Senyum Manis Nayla

Mobilku melaju menuju halaman rumah, ku langkahkan kakiku menuju pintu.

"Assalamualaikum." ucap ku

"Waalaikumsalam." suara sahutan dari arah dapur.

Dengan langkah yang tergesa-gesa Nayla menghampiriku, senyuman di wajahnya di peruntukkan untuk menyambut ku, senyumannya sangat manis sekali. Aku sedikit terpesona dengan senyuman manisnya itu, lesung pipi di sebelah kirinya sangat jelas terbentuk.

Sikap Nayla hari ini, lebih ceria ketika menyambut kepulangan ku, apakah Nayla sudah memaafkanku?, dia langsung mengambil tanganku dan menciumnya dengan takzim, benar-benar istri yang soleha.

"Mas... kamu baru pulang?" tanya Nayla sekedar basa-basi.

Melihat sikap Nayla kembali seperti ini, membuat rasa capek ku hari ini hilang dengan seketika.

"Mas pasti capekkan, aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu mandi, dan aku sedang memasak makanan kesukaanmu mas." ujarnya lembut penuh senyum manis.

Aku juga ikut tersenyum, melihat senyum manis Nayla. "Emangnya kamu sedang masak apa?"tanya ku penasaran.

"Aku sedang memasak soto daging.. kesukaan kamu mas, kamu suka soto daging kan?"

"kok tahu sih makanan kesukaan mas?" tanyaku kepadanya.

"Bukan tahu...mas, tapi Soto daging hehehe." ucapnya cengengesan.

"Nakal ya sekarang... udah berani godain mas ya, ayo jawab.. dari mana kamu tau kalau mas suka soto daging." ujaku mencubit pipinya.

" Aduh mas... sakit pipi aku, kamu cubit."

ucapnya dengan kesal.

"Sakit ya.. sini biar mas tiup biar cepat sembuh." Aku meniup pipi Nayla yang ku cubit tadi, tak sengaja aku menatap matanya, mata yang sangat jernih dengan bulu mata yang lentik, cantik sekali, batinku.

Ada apa denganku Kenapa sekarang aku sering sekali mengagumi Nayla. Apakah aku sudah jatuh cinta kepada istriku sendiri?.

"Aduhhh" terdengar suara seseorang dari arah pintu dapur.

" Mas.." panggil Nayla dengan wajah yang memerah.

" Eh ma..ma af..." Nayla hanya tersenyum menanggapi permohonan maaf ku.

Aku dan Nayla serentak menoleh kearah pintu dapur, ternyata di sana ada ibu Halimah, suasana canggung menyelimuti kami, aku benar-benar malu, sepertinya Nayla juga merasa demikian.

" Maaf pak... mbak Nayla, kaki ibu tadi Ndak sengaja kejepit pintu." ucap Bu Halimah tersenyum canggung.

" Tapi ibu gak apa-apa kan?"

"Ibu Ndak apa-apa kok mbak.. ibu permisi dulu pak.. mbak.." ujar Bu Halimah meninggalkan ku dan juga Nayla masuk kembali ke dapur.

Nayla melirik kearahku dan tersenyum. "Ayo jawab dulu... dari mana kamu tau makanan kesukaan mas, apa mama yang memberitahumu." tanyaku lagi karena penasaran.

"Aku istrimu mas.. jadi seorang istri yang baik aku harus mengetahui, apa saja kesukaan suamiku."

Aku merasa sedikit malu mendengar jawaban Nayla, banyak hal yang dia ketahui tentang diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa-apa tentang dirinya, ataupun mencari tahu apa saja kesukaan istriku.

Walaupun cintaku belum hadir untuk Nayla, tetapi aku ingin menjadi suami yang baik untuknya.

"Ya sudah..., mas ke atas dulu, mau mandi."

"Iya mas.." Nayla mengangguk mengiyakan sambil mengikuti ku dari belakang membawa tas kerjaku.

................

Masakan Nayla terasa pas sekali di lidahku, rasanya sangat enak, melebihi masakan mama. Padahal dulu aku paling suka makanan buatan mama, yang menurutku paling enak. Tetapi setelah menikah dengan Nayla, bagiku masakannya lah yang sangat enak.

Sekarang aku berada di dalam kamarku, langkah kakiku menuju kearah balkon, langsung kedudukan tubuhku di ayunan, sambil melihat pemandangan malam.

"Mas... ternyata kamu di sini, ini aku bawain kue sama jus jeruk untuk kamu mas." ujar Nayla sambil menaruh sepiring kue dan juga jus jeruk.

Nayla juga langsung duduk di sampingku. "Kelihatannya enak sekali... kamu beli ya?" tanyaku.

"Nggak mas.. aku bikin sendiri, di bantu sama bu Halimah tadi, semoga kamu suka ya."

Aku mengambil sepotong kue tersebut, dan ku masukan ke dalam mulutku, benar seperti dugaan ku, rasanya benar-benar enak, tidak kalah dengan kue yang dijual di toko-toko, dengan harga yang mahal. Memang istriku satu ini serba bisa.

"Enak banget Nay.. selain jadi dokter, kamu juga punya bakat memasak ya."

"Aku tidak hebat mas.. tapi bisalah sedikit, memasak adalah hobi ku dari dulu. Malam ini sangat indah ya mas.. banyak bintang dan bulan purnama, yang menghiasi langit."

"Iya sangat indah.. seindah senyuman Nayla Anggita Wijaya." gumamku dengan suara yang lirih.

"Hah... maksud kamu mas?" tanya Nayla Dangan dahi yang berkerut, benar-benar sanga lucu.

"Maksudku.. benar seperti yang kamu katakan, malam ini sangat indah... banyak bintang dan bulan purnama, benar-benar indahkan?" tanyaku dengan gugup.

"Iya mas." jawab Nayla.

"Kamu tidak marah lagi Nay.. sama mas?" tanyaku dengan hati-hati.

Nayla melirik ke arah aku sambil tersenyum. "Kenapa aku harus marah kepadamu mas?" tanya Nayla dengan tenang.

"Aku yakin kamu sudah mendengar pembicaraan ku dengan Tasya, waktu di rumah mama, ya kan?" tanyaku memastikan.

Nayla langsung mengganggu kepalanya sedikit. "Benar mas.. aku sudah mendengar pembicaraanmu dengan Tasya."

"Kamu marah ya Nay... sama mas, setelah kejadian di rumah mama kamu mendiamkan mas?"

" Apa Nayla pantas marah, mas?"

"kamu pantas marah Nay... karena kamu adalah istrinya mas, mas minta maaf kepadamu Nay. Tapi mas harap... jika ada hal yang kamu dengar atau kelakuan dari mas yang menyakiti mu, mas minta jangan di masukkan kedalam hati, mas tidak ingin kamu merasakan sakit hati." ujaku menggenggam tangan nya.

" Aku seorang wanita mas... bagaimana aku bisa melakukan seperti yang kamu katakan, Sangat sulit bagi seorang wanita melakukan itu.

Wanita mampu menahan rasa sukanya selama apapun, wanita juga mampu bersabar menunggu apa yang di nantikannya, tetapi satu hal yang sulit untuk dilakukan oleh seorang wanita, yaitu menyembunyikan rasa cemburunya." ucap Nayla.

"Banyak mengingat Allah Nay, (kata umar bin khattab ra: perbanyaklah mengingat allah, karena itu adalah obat, jangan buat dirimu terlalu banyak mengingat manusia, karena itu adalah penyakit). ucap ku.

jujur saja aku dan Tasya tidak memiliki hubungan apapun, dulu dia adalah sahabat masa kecilku, walaupun dulu aku memiliki perasaan untuknya. Tetapi tidak untuk sekarang, perasaan itu sudah tidak ada lagi sekarang." lanjut ku.

"Terus bagaimana perasaanmu kepada Sintia?" tanya Nayla dengan mata yang berembun.

Melihat matanya yang jernih, seperti akan mengeluarkan air, dari dalam lubuk mata yang indah itu, membuat hatiku sakit, gara-gara aku mata yang indah itu mengeluarkan air mata.

"Aku tidak tahu Nay.. bagaimana perasaanku sekarang untuk Sintia. Aku mohon.. kamu bersabarlah, dan terus berdoa."

"Namamu yang selalu hadir.. di dalam doa sepertiga malam ku, mas." ucap Nayla. tersenyum.

Aku menghapus air matanya dengan lembut. "Angin bertiup kencang dan menumbangkan pohon yang mudah roboh, semoga pernikahan kita, tidak seperti pohon yang mudah tumbang. kita akan sama-sama belajar Nay dalam pernikahan kita ini."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!