Keinginan kami untuk pindah rumah disetujui oleh orang tuaku dan juga mertua, walaupun mama Dania sempat keberatan, katanya lebih baik kami tinggal bersama dengannya agar ada yang bisa mendampingi, tetapi mas Arif tetap kekeh ingin tinggal di rumah kami sendiri.
Semua barang telah kami angkut ke rumah baru kami, rumahnya lumayan besar ukurannya, juga ada kolam renang di dalamnya, mas Arif bilang rumah yang di belinya adalah rumah yang kecil, tetapi berbanding ketika aku melihatnya.
Ketika aku masuk aku terkagum kagum melihat rumah ini, benar-benar sangat mewah, ini adalah rumah impian semua orang menurutku.
"Kamu suka enggak Nay?, maaf ya Nay kalau rumah ini tidak sesuai dengan rumah impianmu, jujur saja aku membeli rumah ini sebelum menikah, ini adalah rumah impiannya Sintia, rencananya aku akan membuat kejutan untuknya, tetapi aku yang terkejut di hari pernikahan waktu itu," ucap mas Arif yang diiringi dengan sedikit senyum kekecewaan di akhir kata-katanya.
Setiap wanita memiliki rumah impian masing-masing, begitu juga denganku, aku juga memiliki impian tentang pernikahan dan juga rumah impian, kapan aku punya kesempatan untuk mewujudkan impian ku sendiri.
Pernikahan yang terjadi antara aku dan mas Arif semua adalah impian Sintia, mulai dari baju pengantin, dekorasi dan sebagainya. sekarang rumah ini juga rumah impian sintia, apa aku hanya akan mendapat segala impiannya sintia, dan mengesampingkan impianku sendiri.
Aku tahu ini lah konsekuensi yang harus ku hadapi menikah dengan mas Arif, bayang-bayang Sintia tidak akan dengan mudah menghilang dalam kehidupan kami
"Aku suka mas, rumahnya bagus dan nyaman juga." ujar aku berusaha tersenyum walaupun kenyataannya ada sedikit rasa sakit didalam hatiku, walaupun perasaan sakit hati yang kurasakan tidak pantas.Tetapi aku bahagia karena aku dapat bersanding dengan mas Arif.
"Kamu lapar nggak mas?" Tanya ku kepada mas Aris.
"Lapar, tetapi belum ada bahan makanan, bagaimana kalau kita makan di luar saja, setelah itu kita belanja di supermarket." ujar mas Arif.
"Boleh mas sekalian ngedate juga ya, ini kan makan malam pertama kita, mau kan mas." ucap ku penuh harap.
"Kamu nggak capek Nay, kalau kita keluar malam ini?" mas Arif melihat ke arah ku. aku sangat senang dia begitu perhatian terhadap ku.
"Nggak mas kalau bersamamu aku nggak akan capek," jawab ku tersenyum manis ke arahnya.
"Ya udah kalau begitu kamu langsung siap-siap aja," ujar mas Arif.
Setelah siap-siap kami langsung saja menuju ke restoran yang lumayan mewah dan ramai. kami berjalan dan masuk ke dalam restoran tersebut, dan duduk di salah satu meja makan.
"Eh bro, apa kabar." sapa seorang lelaki yang umurnya sekitar umur mas Arif, sepertinya ini adalah temannya mas Arif.
"Firman ngapain di sini, bukannya kamu lagi di Amerika ya,?"tanya mas Arif kepada temannya firman.
"Habis makan tadi, baru pulang juga dari Amerika, nih sama cewek gue,"jawabnya.
"Bukannya Tania ya cewek lu, kok ini lain lagi?" tanya mas arif dengan wajah bingung.
Aku hanya diam saja memperhatikan interaksi antara mas Arif dengan temannya.
"Biasalah... ini namanya bella pacar gue, lu sendiri sama siapa ke sini, kok enggak sama Sintia?" firman melirik ke arahku yang ku balas dengan senyuman. Mas Arif juga ikut melirik arahku sambil menatapku sebentar.
"Ini namanya Nayla, sepupuku."
Degg
Mas Arif memperkenalkan aku kepada temannya sebagai sepupu, bukannya kami sudah sepakat untuk membuka lembaran baru.
Aku menatap kearah mas Arif, tega sekali kamu tidak mengakui ku sebagai istrimu. Inilah alasan kenapa aku tidak ingin orang-orang di sekitar ku mengetahui kalau aku sudah menikah. firasat ku mengatakan hal ini akan terjadi, baiklah mas aku akan maklumi dan juga bersabar akan hal ini.
"Sabar Nayla kamu harus sabar." ucap ku di dalam hati.
"Iya saya sepupunya mas Arif, kenalin saya Nayla." ucapku tersenyum tanpa menjabat tangan dengan firman dan pacarnya.
"Ya udah kami duluan ya bro." ujar firman
"Oh iya silahkan, hati-hati ya."
Setelah kepergian firman kami memesan beberapa menu makanan, setelah pesanan kami dihidangkan langsung saja aku memakan makanan ku sendiri, tanpa melirik atau mengucap sepatah kata pun. Walaupun hatiku mencoba untuk tetap tegar dan tenang, kalau diperlakukan seperti ini tetap saja rasanya sangat sakit.
Setelah selesai makan. Aku dan mas Arif langsung bergegas menuju ke supermarket, untuk berbelanja beberapa bahan makanan yang diperlukan. Langsung saja kami masuk ke dalam supermarket tersebut dan memilih beberapa bahan makanan. tidak ada yang memulai percakapan antara aku dan dan mas Arif, kami sama-sama diam sampai di supermarket.
Aku mengambil beberapa bahan makanan yang diperlukan, mas Arif hanya mengikuti ku saja dari belakang.
"Nay.. Nayla.." panggil seseorang. aku menoleh ke belakang melihat seseorang yang memanggilku, ternyata itu dokter David.
Kebetulan sekali aku bertemu dengannya di supermarket. "Hai dokter, lagi ngapain?." tanyaku kepadanya.
"Ini lagi belanja keperluan, kamu sendiri lagi ngapain.?"
"Saya lagi belanja juga, bahan makanan dok." Jawabanku sambil tersenyum.
Dokter David melirik kerah mas Arif yang berada di sampingku. "Sama siapa Nay?" tanya dokter David.
Aku juga ikut melirik ke arah mas Arif yang hanya diam saja dari tadi. "Sama sepupu saya dok. namanya mas Arif, mas Arif kenalin ini doktor David." mas Arif dan juga dokter David saling menjabat tangan.
Bukannya ingin membalas dendam kepada mas Arif, karena tidak mengakui ku sebagai istrinya di depan temannya. tetapi aku yakin mas Arif akan marah, jikalau aku memberitahu kepada orang lain kalau kami adalah suami dan istri. biarlah semua ini mengalir begitu saja seperti air yang mengalir dari hulu sampai ke sungai.
"Kami duluan ya dok, langsung mau bayar."
"Iya silahkan."
Setelah membayar belanjaan, kami langsung pulang ke rumah. Hanya kesunyian yang mengiringi perjalanan kami menuju rumah.
Sesampainya di rumah, langsung saja aku membereskan belanjaan ku dan menaruh nya di dalam kulkas. Aku tidak melihat mas Arif di ruang tamu, pasti dia sekarang ada di dalam kamar
Setelah membereskan belanjaan aku masuk ke dalam kamar. dan benar saja mas Arif ada di dalam kamar.
"Tadi siapa?" tanya mas Arif tiba-tiba padaku.
"Cuma teman mas, kan tadi udah aku perkenalkan sama kamu mas." jawabku.
"Sepertinya dia menyukaimu."
Aku langsung menoleh ke arahnya sambil tersenyum.
"Emangnya kenapa mas, kamu cemburu ya?
"Nggak..aku tidak cemburu."
"Emang benar dokter David menyukaiku, malahan dia terang-terangan mengungkapkan cinta nya kepada ku, semua orang di rumah sakit tempatku bekerja juga tahu kalau dokter David mencintaiku. Tapi aku sekarang adalah istrimu, jadi kamu tidak perlu cemburu mas, aku akan selalu setia kepadamu jiwa dan ragaku" ucap ku tersenyum manis.
selamat membaca 🥰
semoga pada suka ya dengan karya recehan ku.
jangan lupa tekan favorite, like dan komen.🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments