berangkat bersama

Sudah satu minggu aku tidak bekerja, sekarang masa cuti ku sudah habis, sedangkan mas Aris hari kedua pernikahan kami dia sudah langsung berkerja, walaupun sudah dimarahin oleh mama, tetapi mas Arif tetap bekerja dan mengabaikan aku sebagai pengganti baru.

Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap-siap membuat sarapan untuk mas Arif dan keluarga, aku juga menyiapkan pakaian kerja untuknya. Walaupun mas Arif tidak pernah lagi memakan masakan ku tetapi aku tetap melaksanakan kewajiban ku, terakhir dan pertama kalinya mas Arif memakan nasi goreng buatan ku waktu itu.

Mas Arif juga tidak akan memakai pakaian yang telah aku siapkan, tetapi aku sebagai istrinya akan selalu mengerjakan kewajiban ku. seperti hari ini aku telah menyiapkan pakaian kerja untuk mas Arif, tetapi mas Arif lagi-lagi memakai pakaian yang diambilnya sendiri, aku menghela nafas melihat tingkah mas Arif seperti ini.

Aku menghampiri mas Arif. "Kenapa kamu tidak memakai pakaian yang telah aku siapkan mas?" tanya ku kepada mas Arif.

"Kamu tidak perlu repot-repot untuk melakukan kewajiban sebagai istri ku Nay, karena aku tidak membutuhkan itu, berhentilah sok peduli kepada ku," ujar mas Arif turun ke bawah dan menghilang dari pandangan ku.

"kamu kuat Nayla, kamu harus bertahan sampai kamu benar-benar lelah untuk menghadapi sikapnya mas Arif," kataku dalam hati, aku berencana memperjuangkan cintai nya mas Arif sampai habis kesabaran ku, jika pada saat itu mas Arif tidak juga mencintaiku, maka aku akan pergi dengan sendirinya dalam kehidupan mas Arif.

Foto sintia dan mas Arif sudah tidak ada lagi di dalam kamarnya mas Arif karena aku sudah memindahkan foto itu, mas Arif marah-marah kepadaku, karena aku sudah lancang memindahkan barang-barangnya tampa pengetahuannya.

Aku tidak peduli dengan kemarahan mas Arif karena apa yang kulakukan sudah benar, jika ingin memulai sesuatu hubungan maka perasaan masa lalu harus dihilangkan, sekarang mas Arif adalah milikku, suamiku, jadi harus aku yang berkuasa sepenuhnya atas hati maupun ragaya mas Arif, tak akan kubiarkan lagi perempuan lain memilik hati suamiku karena suamiku adalah milikku.

Aku juga turun kebawah menyusul mas Arif untuk sarapan bersama. "selamat pagi mama, papa." sapa ku pada mama dan papa sambil duduk di samping mas Arif.

"Hari ini kamu akan bekerja ya sayang." tanya mama.

"Iya mah masa cuti Nayla sudah habis." jawab ku sambil tersenyum.

"Mas kamu nggak mau makan nasi goreng buatan ku,?" tanya ku kepada mas Aris

yang hanya melirik ke arah ku tanpa menjawab pertanyaan ku.

"Istrimu sudah capek-capek bangun pagi menyiapkan sarapan untukmu, tolong hargai sedikit saja usaha istrimu Arif," ujar mama kepada mas Arif.

"Iya bener kata mama mu Rif, kamu harus menghargai Nayla yang sudah capek menyiapkan semua ini kepadamu, berhentilah memikirkan Sintia yang jelas-jelas sudah meninggalkanmu, sekarang Nayla adalah istrimu, jadi perlakukan lah Nayla selayaknya istrimu." ujar papa pada mas Arif.

Mas Arif hanya diam saja tanpa mengatakan sepatah katapun, kami langsung melanjutkan sarapan pagi dengan tenang walaupun mas Arif tidak memakan nasi goreng buatan ku.

Setelah sarapan aku mengikuti mas Arif dari belakang menuju mobilnya, mas Arif berbalik dan melihat ke arah.

"Mau ngapain?"tanya mas arif tanpa ekspresi.

"Mau berangkat bareng kamu mas, kan kita searah jadi aku ikut kamu aja." ujar ku tersenyum sambil menggandeng tangannya, seolah-olah kami adalah pasangan suami istri yang saling mencintai, aku sendiri merasa tidak percaya dengan perubahan sikapku, dulu aku sangat segan pada mas Arif karena dia terlalu pendiam, sekarang lihatlah sikapku yang sangat terbalik ini.

"Kamu pergi aja diantar pak Maman, aku tidak bisa mengantar mu, satu lagi jangan terlalu dekat dekat denganku, dan jangan mencari perhatian mama sama papa seolah aku mendzolimi mu." ujar mas Arif. kata-kata mas arif begitu tajam sampai menusuk hatiku, tetapi ku abaikan seperti awal-awal, semangatku untuk memperjuangkan cinta mas Aris terus menggebu-gebu, walaupun kerap kali kata kasar yang ku dapatkan, itu tak akan menjadi penghalang bagiku.

Tanpa mendengarkan perintah mas Arif langsung saja aku masuk kedalam mobilnya, dan duduk di sampingnya mas Aris.

"Kan sudah kubilang minta aja sama pak Maman untuk mengantar mu, ngapain masuk kesini?" tanya mas Arif.

"Aku tidak mau diantar sama pak Maman mas, kan kamu suamiku bukan pak Maman, lagi pula kita searah" ujar ku tanpa mempedulikan keberatan mas Arif langsung saja memakai sabuk pengaman.

"Udah mas ayo jalan." mas Arif langsung melajukan mobilnya perlahan dan meninggalkan halaman rumah.

Sekali-kali aku melirik ke arah mas Arif yang sedang serius mengemudi. "Mas" panggil ku.

mas Arif hanya diam tampa menjawab panggilanku.

"Mas" panggil ku gak keras. tapi lagi-lagi dia hanya mengabaikan ku.

"Mas dengar gak sih." panggil ku lagi kepadanya dia hanya melirik ke arahku dan bertanya.

"Apa,"

"Bisa nggak mas kamu itu jangan terlalu pendiam, sekali kali kamu ngomong apa kek, jangan diem terus mas bosan jadinya,"ujar ku kepadanya.

"Sudah ku katakan padamu, mintalah lah pak maman mengantar mu, kalau kamu ingin berbicara, sama pak maman juga bisa."ujar nya.

"Tapi aku ingin berangkat bersama mas" ujar ku dengan suara yang manja.

"berhentilah bersikap seperti itu Nayla, kenapa sikapmu berubah drastis ini" ujar mas Arif dengan wajah yang terheran-heran.

"Dulu aku bukan siapa siapa kamu sekarang aku adalah istrimu mas, jadi wajar aku bersikap seperti ini" ku pegang tangan mas Arif dengan lembut dan langsung di tepis oleh mas Arif .

"Jaga sikapmu Nayla, bersikaplah seperti biasa sebelum kau jatuh cinta kepadaku," ujar mas Arif.

"Bagaimana kalau aku sudah mencintaimu sebelum kita menikah?, bagaimana pendapatmu tentang perasaan ku itu?" tanyaku lembut tersenyum kearahnya.

"Jika kamu mencintaiku sebelum kita menikah berarti kamu sudah mengkhianati Sintia sahabatmu sendiri"

"Emm seperti itu, berarti boleh aku mencintaimu sekarang kan mas, itu artinya aku tidak mengkhianati Sintia?" tanyaku serius.

Aku menatap mas Arif, andai kau tahu mas bahwa aku sudah dari dulu mencintaimu, sebelum kau mengenal Sintia, bagaimana bisa perasaan cintaku kepadamu kau bilang pengkhianatan ku kepada Sintia sahabatku.

Tak berapa lama kami pun sampai di rumah sakit, mas Arif memberhentikan mobilnya. "Udah sampai turun," ujarnya ketus.

Aku tersenyum mendengar pernyataannya yang ketus itu, aku mengulurkan tanganku ke depan mas Arif, dan dia hanya melihat ke arah tanganku.

"Salam dulu mas." ucap ku mengambil tangannya dan ku cium tangannya dengan lembut.

"Aku masuk dulu ya mas, kamu hati-hati di jalan, jangan terlambat makan ya,"

dengan gerakan yang cepat ku cium pipi mas Arif, dia hanya bengong melihat tingkah lakuku, langsung saja kubuka pintu mobil dan berlari keluar sambil mengatakan

"I love you mas," sungguh malu dan bahagia hati ini, tetapi aku akan terus menunjukkan cintaku yang besar kepada mas Arif agar suatu saat dia melihat ke arahku.

Terpopuler

Comments

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

semoga ada jalan agar mas Arif bisa menoleh Nayla

2022-10-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!