Makan Malam

Tok...tok.. suara ketukan di pintu..

"Kamu udah siap Nay.?" tanya mas Arif mengetuk pintu kamar yang tertutup.

"Sebentar mas." jawab ku merapikan hijab.

"Cepetan ya Nay, mas tunggu di bawah." ujar mas Arif.

"Iya mas, bentar lagi Nayla siap." ujar ku.

Aku memperhatikan penampilan ku di depan cermin, sambil menyemprotkan parfum wangi aroma mawar.

Aku melangkahkan kakiku menuruni tangga satu persatu, hingga sampai di ruang tamu, di sana mas Arif sedang duduk sambil memainkan hpnya.

"Mas..." panggil ku kepada mas Arif.

"Kamu udah siap Nay." tanya mas Arif tanpa menoleh ke arahku, sambil memasukkan hp ke dalam saku celananya.

"Udah mas, ayo kita berangkat." ujar ku

Mas Arif melirik ke arah ku dengan pandangan yang bengong, sedikit mulutnya menganggap melihat penampilan ku.

"Mas.. ayo kita berangkat, kok kamu bengong sih." ujar ku menghampirinya.

"Eh iya.. a..yo." ujar mas Arif tergagap.

Aku dan mas Arif menuju ke mobil, untuk berangkat ke rumah mama Dania. Malam ini ada acara makan malam keluarga, aku dan mas Arif berencana akan menginap di rumah mama, karena besok adalah weekend, jadi mama mengundang ku dan juga mas Arif, untuk menghabiskan waktu bersama.

Di dalam perjalanan mas Arif sering curi-curi pandang ke arahku, aku hanya tersenyum melihat tingkah konyol nya itu. Kenapa mas Arif malam ini terasa aneh sekali, apa ada yang salah dengan penampilan ku ini, sehingga mas Arif melihat-lihat ke arah ku.

Ketika mas Arif melirik ke arah ku, Aku balas melirik ke arahnya, dan dia langsung membuang wajahnya dariku.

"Ada apa mas, apa ada yang salah dengan penampilan ku.?" tanya ku.

"Emm,.. ti.. tidak ada apa-apa Nay," jawab mas Arif gugup.

"Kenapa dengan mu mas, apakah kamu sakit?." tanya ku sambil memegang dahinya.

Mas Arif langsung menepis tanganku dari dahinya, wajahnya tiba-tiba saja memerah tetapi tidak panas.

"kamu tidak panas mas, kenapa wajah mu memerah?" tanyaku memastikan.

"Aku tidak apa-apa Nay, mungkin hanya kepanasan saja." ujarnya.

Tak berapa lama kami sampai di rumah mertua ku, mama dan papa sudah menunggu kedatangan kami di depan pintu, mungkin mereka mendengar suara mobilnya mas Arif.

Aku mengikuti langkahnya mas Arif memasuki rumah ini, rumah besar dan mewah.

"Assalamualaikum" ku ucapkan salam berbarengan dengan mas Arif.

"Waalaikumsalam." jawab mereka.

Mas Arif langsung menghampiri mama dan papa untuk bersalaman, ku ikuti juga mas Arif yang bersalaman dengan papa dan mama.

"Sayang.. kamu cantik banget malam ini" ujar mama sambil memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri ku.

Aku hanya tersenyum mendengar pujian mama mertua kepadaku. "Mama bisa saja, emangnya Nay biasanya gak cantik ya mah?" tanya ku mengundang gelak tawa, Papa dan mas Arif.

"Menantu mama selalu cantik, Sholehah lagi."ujar mama mengelus pundak ku.

"Mama juga cantik, qsangat cantik." ujar ku membalas memujinya.

Memang benar mama Dania terlihat sangat cantik dan elegan, walaupun usianya sudah 50 tahun, tetapi kelihatannya umur mama Dania sekitar 35 tahunan.

Ku hampiri papa dan ku salam tangannya.

" papa sehat?" tanya ku.

"Alhamdulillah papa sehat Nay." ujar papa.

"Ayo kita masuk, kalau berbicara terus di sini pasti tidak akan selesai." ujar mama.

Ku gandeng tangan mas Arif, mas Arif hanya melirik arahku, aku hanya tersenyum manis ketika dia melihat kearah ku.

" Arif..." teriak seorang wanita cantik, dari arah dalam, dan berlari menghambur ke dalam pelukan mas Arif.

Tangan ku yang menggenggam tangannya mas Arif terlepas dengan begitu saja. Aku terus melihat interaksi antara mas Arif dan Wanita itu, dengan banyak pertanyaan di benak ku.

"Siapa dia, kenapa dia dengan tidak tahu malunya memeluk suamiku?". tanya ku di dalam hati

Karena yang aku tahu, bahwa mas Arif hanya anak tunggal, dia tidak punya adik ataupun kakak kandung. Wanita itu terus memeluk mas Arif dengan begitu erat, sepertinya mas Arif risih dengan kelakuan wanita cantik itu, dan berusaha melepaskan pelukan wanita tersebut, sambil melirik ke arahku.

"Tasya... jangan seperti itu, kamu tidak boleh memeluk Arif seperti itu, Arif sudah punya istri, ini istrinya Arif." ucap mama kepada wanita yang bernama Tasya, sambil menarik sedikit tubuh Tasya, agar melepaskan pelukannya dari mas Arif.

"Ah Tante.. aku kan kangen sama Arif, udah lama kami tidak bertemu, Arif pasti kangen juga kan sama aku." ujar Tasya melirik kearah mas Arif. Mas Arif langsung menghampiri aku dan memeluk pinggangku.

"Maaf Tasya, saya sudah punya istri." ujar mas Arif.

Aku hanya tersenyum ke arah tasya, ketika mas Arif menyebut aku sebagai istrinya, sepertinya mas Arif berusaha menghindar dari Tasya.

Sangat terlihat wajah kesal Tasya, ketika mendengar mas Arif menyebut aku sebagai istrinya, kenapa dengan perempuan ini apakah dia menyukai suamiku.

"Nay kenalin ini Tasya Mann."

"Anak dari sahabat papa dan mama, juga sahabat lama Arif, Tasya kenalin ini Nayla istrinya Arif" ujar papa memotong ucapan mama.

"Saya Nayla.?" ucap ku.

Aku mengulurkan tanganku untuk menjabat dengan Tasya, tetapi dia hanya menatap sekilas, ke arah tanganku yang terulur di hadapannya.

Ini membuatku sedikit canggung, kenapa Tasya bersikap begini terhadapku, padahal kami baru pertama kali bertemu. Apakah dia marah karena aku istrinya mas Arif, pasti Tasya bukan hanya sekedar sahabat lamanya mas Arif, pikir ku.

"Ayo kita langsung saja makan, kalian pasti sudah lapar kan." ujar mama dengan lembut.

Kami langsung melangkah menuju ke meja makan, mas Arif duduk di samping kanannya papa, dan di sebelah kirinya papa, mama yang duduk. Aku berinisiatif untuk duduk di samping mas Arif.

"Pindah ini tempat duduk saya." ujar Tasya dengan tidak ada sopan-sopannya.

Aku hanya melirik kearah Tasya, dengan tatapan yang dingin. Wanita di sampingku ini benar-benar sangat menjengkelkan, aku harus tetap sabar menghadapi wanita seperti ini.

Sebagaimana seorang wanita yang bermartabat, aku harus tetap tenang menghadapi bibit pelakor ini, yang sudah jelas tujuannya untuk mendekati mas Arif.

"Kenapa harus pindah.?" tanyaku ketus.

"Ini adalah tempat duduk ku dari dulu, jadi kamu harus pindah." ujarnya lebih ketus kepadaku.

" Itu kan dulu mbak, sebelum saya menjadi istrinya mas Arif, sekarang saya adalah istrinya mas Arif, jadi setiap kursi di sampingnya mas Arif, adalah tempat duduk saya. silahkan mbak Duduk di kursi yang lain, masih banyak yang kosong kan." ujaku lembut sambil tersenyum.

"Tasya kamu duduk disini, di samping tante. jangan bikin keributan." ujar mama.

"Arif..." rengek Tasya dengan manja.

mas Arif hanya mengabaikan panggilan dari Tasya. dengan perasaan kesal Tasya melangkah dan duduk di sebelah mama.

Aku hanya tersenyum mengejek kearah Tasya, Tasya juga melirik kearah ku dengan tatapan kesal. Aku bisa baik kepada orang yang baik, dan aku juga bisa jahat kepada orang seperti Tasya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!