Sedikit Berbeda

POV Arif

Sejak kejadian di rumah mama tentang pembicaraan ku dengan Tasya, sikap Nayla mulai sedikit berubah, Nayla menjadi sedikit pendiam dan terkesan cuek.

Biasanya dia akan selalu mengajakku bicara, ataupun sekedar mencari perhatian ku saja, dengan caranya sendiri. walaupun saat ini Nayla mengabaikan ku, tetapi dia tetap menyiapkan segala kebutuhanku.

Aku merasa ada sesuatu yang kurang dari hari-hariku, karena sikap nayla yang seperti ini. membuat aku tidak konsentrasi dalam bekerja, bayangan Nayla ketika dia menatap tajam kearah aku selalu terbayang di pikiranku.

Waktu itu ketika aku menuju dapur, tiba-tiba saja Tasya datang hampiri ku, dan mengatakan banyak hal yang tidak ingin ku bahas sama sekali. Aku berusaha untuk menghindar dari hadapan Tasya, tetapi Tasya selalu menghalangi jalanku.

Aku sedikit terkejut, karena dengan tiba-tiba Nayla menghampiriku, ketika sedang berbicara dengan Tasya. Apakah Nayla mendengar pembicaraan ku dengan Tasya.

Aku tidak pernah menyangka, Nayla akan berbicara sinis dengan tatapan yang tajam, ketika berbicara kepada ku, aku yakin pasti dia mendengar pembicaraan kami.

tok... tok.... tok..

"Permisi pak.." ujar seseorang mengetuk pintu dan membuyarkan lamunanku .

"Masuk."

"Ini pak... laporan yang bapak minta kemarin, sudah saya buatkan... seperti permintaan bapak." ujar maya kepadaku.

Aku memeriksa laporan yang di berikan oleh Maya, memang kemarin aku menyuruhnya untuk membuat laporan, tentang proyek yang yang sedang kami jalankan.

"Laporan apaan ini maya, kenapa laporannya begini, sama sekali tidak sesuai dengan yang saya minta. Pokoknya saya nggak mau tahu, kamu harus bisa memperbaiki laporan ini, seperti yang saya minta, dalam waktu 30 menit." ujar ku membanting laporan yang di berikan oleh Maya.

Maya tampak terkejut dan ketakutan, melihatku membanting laporan yang dia berikan, karena aku biasanya tidak pernah bersikap seperti ini kepada bawahan ku sendiri.

"Ba.. ba..ik pak... saya akan memperbaikinya sekarang." ujar Maya gugup, sambil mengambil laporan tersebut meninggalkan ruangan ku.

Aku melirik kearah pintu, di sana sudah berdiri Adrian, asisten pribadi sekaligus sahabatku. pasti Adrian melihat aku memarahi Maya.

Aku mengguyurkan rambutku ke belakang, dengan kedua tanganku, kepalaku benar-benar terasa pening sekali. Entah kenapa hari ini aku tidak bisa konsentrasi dalam bekerja, pikiranku hanya tertuju dengan sikap Nayla ya sedikit berbeda.

"Kenapa kamu Rif.. pasti lagi ada masalah ya." tanya Adrian kepadaku.

Aku mengangkat kepalaku melihat Adrian yang sudah duduk di hadapanku.

"Kusut banget itu muka, kenapa lagi.. apa karena Sintia belum ketemu, jika soal sintia.. nggak usah khawatir kali Rif,

kalau udah bosan dia jalan-jalannya, pasti nanti balik lagi dengan sendiri."

Kamu harusnya bersyukur Rif... karena kamu menikah dengan wanita yang soleha dan cantik seperti Nayla, kalau aku jadi kamu pasti aku akan sangat bahagia." ujar Adrian panjang lebar

"Ini bukan soal sintia Yan.. tapi ini soal Nayla." ujar ku.

"Kenapa dengan Nayla.. apa dia kabur juga seperti Sintia, karena nggak tahan dengan sikapmu, yang masih memikirkan mantan, yang jelas-jelas udah ninggalin kamu?" tanya Adrian terkekeh.

"Nggak lucu yan..." Aku melemparkan pulpen yang berada di tanganku, wajah cengengesan Adrian benar-benar menyebalkan.

"Duh... slow dong... kalau mau cerita... sok mah cerita, jangan pakek kekerasan begini." Adrian mengelus kepalanya yang terkena pulpen yang ku lempar.

"Sikap Nayla berubah Yan.. dia terkesan cuek dan dingin banget tidak seperti biasanya." ujaku.

Adrian adalah sahabat terbaik ku. kami sudah persahabatan sejak dari masuk SMP, Adrian adalah saksi bagaimana perjalanan cinta antara aku dan Tasya, dan juga perjalanan cintaku dengan Sintia.

"Loh.. kok bisa biasanya Istri Soleha mu yang penyabar itu bisa berubah, walaupun kamu bersikap bagaimanapun terhadapnya?"

"Waktu weekend kemarin kami pulang ke rumah Mama, ya di sana ada Tasya.. mungkin Nayla mendengar pembicaraan ku dengan Tasya." ucapku.

"Emangnya Tasya udah pulang ke indonesia." tanya Adrian.

Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaan dari Andrian. Aku ceritakan semua yang terjadi pada waktu itu kepada Adrian. Andrian hanya mengangguk anggukkan kepalanya, mendengar ceritaku.

"Kenapa Tasya ingin kembali lagi kepadamu, padahal dia sendiri yang memilih meninggalkanmu." ucap Adrian.

"Aku juga gak tau yan."

"Kalau sikap Nayla berubah, udah pasti dia mendengar pembicaraanmu dengan Tasya."

"Sepertinya iya... Aku juga yakin seperti itu, pasti Nayla mendengar pembicaraan ku dengan Tasya."

"Kamu sih... udah tahu ada istrimu di sana, masih juga dekat-dekat dengan Tasya, hargai sedikit perasaan istrimu Rif, walaupun kamu belum mencintainya. Kalau nggak.. buat aku aja istrimu, aku mau walaupun dia sudah menjadi jandamu." canda Adrian.

"Sialan kamu Yan.. aku tidak akan pernah menceraikan Nayla, walaupun aku tidak mencintainya. Prinsip ku... di dalam pernikahan tidak ada penceraian." kenapa rasanya tidak rela kalau Adrian berbicara seperti itu tentang Nayla.

"Kalau begitu ngapain kamu mencari keberadaan Sintia lagi, untuk apa?" tanya Adrian.

Aku menghela nafas panjang, mendengar pertanyaan dari Andrian. "Aku juga nggak tau untuk apa Yan... apa karena perasaanku masih sama untuk Sintia?"

"Kamu harus melupakan Sintia, hargailah Nayla sebagai istrimu. pasti sangat berat baginya menjalani pernikahan tampak ikatan cinta. jangan sampai Nayla pergi jauh dari kehidupanmu, pasti kamu akan lebih merasa kehilangan daripada kehilangan Sintia."

"Arif.." panggil seorang wanita yang cantik, memakai dress ungu pudar, yang sangat cocok dengan warna kulitnya, yang putih bersih. dan di tangannya ada sebuah kotak bekal makanan.

Aku dan Adrian saling berpandangan, karena melihat kedatangan Tasya yang tiba-tiba ke kantorku.

"Eh... ada Adrian juga, apa kabar Yan?" tanya Tasya kepada Andrian, sambil tersenyum manis.

"Kabar baik Ta.. kamu sendiri bagaimana kabarnya?"

"Aku juga baik... seperti yang kamu lihat." ucap Tasya tersenyum manis.

"Kamu ngapain ke sini Ta?" tanyaku.

"Aku kesini sengaja buat ketemu sama kamu Rif.. aku juga membawa bekal untukmu. pasti kamu belum makan kan?"

"Kamu nggak usah repot-repot Ta.. membawa bekal untukku."

"Kenapa.. kamu belum makan kan, pasti kamu lapar."

"Iya aku memang belum makan, tetapi kamu nggak usah repot-repot, karena istriku sudah menyiapkan bekal untukku." Ekspresi wajah Tasya tiba-tiba berubah, mendengar ucapanku.

"Kamu nggak mau makan bekel buatan ku Rif... padahal aku capek-capek memasak buat kamu, masak kamu nggak hargai aku sama sekali." ucap Tasya dengan wajah yang sedih.

Dulu setiap aku melihat wajah sedihnya Tasya, aku pasti akan ikutan sedih. Tetapi tidak untuk sekarang, perasaanku untuk Tasya tidak ada lagi. Walaupun banyak kenangan yang kami lewatkan bersama.

"Lebih baik kamu kasih aja untuk Adrian, dia juga belum makan. kamu nggak usah repot-repot untuk menyiapkan makanan buatku lagi... aku nggak suka."

.

.

.

selamat membaca semoga suka:)

silahkan tinggalkan jejaknya dengan cara

like, komentar🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!