**Berjalan** bersebelahan dengan Kak Raefal menyebabkan fenomena cukup menegangkan. Banyak siswa yang tadinya sibuk sendiri menjadi memperhatikan kami, tak jarang juga ada yang berbisik bahkan menunjukkan wajah kaget.
Semakin jauh kami melangkah, beberapa anak ada yang mengabadikan momen menggunakan ponsel pintarnya. Aku dan Kak Raefal sudah seperti selebriti saja.
"Kenapa nunduk?" tanya Kak Raefal sembari melirikku.
"Ka---kak engga canggung? Mereka lihatin." Meski enggan, aku harus menjawab jika tidak ingin dikasari oleh lelaki itu.
"Udah biasa, gue kan emang ganteng!" sombongnya.
Aku mencibir dalam hati, aku akui jika ia memiliki aura yang banyak digandrungi anak muda, wajah yang terlihat menyeramkan sekaligus tampan, tubuh tinggi tegap dengan warna kulit yang tidak terlalu putih ataupun hitam.
Aku mengekor di belakang Kak Raefal saat lelaki itu menarikku menuju pojok kantin yang sudah ada beberapa remaja yang berpenampilan serupa dengannya.
"Akhirnya lo gandeng cewek juga, eh! Itu bukannya temen sebangku lo?" tanya teman Kak Raefal yang tadi pagi menertawaiku.
Tanpa kata Kak Raefal duduk di bangku yang masih kosong sebelum melirikku yang masih berdiri.
"Lo mau jadi patung disitu? Sini duduk!" titah Kak Raefal kembali menarik lenganku hingga terduduk di sebelahnya.
Keadaan ini benar-benar tidak pernah terlintas dipikiran, duduk dengan para pentolan sekolah lalu menarik perempuan untuk iri sekaligus mamaki.
"Sabar ya lo dighibahin. Soalnya lo cewek pertama yang berhasil berjalan di samping Raefal kecuali Orlin," ungkap teman Kak Raefal, dari name tag nya. Dia bernama Langit.
"Biarin aja, mereka cuma sirik kok. Soalnya selama ini mereka dihempas sama Raefal dengan kejam," kata yang lain yang, aku balas dengan senyum kaku.
Aku sedikit lega karena orang yang membawaku diantara gerombolan laki-laki tengah mendekat ke arahku setelah memesan makanan.
"Ouh iya. Kenalin gua Arik!"
Mataku melirik tangan yang melayang minta dibalas itu, dengan canggung aku menjabat telapak tangan orang itu.
"Isha."
"Kalau gue Langit, ini Arya terus itu Damar, sebelah sana--------"
Perkenalkan pun mulai terjadi, aku hanya menanggapi seperlunya, masih canggung tergambar jelas di wajahku.
Kak Raefal duduk kembali di sebelahku, sementara yang lain bersorak senang karena pesanan tengah ditata oleh pelayan kantin.
"Nih! Buat lo! Bakso dan teh manis!"
Aku hanya diam menatap semangkuk bakso lengkap dengan minuman tersaji di depan mata.
"Kok diam? Dimakan gih!" titah Kak Raefal menyebabkan mataku terfokus kepadanya.
"A-aku engga pesen Kak," jelasku.
"Makan!" ancam Kak Raefal menggunakan tatapan tajam.
"I-iya Kak."
Meski enggan akhirnya gumpalan daging rebus itu masuk juga ke dalam mulut, aku juga sedikit tegang karena sedari tadi Kak Raefal tidak ada jedanya menatap tajam kepadaku.
"Jangan galak Raefal! Kasihan dekek gemesnya ketakutan." ledek Kak Arik.
"Iya tuh, entar kabur lo yang galau."
Semua teman Kak Raefal bergantian meledek yang sama sekali tidak mendapat balasan dariku maupun Kak Raefal.
"Heh Cupu! Lo ngapain disini?!"
Bentakkan dari Orlin mampu membuat perhatian semua orang terpusat di satu titik dimana gadis itu berdiri bersama kedua temannya.
"Suka-suka dia lah. Lo kok sewot," balas Kak Langit santai.
"Kak, kenapa Cupu engga diusir. Keenakan dia," adu Orlin manja.
"Seharusnya itu, yang pergi lo bukan dia." Dengan wajah datar sembari menikmati makanan Kak Raefal berkata.
"Kak! Dia tuh Cupu dan engga pantes jalan apalagi makan sama Kak Raefal."
"Emang kenapa?"
"Kan udah aku jelasin, kenapa Kakak engga ngerti yang aku bilang? Jangan bilang Kakak suka sama Cupu!" Orlin menebak yang membuatku semakin panik.
Kak Raefal menghentikan makannya lalu menatap Orlin datar. "Denger Orlin! Pertama! Namanya Isha. Bukan Cupu, kedua! Emang kenapa kalau gue suka sama dia? Ini hak gue. Lo itu bukan siapapun di mata gue."
Bukan maksud hati ingin berbahagia karena Orlin dibentak, hanya saja aku senang karena untuk pertama kalinya ada yang mau susah membelaku.
"Kok Kakak ngomong gitu si?"
Kak Raefal berdiri, mengedarkan tatapan keseluruhan sudut sebelum berteriak lantang. "Kalian semua! Denger ini baik-baik!"
Kedua mata setiap kepala terpusat kepada Kak Raefal, di wajah mereka tercetak jelas gurat penasaran
"Mulai sekarang engga ada yang boleh panggil Isha dengan sebutan Cupu! Jika ada kalian akan tahu akibatnya!"
Berbeda dengan orang lain yang terkejut, aku yang mendapat perlakuan seperti itu tentu tidak menyangka sekaligus terharu.
Ragaku ditarik paksa oleh Kak Raefal untuk meninggalkan kantin, hingga di Koridor sepi aku memberanikan diri mengucap kata hati.
"Kak ma-makasih." Aku berucap seraya menatap ke bawah dengan menautkan jemari gugup.
"Bukan maasalah."
"Lo tadi kenapa diam? Bukannya udah gue suruh buat membela diri. Mau sampai kapan lo bakal jadi pengecut?"
Aku menggerutu dalam hati, baru saja aku terpesona dengan sikapnya barusan, sekarang diriku dihempaskan oleh kenyataan.
"Mengerti?!" tanyanya lagi dengan tegas yang membuatku mengangguk. "Gue 'kan udah pernah bilang, jangan terus diem, ngangguk dan geleng! Bicara!" tegasnya.
"I-iya Kak."
Kak Raefal menyentuh daguku membuat diri kaget namun aku tak bisa berontak, perlahan dia mensejajarkan wajah kami, menyebabkan kedua bola mata saling bertautan.
"Satu lagi! Gue engga mau lihat lo nunduk kayak tadi."
Mata membuka lebar, dada bergemuruh kencang serta menahan nafas yang aku lakukan saat wajah kami sangat dekat.
"Kak lepas," cicitku membuat Kak Raefal melepas tangannya dari daguku lalu mundur beberapa langkah.
Kring!
"Denger 'kan?" tanya Kak Raefal "Ayo!" Tangan kekar Kak Raefal kembali menarik diri menuju ruang ulangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Rose_Ni
Wah...Cupu diajarin Suhu
2023-01-10
1