalah dia. Bukan Dinda.
“Saya sedang tanya kamu. Kenapa kamu tanya saya balik? Saya sudah pernah menikah dan saya anggap itu adalah keputusan serius yang pernah saya lakukan dan pernikahan satu - satunya dalam hidup saya. “, kata Arya tegas.
“Saya benar - benar gak ngerti dengan pertanyaan Bapak. Jika Bapak menanyakan ini saat kita pertama kali bertemu, saya masih bisa mengerti. Tapi, apa maksud bapak menanyakan hal ini disaat semua tanggal sudah ditentukan?”, kata Dinda dengan nada tegas.
Dia sedikit memberanikan diri untuk berbicara kepada Pak Arya. Dinda berusaha meyakinkan diri bahwa yang berada di depannya ini hanyalah seorang pria bernama Arya, bukan bosnya.
Arya terdiam mendengar perkataan Dinda. Dia tidak ingin mengatakan alasan utamanya menerima pernikahan ini karena itu hanya membuka hal baru yang justru akan membawanya pada masalah yang lebih besar.
Arya bingung kenapa Dinda menerima perjodohan ini. Dia sudah menikah dan bercerai. Usia mereka terpaut jauh. Dia juga pasti sudah tahu bagaimana kepribadian Arya saat melihatnya di kantor.
Arya yakin gadis ini akan menyerah di tengah jalan. Tetapi makin kesini, semua malah berjalan semakin mulus. Orang tua sudah bertemu dan tanggal juga sudah ditentukan. ‘Sebenarnya kenapa Dinda mau menerimanya?’
“Jika ada yang harus membatalkan pernikahan ini, itu bukan saya. Terserah Bapak mau serius atau tidak dengan perjodohan ini. Saya tidak peduli.”, Dinda berkata dengan lantang namun masih dengan volume yang terkontrol.
“Saya cuma mau peringatkan kamu untuk tidak menghabiskan masa depan kamu sama saya. Kamu akan menyesal. Saya gak tahu apa yang membuat kamu menerima perjodohan ini. Tapi saran saya sebagai orang yang sudah lebih dulu menikah, lebih baik kamu pikirkan lagi keputusan kamu.”, ucapan Arya tidak kalah lantang dengan Dinda.
Mereka sama - sama tegas tetapi masih mengontrol volume suara agar tidak terdengar oleh orang lain.
Dinda mulai melihat pak Arya dengan tatapan tidak percaya diri. Laki - laki ini tidak pernah bicara padanya sebelumnya seintens ini tapi malah melemparkan bom menjelang hari H lamaran.
Dalam hati, Dinda sudah bergetar hebat. Dari awal dia tidak yakin dengan pernikahan ini. Tapi, mendengar perkataan pak Arya, dia jadi semakin tidak yakin dengan masa depannya. Dinda hanya bisa menarik nafas dalam. Dia tidak punya kata - kata lagi untuk diucapkan.
“Kamu punya waktu satu minggu untuk membatalkan pernikahan ini.”, ucap Arya segera berlalu setelah mengucapkan kata - kata itu. Dinda hanya bisa terdiam mendengarnya. Di kepala Dinda saat ini hanya ada ibu dan adiknya.
Dia ingin menangis tapi sebisa mungkin menahannya.
****
“Din, kamu suka baju yang seperti apa?”, kata Inggit bertanya. Mereka sudah ada di butik kenalan Inggit saat ini. Informasi butik ini ia peroleh dari kenalan arisannya. Saat ia hadir ke pernikahan anak dari temannya itu, dia melihat baju - baju yang digunakan sangat bagus. Inggit jadi tertarik untuk mencoba mencari di butik ini.
“Aku gak tahu tante. Semuanya terlihat bagus.”, kata Dinda sambil tersenyum.
Di kepalanya, Dinda masih memikirkan kata - kata pak Arya. Dinda sudah menduga hal seperti ini akan terjadi, tetapi dia tidak menyangka jika penolakan pak Arya bisa menghancurkan harga dirinya.
‘Jika dia tidak suka, tidak serius, kenapa tidak dia saja yang menolak perjodohan ini. Kenapa harus aku? Sebenarnya kenapa dia menerima perjodohan ini? Dia ingin aku bagaimana?’, Dinda terus bertanya - tanya dalam hati.
“Din, yuk dicoba baju yang ini.”, kata Inggit menepuk bahu Dinda.
Ini sudah baju ketiga yang dia coba. Inggit yang memilihkan untuknya karena Dinda tidak bisa memilih mana yang dia inginkan. Setelah beberapa kali berputar ke kiri dan ke kanan, melihat bahan, mereka akhirnya menjatuhkan pilihan pada sebuah kebaya dengan model peplum berwarna beige.
Kebaya dengan detail payet di beberapa sisi sangat indah digunakan khususnya untuk wanita berhijab. Berbeda dengan kebaya lamaran pada umumnya, kebaya model peplum cocok sekali dipasangkan dengan kain batik klasik di bagian bawah.
Inggit mempertimbangkan Dinda yang saat ini mengenakan hijab. Model kebaya seperti ini membuatnya terlihat sangat anggun tetapi tetap dalam batas kesederhanaan. Hanya perlu penyesuaian di beberapa titik saja.
Inggit memilih kebaya yang sudah jadi karena waktunya sudah mepet jika harus memesan dari awal. Pihak butik hanya perlu mengepaskan sedikit lagi agar sesuai dengan ukuran tubuh Dinda. Proses itu hanya memakan waktu kurang dari seminggu.
Untuk akad nikah, tadinya Inggit ingin mencoba butik satu lagi yang disarankan oleh kenalannya. Tetapi, melihat di butik ini sudah ada lengkap, Inggit memilih untuk menggunakan yang di butik ini saja.
Untuk akad nikah Inggit memilihkan mode kebaya putih panjang dengan siger Sunda. Karena acara ini hanya dihadiri oleh keluarga, Dinda memilih untuk menggunakan kebaya akad yang tidak menyapu lantai seperti kebanyakan orang - orang. Bagian bawahnya juga akan menggunakan kain batik klasik.
Untuk pakaian pria, Inggit sudah mengambil setelan jas yang biasa digunakan Arya, sehingga tinggal disamakan saja ukurannya.
Tak terasa mereka sudah menghabiskan waktu hampir 5 jam di tempat itu. Inggit mengajak Dinda makan sebentar sebelum mengantarnya pulang. Mereka mampir di sebuah restoran favorit Inggit. Dia dulu sering makan di restoran ini saat Andin, Arya, dan Baskara saat mereka masih kecil - kecil.
“Tante lihat kamu dari tadi bengong terus. Kenapa?”, Inggit sudah melihat keanehan itu sejak mereka tiba di butik. Tapi, Inggit memilih untuk mengurungkan niat bertanya. Dia kira mungkin Dinda hanya sedang lelah.
Tetapi Dinda terus saja melamun bahkan saat mereka sudah berada di hadapan hidangan - hidangan nikmat diatas meja.
“Engga kok tante. Waktu berlalu dengan cepat, besok sudah Minggu, dan sudah Senin lagi.”, jawab Dinda tersenyum simpul.
Dia tidak mengerti apa yang dia katakan. Dia hanya tidak ingin tante Inggit khawatir.
“Kalo kamu ada masalah, cerita ke tante, ya. Jangan sungkan. Sebentar lagi kita jadi satu keluarga. Tante sudah anggap kamu anak sendiri. Tapi kayaknya kamu masih anggap tante adalah orang lain.”, kata Inggit sedikit menyinggung dan membuat Dinda terkejut.
“Engga. Engga kok tante, jangan bicara begitu. Dinda minta maaf ya, tante.”, kata Dinda pelan.
“Gapapa, sayang. Kamu cerita ke tante, kamu ada masalah apa?”, tanya Inggit lagi.
“Engga tante, aku cuma kepikiran meeting hari Senin. Aku belum menyiapkan bahannya.”, kata Dinda berusaha ngeles.
“Oh.. tante kira kenapa. Udah masalah kerjaan nanti lagi dipikirkan. Kamu harus bisa seimbangkan pekerjaan dan kehidupan. Work Life Balance.”, kata Inggit mengingatkan sambil tersenyum.
Mereka mengakhiri hari dengan makan malam bersama. Inggit mengantar Dinda pulang. Inggit tidak menyempatkan diri mampir karena sudah malam dan Kuswan juga sendirian di rumah. Teman - temannya sudah pulang.
Meskipun sudah berangsur sehat, tetapi Kuswan masih perlu banyak dipantau secara rutin. Apalagi dia habis menjalani operasi.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
bieb
dinda calon mantu yg baik
2023-03-16
0