"katakanlah Arif bahwa kamu masih mencintaiku, kumohon katakanlah." ujar Tasya sambil memeluk mas Arif.
Perlahan mas Arif juga membalas pelukan Tasya, di usap lembut punggung Tasya dengan penuh kasih sayang, terlihat jelas cintanya masih ada untuk perempuan itu.
Ya Allah.. sakit sekali rasanya melihat suamiku berpelukan dengan wanita lain, ingin sekali aku menyerah dan pergi jauh dari kehidupan mas Arif. Apakah selamanya aku tidak akan bisa mendapatkan cinta suamiku.
Tasya melepaskan pelukannya dari mas Arif. "Arif aku ingin kita seperti dulu lagi, aku bisa terima kamu apa adanya, setelah kamu bercerai dengan Nayla, kita bisa balikan lagi melanjutkan impian dan cita-cita kita, aku mohon Arif demi cinta kita." ucap Tasya.
"Maaf Tasya.. aku tidak bisa meninggalkan Nayla, dan kembali kepadamu." ujar mas Arif lirih.
Aku hanya memperhatikan interaksi kedua manusia yang berbeda jenis di depanku itu. Kehadiranku yang tak jauh dari mereka, sama sekali tidak di ketahui, apa segitu larutnya mereka dalam membahas hubungan masa lalunya.
" Kenapa... jangan bilang kamu sudah mencintai Nayla?"
Mas Arif hanya diam saja mendengar pertanyaan dari Tasya. "Jawab Arif.. apakah kamu sudah mencintai Nayla?." tetapi lagi-lagi mas Arif tetap saja bungkam, tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.
Aku sama sekali tidak bersuara ataupun berencana untuk menegur mereka berdua, karena aku ingin sekali mengetahui bagaimana kondisi hubungan mereka.
"Jawab Arif.." sentak tasya.
"Aku tidak pernah mencintai Nayla sama sekali, Nayla adalah orang asing yang hadir di dalam kehidupanku secara tiba-tiba, dan dia wanita yang jauh dari kriteria ku."
Jawaban mas Arif sukses membuat hatiku hancur, walaupun itu memang kenyataannya. aku bukanlah wanita kriteria mas Arif, kalau begitu sampai kapan aku bisa memiliki cintanya.
"kamu harus tenang Nay jangan tumpahkan air matamu, hanya demi mas Arif. Cinta memang buta, tapi jangan buta karena cinta." ujar ku di dalam hati.
"Bagus Arif. kalau kamu tidak mencintai Nayla, karena dia bukanlah gadis yang istimewa, tidak pantas menjadi istrimu, cantik Nggak seksi juga nggak." ujar Tasya tersenyum.
" Baiklah mas.. kalau aku bukan wanita pilihan hatimu. Aku memang mencintaimu, tapi cinta itu tidak membuatku buta dengan keadaan. terserah kamu mau mencintaiku ataupun tidak, aku akan menjadi diriku sendiri, mulai dari sekarang.. tidak ada lagi Nayla yang yang selalu tampil sebagai orang lain di depanmu," ujar ku di dalam hati sambil tersenyum pahit.
Aku hampiri mas Arif dan juga Tasya sedang berbicara itu.
"Wanita cantik bukan hanya terlihat dari wajah sempurna yang penuh make up, seperti Mbak. Tetapi wanita yang cantik itu iyalah. wanita yang pandai menjaga auratnya, yang hanya di perlihatkan di depan suaminya saja.
Wanita yang cantik juga bukan terletak pada tubuhnya yang seksi aduhai. Tetapi wanita yang cantik itu iyalah, wanita yang tubuhnya selalu istiqamah dalam menutup aurat." ujaku lembut sambil melirik ke arah mas Arif dengan tatapan tajam, mas Arif terlihat bengong, mendengar pernyataan ku yang muncul secara tiba-tiba.
" Menurutmu definisi cantik itu seperti apa mas, sepertiku atau seperti mbak Tasya.?" tanya ku tajam kepada mas Arif.
" Na..y.. sejak kapan kamu disini.?" tanya mas Arif tergagap.
" Jawab saja mas pertanyaan ku."
" kamu itu bukan wanita kriterianya Arif." ujar Tasya sinis.
" Jadi kriteria kamu begini mas, seperti mbak Tasya.. ibarat makanan yang dijual dipinggir jalan, Tampa bungkusan plastik yang menutupi, kalau sehari gak laku langsung bassi." ucapku sambil melirik mas Arif dengan sinis, dan langsung ku tinggal kan suamiku dengan mantan kekasihnya itu, Tampa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.
***
Di Rumah Sakit
"Kamu kenapa beb,.. kok dari tadi aku perhatiin, kamu hari ini nggak semangat dan keliatan sedih banget?." tanya Marissa kepadaku.
Aku hanya menghela nafas panjang, kemarin habis pulang dari rumah mama mertua, bukannya menjadi lebih happy dan rileks, malahan perasaanku bertambah kacau balau seperti ini. setelah mengetahui hubungan Arif dan Tasya.
Walaupun mas Arif dan Tasya adalah mantan pasangan kekasih, tetapi Tasya masih berharap untuk kembali kepada mas Arif, dan mas Arif sepertinya masih memiliki rasa kepadanya.
"Cerita dong beb... kalau ada masalah, jangan di pendam sendiri, bagi-bagi Napa.. biar cepat abis."
Aku melirik ke arah Marissa. " Aku lelah Mar, rasanya capek sekali." aku sering bercerita kepada Marissa, dia adalah pendengar, sekaligus pemberi solusi setiap masalahku, tepatnya Marissa merupakan sahabatku.
"Kenapa beb.. pasti masalah suami kamu lagi, ya kan?." tanya Marissa memastikan. Aku hanya mengangguk sedikit sebagai pertanda dari jawabannya.
"Coba cerita sama aku, mungkin aku bisa bantu kamu Nay, kan kita bestie. Jadi kamu boleh cerita apa aja sama aku, dan aku jika ada masalah pasti akan menceritakannya juga kepadamu." ujar Marissa dengan serius.
"Makasih ya Mar.. udah mau menjadi sahabatku, dan menjadi pendengar yang baik, makasih juga atas solusi yang kamu berikan."
Marissa hanya tersenyum mendengar ucapanku. Dia mengambilkan air mineral botol di atas meja kerjaku dan meminumnya.
"Aku siap mendengarnya kok Nay, ayo cerita."
Ekspresi Marissa berubah-ubah, ketika dia mendengar semua ceritaku, semua masalah yang ku alami kemarin di rumah mama Dania. tentang hubungan mas Arif dan Tasya. dan juga keinginan Tasya yang ingin kembali ke dalam kehidupan masa Arif, semuanya aku ceritakan tanpa aku ditutupi kepada Marissa.
Bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku sendiri, tetapi aku juga butuh seorang teman, yang bisa mendengar semua ceritaku, dan juga memahami ku. Karena jika aku penanggung sendiri, jujur saja aku tidak bisa, hatiku tidak se tegar itu.
"Gila bener suami kamu beb... masa dia mencintai dua wanita sekaligus, tetapi kamu malah nggak di anggap, kurang apa kamu, cantik, pintar, seorang dokter lagi. Masalah seksi mah hanya dia yang bisa menilai, orang kamu pakai hijab begini, bagaimana terlihat seksi." ujar Marissa emosi.
"Aku nggak tahu Mar.. apakah mas Arif juga mencintai Tasya atau tidak, tetapi dari kelakuan dan tatapannya itu, sepertinya mas Arif juga mencintai Tasya."
"Terus apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya Nay, masak kamu diam saja sih di perlakukan kayak gitu."
"Aku nggak tahu Mar, kamu tahu sendiri kan aku sangat mencintai mas Arif sedari dulu, tapi cintaku kepadanya menjadi boomerang yang menyakitkan untukku, rasanya capek dan lelah sekali."
"Kamu yang sabar ya Nay, tetap semangat memperjuangkan cinta suamimu, semua perjuanganmu pasti nggak akan sia-sia, kamu harus bisa mendapatkan cinta suamimu Nay, jangan sampai kamu kalah dari pelakor, buktiin bahwa kamu pantas untuk dicintai. kamu cantik kok malah sangat cantik bagiku, karena kecantikan tidak hanya di ukur dari cantik wajah dan seksi saja tetapi lebih utama adalah hati." ucap Marisa tersenyum.
Benar kata Marissa aku tidak boleh menyerah ataupun mengeluh merasa lelah, dalam perjuangan ini Nayla Anggita Wijaya belum kalah secepat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments