Aku baru pulang dari rumah sakit, rasanya capek sekali hari ini, baru pukul 04.00 sore, mas Arif masih belum pulang kerja. Aku bergegas ke kamarku, untuk membersihkan badanku dan juga berganti pakaian.
Di rumah kami sudah ada bu Halimah, yang membantu pekerjaan rumah tangga, membersihkan rumah dan juga memasak, jadi jika aku berkerja, bu Halimah yang akan menggantikan aku memasak.
Setelah mengganti pakaian, aku turun ke bawah menuju ke dapur, di sana sudah ada bu Halimah yang sedang memasak.
"Lagi masak apa bu.?"tanyaku basa-basi kepada Halimah.
" Bu Nayla, ini Bu, saya lagi masak sup daging, seperti permintaan ibu,?" ujar Bu Halimah dengan logat Jawanya
"Jangan panggil saya ibu bu, saya masih muda, panggil Nayla saja." ujar ku sambil tersenyum.
"Owalah.. saya Ndak enak kalau manggil ibu cuma nama saja, kalau saya panggil mbak Nayla saja, boleh Ndak?" tanya Bu Halimah kepadaku.
"Boleh Bu, seenaknya aja," ujar ku sambil membuat secangkir coklat panas.
"Mbak Nayla mau buat Apa toh, biar ibu yang buatkan." ujar Bu Halimah yang ingin membantuku.
"Tidak usah Bu, ibu lanjut saja masaknya, saya cuma mau membuat coklat panas, sama mau mengambil cemilan saja bu, oh ya.. ibu betah gak kerja disini?" tanya ku kepada Bu Halimah.
"Alhamdulillah saya Betah bu, ibu sama bapak pada baik sama saya,"
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari Bu Halimah. "Alhamdulillah kalau ibu betah bekerja sama saya. saya permisi keatas dulu Bu." ujar ku dan berlalu dari hadapan bu Halimah.
Aku langsung menuju kamarku di lantai atas, rencananya aku ingin melihat sunset, karena dari balkon kamarku, memiliki pemandangan yang lumayan indah, sambil menikmati waktu sore.
Kedudukan tubuhku di ayunan balkon kamarku, sambil menatap pemandangan perumahan yang begitu tenang rasanya, ku rebahkan kepalaku pada ayunan tersebut, sambil mengayunkan pelan-pelan dengan kaki.
Banyak hal Yang mengusik pikiran dan hatiku, tentang permasalahan rumah tangga yang kujalani dengan mas Arif, rasanya lelah sekali.
Aku pernah membaca sebuah tulisan, tentang kata-kata bijak dari Ali bin Abi Thalib, sahabat dari pada Baginda Rasulullah Saw.
{Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana sehingga akan lupa betapa pedihnya rasa sakit.}
semoga saja, kesabaran dan penantian ku, dalam menjalani rumah tangga dengan mas Arif, membawa keindahan pada akhirnya, seperti pelangi yang datang setelah hujan berhenti.
Kuhembuskan nafas panjang sambil ku pejamkan mataku, mengingat perkataan mas Arif, ketika bertelepon dengan seseorang diruang kerjanya kemarin.
**flasback**
Pada waktu itu, aku sedang mencari keberadaan mas Arif.
"Ibu lagi mencari bapak ya bu?" tanya bu Halimah. yang baru beberapa hari bekerja di rumahku.
"Iya bu.. saya sedang mencari bapak, ibu tau di mana keberadaan bapak?" tanyaku kepada bu Halimah.
"Bapak lagi di ruang kerja bu, tadi saya melihat bapak masuk ke dalam sana." ujar Bu Halimah. sambil menunjuk ke arah ruang kerja mas Arif yang sedikit terbuka.
"Oh ya bu... makasih." ucap ku tersenyum.
"Sama-sama bu, saya pamit kebelakang dulu."
Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan Bu Halimah. Berarti mas Arif sedang di dalam ruang kerjanya, aku berinisiatif membuatkan kopi untuk mas Arif.
Setelah ku buatkan kopi, ku hampiri ruang kerja mas Arif yang sedikit terbuka. Rencananya ingin ku ketuk pintu tersebut, tetapi gerakan ku terhenti, ketika mendengar perkataan mas Arif di telepon.
"Tolong kamu cari keberadaan dia, di manapun dia berada kamu harus bisa menemukannya." ujar mas Arif di telepon.
"Siapa.. Siapa yang di maksud mas Arif, apakah sintia?" tanyaku di dalam hati.
"Iya secepatnya kamu lapor, perkembangannya kepada saya." ujar mas arif lagi, lalu mematikan telepon tersebut.
"Sintia.. di mana keberadaan mu sekarang, kenapa kamu meninggalkan aku seperti ini, apa aku telah melakukan kesalahan kepada mu?, aku sangat merindukanmu Sintia, kembalilah, aku tidak bisa hidup tanpamu". ucap mas Arif.
Aku terkejut mendengar pernyataan dari mas Arif, tiba-tiba jantungku berdetak dengan kencang, dan tanganku bergetar, rasanya sakit sekali.
Ku pegang dengan erat nampan berisi kopi di tanganku ini, supaya tidak terjatuh, karena badan ku terasa sangat lemas.
Ku tahan air mataku agar tidak jatuh, "Aku tidak boleh menangis, aku pasti bisa meluluhkan hatinya mas Arif." ucapku lirih.
Ku ketuk pintu ruang kerjanya mas Arif. kucoba membuang perasaanku yang sedang tidak baik-baik saja, aku bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa di hadapan Arif.
"Mas aku masuk ya." ujar ku melangkahkan kaki masuk ke dalam.
Mas Arif langsung melihat the arahku. "ada apa Nay." tanya mas Arif ketus.
Tiba-tiba saja mas Arif bersikap dingin lagi kepadaku, apakah dia frustasi karena tidak mengetahui keberadaan Sintia.
Aku tersenyum walaupun mas Arif berbicara ketus kepadaku, aku menghampiri dia dan meletakkan secangkir kopi di atas meja kerjanya.
"Aku buatkan kopi mas untukmu, semoga kamu suka ya." ujar ku lembut.
Mas Arif hanya melirik ke arah kopi buatan ku, sikap mas Arif yang sering berubah-ubah, membuatku tidak mengerti, apa yang diinginkannya.
"Mas ada yang bisa ku bantu.?" tanyaku padanya.
"Tidak ada." jawabnya singkat.
"Kalau begitu aku keluar dulu mas, kalau ada apa-apa kamu bisa memanggilku," ujar ku lembut. sambil melangkah keluar meninggalkannya ruangan kerja mas Arif.
...********...
"Nay... Nayla ternyata kamu di sini Nay, aku dari tadi memanggil dan mencari mu, ternyata kamu ada di dalam kamar, aku pikir kamu dimana." ujar seseorang.
Kubuka mataku, dan ternyata itu mas Arif, yang sedang berdiri di hadapan ku. Aku tersenyum ke arahnya sambil bertanya. "Ada apa mas?"
Mas Arif juga membalas senyuman ku, kemudian dia menghampiriku dan duduk di samping ku.
"Kamu ngapain duduk di sini Nay.?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan ku.
"Aku sedang menikmati pemandangan sore mas, sambil melihat sunset juga. Disini sangat tenang dan pemandangannya juga indah" ujar ku kepadanya.
Mas Arif melihat pemandangan di balkon ini sambil tersenyum, Entah apa yang dipikirkannya. Aku hanya memperhatikan wajahnya dari dekat tanpa dia sadari.
"Kamu bener Nay, di sini suasananya sangat tenang, tidak terlalu berisik. Dan pemandangannya juga sangat indah." ucapnya terkagum-kagum melihat pemandangan di balkon kami.
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan mas Arif. sambil berkata. "Ada sesuatu hal yang lebih indah dari pemandangan ini mas,"
Aku menatap kearah mas Arif, dan ia menoleh ke arahku. "Apa itu."tanya kepadaku.
"Hal yang paling indah itu, ketika dicintai oleh orang yang kita cintai." ujar ku tersenyum, sambil mengambil cangkir coklat panas, dan melangkah masuk ke dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
gak enak yah kalau di lalaikan
2022-10-18
0