Pagi ini kami habiskan waktu bersamaan dengan keluarga mertuaku, rencananya aku dan mama Dania akan menanam bermacam-macam bunga di taman belakang.
Mama Dania mengajak aku dan juga Tasya, yang sebagai tamu di rumah ini, untuk menemaninya menanam bunga bersama.
Aku memakai baju kaos lengan panjang, juga celana training, tak lupa dengan hijab warna hitam untuk menanam bunga.
"Mas... aku mau samperin mama dulu, kamu mau ikut gak?." tanya ku kepada mas Arif.
Mas Arif menoleh ke arahku. " Ngapain... mau joging ya?." tanya mas Arif mengabaikan pertanyaan ku.
" Kan mama semalam mengajak berkebun."
" Oh iya... mas lupa Nay, kamu duluan aja, pasti mama udah nungguin kamu Nay, nanti mas kesana buat bantu kalian nanam bunga." ujar mas Arif
"Yaudah mas.. aku mau ke taman belakang duluan."
Aku melangkah kakiku meninggalkan kamar mas Arif, menuju kebun bunga mama di halaman belakang, di sana sudah ada papa yang sedang duduk di kursi sambil membaca koran dan minum kopi.
Sedangkan mama sibuk memberikan pupuk pada bunga hiasnya itu, dan juga Tasya yang hanya berdiri saja memerhatikan. Sebenarnya aku sedikit heran kenapa Tasya bisa menginap disini, walaupun Tasya adalah sahabat lama mas Arif, dan juga anak dari temannya papa dan mama, tetapi mereka tidak memiliki hubungan kerabat kan.
Semalam aku juga menanyakan siapa Tasya, kepada mas arif. Mas Arif hanya menjawab Tasya hanya sahabat lamanya saja, seperti perkataan papa.
Aku tidak ingin mas Arif tahu, bahwa aku sedikit penasaran tentang hubungannya dengan Tasya. Biarlah aku cari tahu sendiri siapa sebenarnya Tasya untuk mas Arif, karena aku curiga mas Arif dan Tasya, memiliki hubungan selain sahabat lama.
Aku menghampiri mama dan Tasya yang sedang melihat-lihat tanaman bunga, banyak sekali bunga-bunga yang harganya sangat mahal, sepertinya mama mempunyai hobi mengoleksi bunga-bunga langkah.
" Mama... Nayla bisa bantu apa?." tanya ku menghampiri mama.
"Masak menantu tante begini, nggak tahu malu banget, tante udah dari tadi di sini, sedangkan menantunya baru nongol." ujar Tasya dengan tatapan yang sangat sinis.
Terlihat jelas di wajahnya, bahwa dia ingin sekali aku terlihat rendah di depan mama mertua, dan juga mas arif.
"Sebelum ke sini saya siapin dulu keperluan suami saya, beda sama mbak. Bisa langsung ke sini tanpa menyiapkan kebutuhan suami mbak, iya kan mah?." Tanyaku kepada mama sambil membalas tatapan sinis nya.
"Iya.. nggak papa Nay, mama tahu kok, kalau kamu pasti telat karena membantu Arif. mempersiapkan kebutuhannya." jawab Mama tersenyum.
Aku tersenyum mendengar jawaban dari mama yang terkesan membela ku.
"Betul ma.. Nayla kan seorang istri, jadi banyak kewajiban yang harus Nay lakukan, beda sama mbak Tasya, mbak kan belum punya Suami, makannya mbak cepat-cepat dong nikahnya, biar bisa ngerasain bagaimana ngurusin suami, pahalanya gedek loh mbak." ujar ku menasehati Tasya sambil tersenyum manis.
Tasya terlihat sangat kesal dengan kata-kataku, setiap kata-kata yang ingin dia keluarkan untuk merendahkan ku,selalu dapat ku balas dengan kata yang lebih tajam.
"Senang banget ya jadi istrinya Arif, kamu pikir aku gak tau, Arif menikahi mu karena terpaksa, istri pengganti aja bangga." ujar Tasya menyindir ku.
Terasa sakit sekali mendengar ucapan Tasya yang menyindirku, tentang kenyataan hubungan ku dan mas Arif. Tetapi sebagai istri sahnya mas Arif aku harus tetap tenang, jangan sampai Tasya membuat emosiku meledak.
"Aku istri sahnya mas Arif, walaupun pernikahanku dengan masa Arif adalah pernikahan terpaksa, yang penting aku tidak menjadi pelakor." ujar ku.
" Udah.. jangan bahas yang tidak-tidak, ayo kita lanjutkan." ucap mama menengahi.
Kami melanjutkan menanam bunga, ada banyak bunga baru, yang akan ditanam oleh mama. Sekali-kali aku melirik ke arah tasya, yang wajahnya terlihat sangat jijik, ketika menyentuh tanah, lucu sekali ekspresinya.
"Tante.. kuku ku rusak..." ujar tasya histeris, melihat kuku-kukunya yang berwarna menjadi rusak.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah wanita ini, mama juga ikut melirik ke arah tasya, sambil tersenyum geleng-geleng kan kepala, melihat tingkah manja Tasya.
"Mbak kalau nggak kuat, jangan maksa ikutan dong mbak, kan kasihan kuku mbak yang cantik itu, nanti rusak, perawatannya pasti mahal." ujar ku mengejek nya.
"Diam kamu.. ini bukan urusanmu." bentak Tasya kepada ku. Aku hanya tersenyum mendengar bentakannya itu.
Tak berapa lama. Mbak Fitri datang membawakan kami minuman dan juga cemilan.
"Ini bu minuman sama cemilannya."
"Kamu taruh aja di situ Fit, sekalian kamu ke sini bantu-bantu kami." ujar mama kepada mbak fitri.
"Mas Arif dimana mbak, kok mas Arif gak kesini?" tanyaku kepada mbak Fitri.
"Tadi saya lihat mas Arif lagi teleponan sama orang mbak."jawab mbak Fitri.
"Tante... Tasya masuk dulu ya, Tasya gak kuat lagi." ujar tanya masuk ke dalam sambil sedikit berlari.
"Kenapa dengan ini orang, apa kebelet ya" kataku di dalam hati.
Kami langsung melanjutkan menanam bunga yang belum habis ditanam, dan sekarang dibantu oleh mbak Fitri. setelah menanam bunga, aku dan mama dan juga mbak Fitri beristirahat, sambil meminum dan memakai cemilan yang dibawakan oleh mbak Fitri tadi.
"Mah Nayla masuk duluan ke dalam ya, ingin melihat mas Arif."
" Iya Nay... kamu masuk saja kedalam, lagian bunga-bunga nya udah habis ditanam semua, mama juga mau samperin papa, dari tadi sibuk sendirian." ucap mama sambil tersenyum.
Aku masuk ke dalam mencari keberadaan mas Arif, langkahku terhenti ketika mendengar suara isak tangis seorang perempuan.
Siapa yang menangis pikirku, dengan pelan-pelan aku melangkah mencari sumber suara tersebut, betapa terkejutnya aku ketika melihat Tasya sedang menangis di hadapan mas Arif, sedangkan mas Arif menghibur Tasya sambil mengusap air matanya dengan lembut.
Apa-apaan ini kenapa mas Arif bersikap seperti ini kepada tasya, belum hilang cintanya kepada sintia sekarang muncul wanita lain lagi, sungguh berat sekali perjuangan ku.
"Aku sangat mencintaimu Arif, aku ingin hidup bersamamu dan menghabiskan waktu bersama mu, seperti janji kita dahulu." ujar tasya
"Aku tidak bisa melakukan itu Tasya, jalan hidup kita sudah berbeda, lupakanlah semua janji dan hubungan kita di masa dahulu, aku sudah menikah dengan Nayla sekarang." ujar mas Arif.
" Aku tidak bisa melupakanmu Arif, kami adalah cinta pertamaku, begitupun sebaliknya. Tatap mataku Arif, coba kamu bilang kalo kamu tidak mencintaiku, kalau perasaanmu terhadapku sudah tidak ada lagi."Mas Arif hanya diam saja.
Ternyata Benar seperti dugaan ku mas Arif memiliki hubungan terdahulu bersama Tasya.
Mas Arif juga mencintai Tasya di dalam hatinya selain sintia, itu sangat terlihat dari perlakuan mas Arif kepada Tasya.
Terus apa artinya aku di dalam hatinya mas Arif?, apakah aku hanya orang asli saja baginya?,
Tak terasa air mata ini mengalir dengan begitu saja aku, aku hapus air mata ku dengan sedikit kasar, sakit sekali... benar-benar sakit rasanya, mengetahui cinta suamiku dimiliki oleh wanita lain, yang tak kumiliki sama sekali padahal aku istri sahnya.
.
.
.
.
semoga suka karya recehan Author 🥰
Dan jangan lupa like, komentar dan favorit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments