Acara yang digelar dari pagi sampai sore hari membuat kami sekeluarga merasa capek, tak terkecuali aku dan mas Arif, setelah acara selesai kami memutuskan untuk pulang ke rumah, sebelum pulang ke rumah mertua ku, aku dan mas Arif berpamitan dulu kepada keluarga besar ku, karena aku akan tinggal di rumah orang tuanya mas Arif untuk sementara.
"Mama, papa, kaka Nathan dan Nabila, aku pamit, untuk tinggal di rumah om Radit dan tante Dania" ujar ku kepada keluargaku.
"Kamu jangan panggil tante sama om lagi Nay, sekarang tante sama om juga orang tuamu, jadi kamu harus panggil mama dan papa sekarang." ujar tante Dania tersenyum, sambil mengusap kepala ku dengan penuh kasih sayang, yang juga ku balas dengan senyuman yang manis.
"Iya baik tante," jawab ku.
"Mama Nay, bukan tante" ujar tante Dania membenarkan perkataan ku.
"Maaf tante, eh mama, Nayla nggak biasa panggil tante dengan sebutan mama. Maaf ya mama, mulai sekarang Nayla akan memanggil om Radit dan tante dengan sebutan papa dan mama." ujar dengan merasa canggung.
"Kamu harus jaga dirimu baik-baik ya Nay, kamu harus menjadi istri yang taat dan patuh pada suami mu." ujar papaku.
Langsung kuhamburkan tubuh ku kedalam pelukan mama dan papa dengan penuh haru, tak terasa air mata ini menetes dengan sendirinya, mama dan papa yang telah membesarkan ku, sekarang siap tidak siap aku akan meninggalkan orang yang paling kusayangi.
"Iya ma, mama sama papa juga harus menjaga kesehatan, papa jangan suka makan makanan yang manis ingat papa diabetes, dan mama jangan terlalu suka menonton Drakor ingat umur ya ma, nayla sayang papa dan mama," ujar ku melepaskan pelukan papa dan mama dan masih sedikit terisak.
Mama Dania mengusap punggung ku, mama mertua yang akan menjadi mamaku juga, aku sangat bahagia mendapatkan mertua sebaik Mama Dania dan papa Radit.
Beralih berpamitan dengan kak Nathan kakak laki-laki ku yang paling menyayangiku, ku hampiri dia dan langsung dipeluk tubuhku.
"Walaupun kamu sudah menikah kakak akan tetap menjadi kakak mu sampai kapanpun itu, jika terjadi sesuatu kepadamu jangan pernah ragu untuk menceritakan pada kakak, kakak akan selalu ada di saat kamu membutuhkan."
"Iya Kak, Nay akan selalu menjadi adik kakak, Nay pamit dulu kak, kakak jaga kesehatan ya." ujar ku pada kak Nathan.
Terakhir ku berpamitan kepada adikku Nabila, dengan tersedu-sedu Nabila menangis, ku hapus air matanya, dan ku angkat wajahnya dan pandangan Nabila langsung memandang ke arahku, dengan pandangannya yang sedih karena berpisah denganku.
Ku peluk Nabila dengan erat, adik perempuanku sekaligus penghibur ku ini, ku belai rambutnya dengan penuh kasih sayang.
"Nabila sayang, kakak pergi dulu ya dek, kamu jaga diri baik-baik dan jangan nakal lagi." ujar ku ke padanya, iya hanya mengangguk di dalam pelukanku.
Sungguh berat rasanya meninggalkan keluargaku tercinta, walau kami hanya berpisah rumah bukan berpisah kota ataupun negara, ini juga terasa berat bagiku karena aku belum terbiasa pergi jauh dari keluargaku.
"Kami titip Nayla ya nak Arif, tolong jaga Nayla dengan baik, cintai dan sayangi Nayla dengan sepenuh hati, dia adalah putri kami, permata keluarga kami," ucap papa kepada mas Arif.
"Baik pa, saya akan menjaga Nayla dengan baik, Nayla sekarang adalah amanah yang diberikan oleh Allah dah pada saya," jawab mas Arif dengan bijak.
"Apakah sekarang mas Arif sudah menerima ku, karena kini aku sudah menjadi istrinya tulang rusuk nya yang sebenarnya,?"tanya ku di dalam hati.
Setelah berpamitan dengan keluargaku, aku dan juga mas Arif beserta mertua ku berpamitan pulang. Aku dan mas Arif berada di dalam mobil yang berbeda dengan mertua ku, ini membuatku canggung sekali karena tak ada percakapan antara aku dengan mas Arif.
Hingga kami sampai di rumah, ku langkahkan kaki memasuki rumah mertua ku mengikuti langkah mas Arif dan berjalan di belakangnya, rumah yang akan menjadi tempat tinggal ku, di manapun mas Arif berada aku sebagai istrinya mas Arif akan selalu mengikutinya. Dari perjalanan sampai tiba di rumah tidak ada sepatah kata pun antara ku dan mas Arif, entah apa yang dia pikirkan tentang ku,
"Sayang sini dulu," Panggil mama Dania menghampiri ku dan mas Arif.
Mas Arif terlihat acuh, sekilas melirik ke arahku dan juga mama lalu melangkah menuju ke atas, sepertinya kamar mas Arif di lantai atas.
"Ada apa mah?" Tanyaku kepada mama Dania.
"Ini ada hadiah dari mama, kamu pakai ya Nay."
"Apa ini mah?." tanyaku penasaran.
"Ini baju tidur, pokoknya malam ini kamu harus pakek baju ini," ujar mama.
Mama memberiku sebuah paper bag ukuran sedang, karena penasaran aku mencoba untuk mengintip apa isinya. "Jangan dilihat dulu, nanti saja setelah kamu bersihkan tubuhmu," ujar mama melarang ku melihat paper bag yang dia berikan nya
"Iya ma."
"Fit.... Fitri.." panggil mama
"Iya bu..ada apa bu?" Tanya wanita sekitar umur 30 tahun, mbak Fitri namanya, aku sudah mengenal mbak Fitri, karena ini bukan kali pertamanya aku ke rumah mama Dania, dulu waktu mas Arif masih berhubungan dengan Sintia pernah beberapa kali aku ke sini.
"Tolong kamu hantarkan Nayla ke kamarnya Arif,"
"lho kok bak Nayla yang menjadi istri nya mas Arif, bukannya Mbak Sin,"
"Bukan Nayla istrinya Arif sekarang bukan Sintia," ujar mama memotong pertanyaan mbak fitri.
"Baik bu, saya akan mengantarkan mbak nayla ke kamarnya mas Arif, ayo mbak ikut saya." Tampa banyak bertanya mbak Fitri Langsung mengajakku sambil menyeret koper ku.
Ku langkahkan kaki mengikuti mbak fitri menaiki satu-persatu anak tangga menuju lantai atas "Ini mbak kamarnya mas Arif, mbak langsung masuk aja ya." ujar mbak Fitri.
"Iya mbak, makasih banyak ya mbak, saya jadi gak enak ngerepotin mbak." ujar ku merasa tidak enak.
"Nggak kok mbak Nayla, saya sama sekali merasa nggak direpotin, saya permisi dulu ya mbak." ujar mbak Fitri lalu pergi dari hadapanku.
Ya tuhan inilah kamar suamiku, dengan perasaan yang sangat gugup, ku hembuskan nafasku secara perlahan agar merasa sedikit tenang, kucoba membuka pintu kamar mas Arif dengan perlahan, ku langkahkan kakiku masuk ke dalam kamarnya mas Arif, tidak ada mas Arif, sepertinya dia sedang mandi.
Ku lirik ke arah lemari tangan ku mencoba untuk membuka lemari tersebut, ada ruang kosong langsung saja ku bongkar koper ku dan meletakkan semua baju yang kubawa ke dalam lemari tersebut.
Pandanganku melihat-lihat isi kamar ini, kamar yang luas dengan warna yang lebih kalem, sangat sesuai dengan mas Arif yang dingin, tanpa sengaja mataku menatap satu foto di atas meja samping tempat tidur mas Arif, iya itu adalah foto Sintia dan mas Arif, ku pegang foto tersebut "apakah aku dapat menggantikan mu Sin didalam hatinya mas Arif," lirihku.
Tampa ku sadari mas Arif sudah berada di sampingku. "Hanya dia yang ada di hatiku, jadi jangan berharap lebih dari pernikahan ini,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
kesedihan yg baru dimulai untuk Nayla
2022-10-14
0