Happy Reading~
*
*
*
Bara berjalan sendirian melewati lorong kelas dengan ekspresi seperti biasanya, datar.
"Woi Bar! " teriak seseorang memanggilnya
Bara menoleh kearah sumber suara, disana terdapat para sahabat atau mungkin babunya sedang berkumpul di lapangan basket.
"Bar! sini woi. " panggil Dion lagi
Bara berjalan kearah mereka dengan muka datarnya, "Apa? " tanya nya
"Napa sama muka lo? " tanya Gani saat melihat wajah Bara lebam dibagian ujung bibirnya. Dia memang paling peka dari pada kedua sahabatnya.
"Biasa." jawabannya singkat
"Lo masih belum aku sama pa-" ucapan Niko terpotong
"Gak usah bahas itu. " potong Bara menatap Niko dingin saat tau apa yang akan Niko ucapkan selanjutnya.
"Oke, sorry, " ucap Niko tak enak, mereka memang tau hubungan Bara dengan orang itu.
"Hmm, "
"Bar, noh si Zara gebetan lo. " tunjuk Dion saat melihat Zara berjalan bersama sahabatnya.
Zara Adistya gadis yang pernah menolongnya saat pengeroyokan geng Xander, entah kenapa saat melihat kepedulian gadis itu membuat Bara ingin mendekati Zara.
Sejak penolakannya kemarin,Bara tak pernah berhenti untuk mendekati gadis itu berbagai cara ia lakukan yang tentunya bukan cara romantis ia lebih suka memaksa gadis itu.
"Zara!!! sini... " teriak Niko
Mendengar teriakan Niko membuat Bara menatap cowok itu dengan ekspresi datarnya, kemudian mengalihkan pandangannya melihat kedua gadis itu sepertinya sedang berdebat di sana.
"Lo dipanggil sama ka Niko Zara.. lo harus kesana sekarang, jangan sampai buat mereka nunggu nanti mereka marahh.. " ujar Sherin dengan wajah takutnya
"Sama lo tapi.. " ucap Zara
"Gak... gak mau, gue takut ihh.. "
"Yaudah kita pura-pura gak denger aja. " Zara menggandeng tangan Sherin pergi namun ditahan oleh sang empu.
"Lo gila? itu justru lebih bahaya Zara.. " ucap Sherin
Zara menghela napas pelan, "Kita kesana basreng okey?? "
Akhirnya Sherin mengangguk walaupun tadinya menolak ajaknya.
Sherin menolehkan kepalanya kearah Bara dkk kemudian melotot kaget, "Zar!mereka nyamperin kita.. gue gak mau mati. " ucap Sherin histeris
Zara ikut menoleh kearah yang dimaksud Sherin dan melihat tatapan Bara yang lurus kepadanya membuat bulu kuduknya merinding. Sekita nyalinya menciut.
"Sherin.. ayo kita pergi dari sini. " ucap Zara menggandeng Sherin pergi dari sana dengan cepat.
Baru saja berlari beberapa langkah dirinya mendengar panggilan tegas namun datar milik Bara.
"Zara Adistya. " panggil Bara tegas dan dingin.
Sherin menahan tangan Zara agar tidak melanjutkan larinya, "percuma dia udah liat kita. "
Mereka berempat telah sampai dihadapan Sherin dan Zara.
"Ha-hai ka. " sapa Sherin takut
"Hai cantik, " balas Dion dengan senyum khas buaya nya.
Sherin tersenyum canggung mendengar balasan kaka kelasnya itu.
"Dasar buaya jantan,liat bening dikit langsung menclok. " timpal Niko sambil menepuk punggung Dion keras.
"Awss sakit bego! " ringis Dion
Sementara sekarang Zara sedang tersenyum paksa melihat pertengkaran mereka, dirinya sebenarnya sedang merasa tidak nyaman oleh tatapan orang disampingnya.
Bara melihat semua gerak-gerik gadis itu dengan tatapan datar dan dinginnya.
"Ikut gue. "
Bara menggandeng tangan Zara dengan kasar membawa gadis itu entah kemana.
"Kok gue ditinggal sih... " lirih Sherin, ia merasa canggung dengan ketiga cowok didepannya ini.
"Mau gue antar? " tanya Gani saat mendengar cicitan Sherin
Sherin menatap Gani kaget, "Gak usah kak, aku bisa sendiri. "
Sherin berbalik badan melangkahkan kakinya meninggalkan ketiga laki-laki itu.
"Wihh ada yang mau taken nihh.. " ledek Dion
"Gue mencium bau lope lope... " sahut Niko dengan ekspresi jahilnya.
"Apaan sih,jijik gue liat ekspresi kalian. " ucap Gani sinis
*
*
*
Bara menyeret Zara menuju rooftop sekolah . Sesampainya disana Bara melepaskan cekalannya pada tangan Zara kasar membuat gadis itu meringis sakit.
"Awsss.. " ringis Zara saat melihat bekas cekalan Bara di pergelangan tangannya yang sedikit merah.
"Sekarang lo harus jawab pertanyaan gue. " tegas Bara menghiraukan ringisan Zara, sebenarnya ia tau.
"Jawaban yang mana ka? "
"Apa perlu gue ucapin lagi?" tanya Bara dingin
"Boleh, soalnya aku gak tau yang mana kak. " ucap Zara sekenanya
"Jangan pura-pura ngak tau!!" sentak Bara membuat Zara terjengit kaget.
"Tapi aku emang gak tau kak. " ucap Zara berusaha santai walaupun jantungnya sedang berdegup sangat kencang.
"Lo jadi pacar gue mulai se ka rang.. " dengan nada ditekan diakhirnya.
"Lo dengarkan? " tekan Bara lagi
Zara mengangguk, "Dengar ka, ta-tapi aku gak bisa. "
"Lo tau? gue gak menerima penolakan! "
"Tapi aku gak bisa kak. " sentak Zara balik
Bara terkekeh sinis sambil berjalan mendekati Zara, "Lo teriak gue atau lo gue lempar dari atas sini? "
Zara tertegun mendengar ucapan Bara, apa lelaki itu akan senekat itu?
"Ta-"
Ucapan Zara terhenti saat tiba-tiba tangannya diseret oleh Bara menuju pembatas rooftop, ia mendorong punggung Zara ke pembatas itu.
"Sekarang lo milih. " tegas Bara
Zara sangat ketakutan saat tubuhnya berada di tepi pembatas rooftop, ia perpegangan kuat menahan tubuhnya agar tidak jatuh sementara Bara memegang kuat bahunya.
"Ka.. ini bahaya. " cicit Zara takut
"Gue butuh jawaban, jawab dalam tiga hitungan..satu.. dua... "
Zara kelabakan mendengar hitungan Bara sementara tubuhnya sudah mulai mendoyong kerarah belakang, jika saja tangan Bara tidak menahan bahunya makan bisa saja ia akan jatuh kebawah.
"Tiga.. oke-"
"Aku mau! " jawab Zara dengan tergesa-gesa sampai memotong ucapan Bara.
Bara tersenyum senang kemudian membawa tubuh Zara menjauhi pembatas rooftop.
"Good Girl, mulai sekarang lo jadi pacar gue dan jangan pernah membantah perkataan gue karena lo wajib turutin semua perkataan gue, tanpa terkecuali, paham? "
Zara hanya mengangguk lemah, tubuhnya terasa lemas seperti baru saja menghadapi sebuah kematian.
Bara lagi-lagi tersenyum melihat ekspresi gadisnya itu, ia menyukainya saat Zara menurut padanya.
"Gue antar lo ke kelas. "
Zara hanya mengangguk lemah, dirinya masih syok atas perbuatan Bara tadi.
Zara tau itu adalah keputusan yang sangat bodoh, namun apa yang bisa ia perbuat? ia tak mau mati.
Saat Bara menggandeng tangan Zara lembut menuju kelasnya, ia terpikirkan perkataan kedua orang tuanya apalagi papahnya yang melarang ia untuk berpacaran.
Zara adalah anak satu-satunya dalam keluarga kecilnya, ia dituntut untuk bersikap sederhana, pintar dan berprestasi.
Papahnya sangat menginginkan kesuksesan Zara, namun apa yang ia lakukan sekarang? ia telah melanggar perkataan papahnya untuk tidaak berpacaran karena itu dapat mengganggu sekolah.
"Maafin Zara mah, pah. "ucapnya dalam hati
" Sana masuk, belajar yang rajin"ucap Bara saat keduanya sudah sampai di pintu depan kelas.
Zara mengangguk kemudian berbalik memasuki kelas meninggalkan Bara yang masih berdiri di sana.
"i got you. "
*
*
*
Hai🙋♀️
Jika kalian suka cerita ini mohon berikan Like, Vote, Favorit, dan Hadiah ya..
See you next chapter!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Usma Yuni
aku suka cerita...berasa muda lagi hehehe.👍👍😊
2022-10-19
0