Aku benar-benar malu dengan tindakan ku sendiri kepada mas Arif, entah apa yang akan dipikirkan mas Arif kepadaku. Dengan langkah terburu-buru aku memasuki rumah sakit besar ini, namun tiba-tiba tampa sengaja aku menabrak seseorang di depanku, hingga membuat ku dan orang itu terjatuh secara bersamaan.
"Aduh maaf maaf, saya nggak sengaja," ujar ku tanpa melihat orang yang telah ku tabrak, karena aku sedang mengambil barang-barang ku yang jatuh.
"Nayla." panggil orang itu.
Suara itu adalah suara dokter David, anak pemilik rumah sakit ini. "Eh dokter David, maaf ya Dok saya benar-benar gak sengaja, saya lagi kurang fokus, sekali lagi saya minta maaf." Aku merasa tidak enak kepada dokter David tetapi dia hanya tersenyum menanggapi permintaan maaf ku.
"Santai aja Nay, nggak papa saya juga nggak kenapa-napa, lain kali hati-hati ya,"ujar dokter David.
"Iya dok.. maaf ya, kalau begitu saya permisi dulu ya dok," ujar ku lalu berjalan dari hadapannya.
Ketika aku mau masuk ke dalam ruangan ku sendiri, dari jauh Marissa teman dekatku menghampiri kearah ku.
"Hai beb, udah masuk aja sih pengantin baru?" tanya Marissa dengan suara yang agak keras, benar-benar manusia satu ini udah dibilangin juga, jangan sampai orang orang rumah sakit sampai tahu, bahwa aku sudah menikah secara dadakan, masih juga suaranya besar seperti itu.
"Mar." ujar ku kepada Marissa dengan jari telunjuk yang ku letakan di depan mulut, sebagai isyarat kepada Marissa, agar Marissa tidak sampai keceplosan, karena aku tidak ingin mereka mengetahui bahwa aku sudah menikah denganmu Arif, bukannya aku ingin merahasiakan pernikahanku dengan mas Arif, tetapi aku pikir ini belum saat yang tepat mempublikasikan pernikahanku yang mendadak itu.
"Nayla udah menikah ya Mar, soalnya tadi kamu bilang Nayla pengantin baru, emangnya kapan nayla menikah?"tanya Salsa teman dokter ku juga.
"Kalau aku udah menikah. pasti aku akan mengundang kalian, gak mungkin lah aku menikah secara diam-diam." ujar ku berusaha bersikap tenang.
"Iya aku juga dengar tadi, Marisa bilang bahwa Nayla pengantin baru, nggak mungkin kan kami salah dengar." ujar Aldo pacarnya Marissa.
"Bukan begitu maksudku sayang, Nayla kan kemarin Ambil cuti, katanya dia mau mempersiapkan pernikahan sahabatnya, otomatis kan yang sahabatnya Nayla pengantin baru, jadi bukan Nayla yang pengantin barunya, ya kan beb?" tanya Marissa mengedipkan sebelah matanya kearah ku.
"Iya bener apa yang dikatakan Marissa" ujar ku meyakinkan. Marissa memang sangat pandai dalam ngeles, di dalam otaknya terdapat banyak kata-kata dan ide-ide yang cemerlang.
"Betul itu kalau Nayla kawin kan kita diundang juga, secara Nayla kawin nya sama doktor David, tidak mungkin kan kita nggak diundang?" celetuk temanku.
"Kalian jangan bicara yang tidak-tidak tentang aku dan dokter David, kami tidak memiliki hubungan apa-apa. ya udah ya, aku mau masuk ke dalam ruangan dulu, ada pasien yang harus ku tangani." tanpa mendengar jawaban dari teman-teman ku, langsung saja aku memasuki ruangan ku sendiri, jika lama-lama mengobrol bersama mereka pasti pembahasannya tidak jauh-jauh dari dokter David.
Dokter David adalah orang yang sangat baik, ramah, sopan dan lembut. sangat berbeda dengan mas Arif, entah apa yang membuatku sangat mencintai mas Arif yang jelas-jelas mencintai sahabatku. Dulu sebelum menikah dengan mas Arif ingin sekali aku membalas cintanya dokter David, tapi hati dan perasaan ini tidak dapat dibohongi, bahwa hatiku telah memilih mas Arif, sekarang mas Arif sudah menjadi memiliki ku hanya tinggal hatinya saja milik orang lain.
Hari ini rasanya capek sekali, karena jadwal pasien ku lumayan banyak, sekarang adalah waktunya istirahat makan siang, dari tadi perutku sudah lapar. Langsung aku keluar dari ruangan menuju ke kantin untuk mengisi perutku terlebih dahulu, sesudah memesan makanan dan minuman aku menghampiri Marrisa yang sedang makan di kantin juga.
"Hai beb, sini duduk," ujar Marissa memanggilku, dan aku langsung duduk di depan ya.
"Gimana beb setelah menikah, enak nggak, cerita dong beb, supaya jadi pengalaman juga untuk ku," ujar Marrisa dengan suara yang yang lebih kecil.
"Ya nggak gimana-gimana sih Mar, biasa aja. apalagi suamiku menikahi ku bukan karena cinta, tetapi terpaksa, ya istilahnya cinta sepihak," ujar ku sambil meminum teh dingin yang ku pesanan.
"Berarti dulu kamu mencintai calon suami sahabatmu itu?" tanya Marrisa dengan ekspresi bingung. Aku hanya mengangguk pertanyaan dari Marissa, ingin sekali ku ceritakan kegundahan hatiku kepadanya.
"Cerita dong beb, bagaimana kamu mencintainya dulu, siapa tahu aku bisa kasih solusi apa gitu, hehehe..," ujar Marissa sambil ketawa kecil kearahku.
"Sebenarnya dari dulu aku sudah mencintai mas Arif suamiku," Marissa tampak bersemangat mendengarkan semua cerita ku.Ku ceritakan semuanya kepadanya tampa ditutupi.
"Kasihan banget sih kamu Nay, kalau aku nggak akan sanggup mencintai selama itu dalam diam, aku memilih dicintai daripada mencintai Nay, kenapa nggak kamu terima aja dulu cintanya dokter David pasti kamu akan bahagia, dokter David adalah orang yang sangat baik dan perhatian," ujar Marissa.
"Ini masalah hati Marissa, hatiku telah memilih mas Arif untuk mencintainya, dan aku yakin dia adalah jodohku yang sebenarnya, karena suatu pernikahan yang sudah terjadi itu bukanlah hal yang kebetulan saja, pernikahanku adalah takdir jodohku," ucap ku.
"Jadi kamu sedang berjuang mendapatkan hati suami mu gitu?"tanya nya.
"Iya".
"Kalian udah itu?" tanya Marissa dengan ekspresi yang tidak dapat ku mengerti
"Itu apa," tanyaku tidak mengerti.
"Itu...anuuu,"ujar nya lagi.
"Maksudnya apa sih Mar, yang jelas dong,"
"Maksudku berhubungan suami istri," tanya nya dengan suara yang kecil mungkin Marissa malu dengan pertanyaan yang seintim ini.
"Boro-Baro Mar kami melakukan hubungan suami istri, mas Arif berbicara saja sangat ketus kepadaku,"ujar ku.
"Begini aja beb, kalau di dalam kamar pakai aja pakaian seksi, jangan pakek jilbab, mungkin suamimu akan tertarik melihat mu, secara kan kamu cantik banget beb, gak mungkin suami mu itu gak akan tertarik,"
"Masak sih Mar aku harus pakek pakaian begitu, aku sangat malu kalau harus melakukan seperti itu," ujar ku.
"Ya nggak papa kan beb, kalian kan suami istri jadi kamu gak akan berdosa memperlihatkan aurat mu kepada suamimu, itu ide yang bagus loh beb, boleh dicoba," tawar Marissa.
"Nanti deh aku pikir-pikir dulu," ujar ku.
"Jangan terlalu lama mikirnya Nay, dicoba aja dulu, aku akan selalu mendukungmu anggap saja aja aku sahabat mu." ujar Marissa tersenyum manis.
"Makasi banyak ya Mar atas sarannya, semoga hubunganku dan mas Arif bisa selayaknya hubungan suami istri yang sesungguhnya."
"Amin,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
ini mah seperti bertepuk sebelah tangan
kasihan Nayla
2022-10-16
0