3. Cinta jadi Kecewa

‍‍‍Aku terisak di dalam salah satu bilik toilet sembari memandang buku catatan yang telah dibaca Orlin tadi, aku memang menyukai Arga, siapa yang tidak akan menyukai sosok sempurna seperti dia, tidak terkeculi aku.

Aku juga sama seperti perempuan lain yang memimpikan seorang pangeran tampan yang bisa melindungi, tapi aku juga masih sadar diri.

Sedikit mengingat, aku memendam rasa pada Arga tidak tahu kapan pasti waktunya, mungkin saat aku masih anak-anak ataupun saat disekolah menengah.

Alasanku menjatuhkan hati karena Arga yang dulu aku kenal ialah sosok siswa teladan yang berkharisma namun, itu dulu. Waktu dimana aku belum tahu betapa busuknya sifat Arga asli, sang Raja bully.

Hal paling bodoh yang aku lakukan yaitu bersuka rela disakiti Arga hanya membuat laki-laki itu tertawa.

Mengenai surat itu, aku tulis saat pertama kali aku mengetahui jika Arga dan aku satu kelas dan itu juga kali pertama aku dibully Arga. Tentu aku sangat senang, raga yang dulu hanya bisa kutatap jarak jauh kini bisa saling berhadapan.

Setelah puas aku keluar dari bilik toilet, berjalan menghampiri cermin seraya memperhatikan pantulan diri.

Aku tertawa kecil. "Benar kata mereka, aku tidak pantas mencintai Arga atau siapapun. Penampilanku sendiri saja seperti ini."

"Rambut yang selalu dikepang dua seperti anak TK, belum lagi kacamata persegi yang membingkai mata serta gigi yang tidak rapi," lanjutku.

Sekolah tidak seramai beberapa jam lalu, hampir seluruh siswa telah pulang dari acara menimba ilmu namun masih ada beberapa yang tinggal.

"Tunggu! Mau kemana lo?!" cegah Orlin menghampiriku berjalan di Koridor.

"Pu-pulang!" balasku menunduk.

"Nih!" Orlin menyerahkan tasnya kepadaku.

"A-apa?" tanyaku yang mulai menatap matanya takut.

"Ck! Dasar bego! Bawa Cupu! Bawa!" bentak Orlin layaknya nyonya besar.

"Ta-tapi ak-aku---" elakku langsung dipangkas sebelum sepenuhnya habis.

"Lama amat sih ngomongnya! Udah bawa aja! Nih sekalian punya gue juga!" Acel ikut menyerahkan tasnya beserta Anoora kepadaku seperti halnya Orlin.

"Dan jangan lupa! Lo harus ekstra hati-hati bawanya! Jangan sampai lecet! Gaji Bokap lo setahun engga mungkin bisa buat ganti rugi," hina Anoora.

"Lo bawa tas kami sampai parkiran!" titah Orlin lalu berjalan lebih dahulu bersama kedua sahabatnya, melupakan aku yang mengekor dengan ketiga tas menggantung di pundak.

"Itu "kan Arga, siapa yang ada di sampingnya?" batinku bertanya penasaran saat sampai diparkiran.

Beberapa meter dari tempat, sosok Arga bersama seorang gadis nampak, Arga dengan  senyum membukakkan pintu mobil guna mempersilahkan perempuan di samping masuk.

"Lo lihat cewek barusan yang bareng Arga?" Acel mengajakku berbicara sembari matanya memperhatikan mobil Arga. "Dia Yollan, anak sebelas  MIPA satu," jelas sekali jika Acel membuat hatiku menciut.

"Acelin Amanda Roselani cepetan masuk! Ngapain juga ngenalin Yollan sama Cupu!" kata Orlin di belakang kami sembari memegang pintu mobil.

Acel memuatar tubuhnya menghadap Orlin. "Biar Cupu panas!" Lalu, kemudian melirikku. "Sekaligus sadar diri."

"Cupu! Udah puas lo liatin kakak gue sama pacarnya?" tanya Orlin yang membuat kesadaranku kembali lalu menatapnya. "Sini lo!"

"Malah bengong!" Orlin menghampiriku dan menarik ketiga ransel di tangan. "

"Orlin ayo! Katanya udah terlambat malah bicara sama calon kakak ipar!" ejek Acel dari dalam mobil.

"Anjing lo!" balas Orlin lalu dia masuk ke mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.

     Sore ini, dengan sepeda aku mengunjungi toko roti yang Papaku bangun demi mencukupi kebutuhan, berhubung sekarang malam minggu aku niatkan untuk membantu beliau.

"Sore Pa!" sapa diri ini kepada Papa yang terlihat sedang menata roti.

"Sore, udah pulang?"

"Iya Pa," balasku yang diangguki oleh beliau.

Tanganku terulur mengambil celmek lalu mengikatnya di tubuh sebelum memulai memanggang roti.

Tring!

Suara lonceng yang terdorong pintu kaca menjadi pertanda kedatangan pelanggan.

"Han biasa!" Pesan seseorang, yang sudah sangat aku kenal.

"Isha, ambilkan roti yang sudah tante Nesya pesan!!" titah Papa.

"Iya Pa!" balasku.

Selepas memasukkan roti pesanan, aku menghampiri Tante Nesya yang sedang duduk menunggu.

"Tan ini rotinya!"

"Makasih sayang," balas Tante Nesya, pelanggan sekaligus teman semasa sekolah Mama Papa.

"Mau teh atau kopi Tan?" tawarku seperti biasa karena cukup akrab dengan beliau.

"Teh saja."

"Ini Tan! "Aku menaruh cangkir teh itu dan beberapa biskuit di atas meja yang Tante Nesya tempati.

"Makasih, ouh iya. Tante bawa ini buat kamu semoga kamu suka ya!" Tante Nesya menyodorkan sebuah kotak padaku.

"Makasih Tan,"

"Mah, cepat aku ada acara!" kata seseorang yang tepat berada di belakangku.

"Lah kamu ini, Mama baru mau minum tehnya," tolak Tante Nesya."Kamu diajak engga mau, malah milih di mobil sekarang apalagi?"

"Mah aku udah ditunggu!" pinta orang itu memberi alasan.

Aku hanya diam mematung di antara percakapan antara anak dan ibu itu,  enggan untuk ikut campur.

"Maaf Isha, Tante engga bisa lama, nih Arga bawel. Engga niat antar Mamah-nya belanja ya gini!" sindir Tante Nesya membuatku tersenyum ramah untuk menanggapi.

"Ouh iya! satu lagi, Isha terima ya ponsel dari Tante."

"Duh Tan, ini engga perlu," tolakku saat mengetahui isi bungkusan itu.

"Eh, engga apa. Biar kamu terbantu juga dalam belajar, kamu juga sering pulang terlambat 'kan, jadi terima aja buat jaga-jaga."

Ingin menolak rasanya tidak enak, dengan terpaksa aku mengangguk mantap sembari menerbitkan senyum.

"Makasih Tante."

"Ayo Ga!" ajak Tante Nesya pada Arga yang sedari tadi merengek minta pulang.

"Iya, Mama duluan aja!" balasnya.

Arga yang semula berada di belakang punggung kini sudah berdiri dihadapan sembari memandangku dengan hina.

Arga membisikkan beberapa patah kata di depan daun telinga. "Jangan pernah lo manfaatin Mama gue buat menuhin kebutuhan lo! Gue tahu Mama gue itu baik, tapi buat lo?" Menjeda beberpa detik sembari menjaga jarak. "Gue engga sudi."

"Aku memang miskin, aku memang Cupu, tapi aku masih punya harga diri, dan aku tidak pernah memanfaatkan orang, apalagi Tante Nesya yang sudah aku anggap sebagai Ibuku sendiri!"

Ingin sekali kalimat diatas aku lontarkan, akan tetapi keberhasilan yang dihasilkan diri tidaklah cukup hingga aku lebih milih diam.

 

Purbalingga 10 januari 2020.

Episodes
1 1. Pendiam
2 2. Butiran Debu
3 3. Cinta jadi Kecewa
4 4. Si Badung
5 5. Namanya Isha
6 6. Cacing-cacing
7 7. Makan Siang
8 8. Bimbang
9 9. Pertandingan Basket
10 10. Luka
11 11. Pelipur Lara
12 12. Tawuran
13 13. Babu Orlin
14 14. Misqueen
15 15. Ada Apa Dengan Orlin-Raefal?
16 16. Mengadu
17 17. Mati
18 18. Antagonis?
19 19. Ada apa dengan Arga?
20 20. Gelas Pecah
21 21. Menyukai atau Mencintai?
22 22. Jangan Ge-er
23 23.
24 24. Suapin Arga
25 25. Blushing
26 26. Chatingan sama Arga
27 27. Bukan siapa-siapa
28 28. Gagal Fokus
29 29. Beban
30 30. Jadi Ibu Peri
31 31. Kissing?
32 32. Dibela
33 33. Nyanyian Isha
34 34. Isha Manggung
35 35. Band Sekolah
36 36. Ditembak
37 37. Backstreet
38 38. Arga's Berbicara
39 39. yang Lemah akan Kalah
40 40. Tanpa Kabar
41 41. Manis Asam Pahit
42 42. Pangeran Hanya Mencintai Cinderella yang Cantik
43 43. Sisi Lain Kak Raefal
44 44. Pangeran Katak untuk Cinderella
45 45. Mimpi yang Menjelma menjadi Ilusi
46 46 Temen Rasa Pacar
47 47. Berdebar
48 48. 2A
49 49. (Bukan) Cinderella
50 50. Menyesal
51 51. Pangeran Bukan untuk Upik Abu
52 52. Call Me Isha
53 53 Pembalasan
54 54. Gue Suka Lo
55 55. Sweetheart
56 56. Menjadi Egois
57 57. Bajingan
58 58. Tidak Ada Reuni Hati?
59 59. Takdir
60 60. Call Me Flo
61 61. Reuni
62 62. Ngerusuhin Lamaran
63 63. Mengajak Reuni ataupun Mengulang Kembali
64 63. Hubungan Kita adalah Pelangi yang Tidak Abadi
65 64. Fitting Baju Pernikahan
66 65. Bukan anak SMA
67 66.
68 Penting
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1. Pendiam
2
2. Butiran Debu
3
3. Cinta jadi Kecewa
4
4. Si Badung
5
5. Namanya Isha
6
6. Cacing-cacing
7
7. Makan Siang
8
8. Bimbang
9
9. Pertandingan Basket
10
10. Luka
11
11. Pelipur Lara
12
12. Tawuran
13
13. Babu Orlin
14
14. Misqueen
15
15. Ada Apa Dengan Orlin-Raefal?
16
16. Mengadu
17
17. Mati
18
18. Antagonis?
19
19. Ada apa dengan Arga?
20
20. Gelas Pecah
21
21. Menyukai atau Mencintai?
22
22. Jangan Ge-er
23
23.
24
24. Suapin Arga
25
25. Blushing
26
26. Chatingan sama Arga
27
27. Bukan siapa-siapa
28
28. Gagal Fokus
29
29. Beban
30
30. Jadi Ibu Peri
31
31. Kissing?
32
32. Dibela
33
33. Nyanyian Isha
34
34. Isha Manggung
35
35. Band Sekolah
36
36. Ditembak
37
37. Backstreet
38
38. Arga's Berbicara
39
39. yang Lemah akan Kalah
40
40. Tanpa Kabar
41
41. Manis Asam Pahit
42
42. Pangeran Hanya Mencintai Cinderella yang Cantik
43
43. Sisi Lain Kak Raefal
44
44. Pangeran Katak untuk Cinderella
45
45. Mimpi yang Menjelma menjadi Ilusi
46
46 Temen Rasa Pacar
47
47. Berdebar
48
48. 2A
49
49. (Bukan) Cinderella
50
50. Menyesal
51
51. Pangeran Bukan untuk Upik Abu
52
52. Call Me Isha
53
53 Pembalasan
54
54. Gue Suka Lo
55
55. Sweetheart
56
56. Menjadi Egois
57
57. Bajingan
58
58. Tidak Ada Reuni Hati?
59
59. Takdir
60
60. Call Me Flo
61
61. Reuni
62
62. Ngerusuhin Lamaran
63
63. Mengajak Reuni ataupun Mengulang Kembali
64
63. Hubungan Kita adalah Pelangi yang Tidak Abadi
65
64. Fitting Baju Pernikahan
66
65. Bukan anak SMA
67
66.
68
Penting

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!