Call Me Isha
Apa aku seorang pendosa sehingga kalian menghinaku dengan sadis?
---Call_Me_Isha
...»»———Sҽʅαɱαƚ MҽɱႦαƈα——-««...
Terlentang di atas tempat tidur sembari menatap langit-langit kamar, itu salah satu kegiatan kurang bermanfaat ketika aku bangun. Termasuk kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Malas, kata yang mungkin cocok mewakilkan perasaanku saat ini, untuk beranjak dari tempat tidur saja seperti ada ribuan ton batu yang menindih.
Tak berselang lama, aku mendesah kecil saat mengingat hari. Hari senin, waktu dimana para pelajar sepertiku dijemur sebelum melaksanakan kegiatan belajar.
Aku bangun, mengambil kacamata yang berada di atas nakas lalu memakainya sebelum berjalan kecil menuju kamar mandi.
Selesai dengan urusan mandi, kini aku duduk menghadap cermin sembari menilai rupa yang tercetak jelas disana seraya mengepang dua.
Aku memang bukan tipe yang terlalu memperhatikan penampilan, jika dirasa rapih sudah cukup bagiku.
Hampir lupa, namaku Aisha Flora Ardhani, biasa dipanggil Isha. Kini, aku duduk dibangku kelas sebelas di sebuah Sekolah swasta yang tak jauh dari tempat tinggalku.
Aku berasal dari keluarga sederhana, Ayahku pemilik toko roti dan Ibuku seorang guru TK yang penghasilannya tidak seberapa. Dulu, Ayahku memang seorang pengusaha kaya raya namun harta yang dititipkan pada kami diambil kembali oleh sang maha kuasa, namun aku cukup bersyukur walau dengan kondisi keuangan kami yang tidak seperti sediakala keluargaku masih tetap harmonis sampai saat ini.
Kini, aku berjalan di lorong Sekolah seraya menunduk, terlalu banyak omongan manusia yang sepertinya tidak pernah akan berhenti mengkritik.
Kadang, dalam benak ingin sekali berteriak namun, perlawanan yang hanya akan menjadi angan itu selalu terhalang oleh keberanian.
Membaca novel menjadi pilihan diri sesaat setibanya aku di kelas, memilih duduk lalu hanyut dalam alur yang disuguhkan.
"Beneran! Gila! Sumpah lo berani banget!" teriakan itu membuat konsentari buyar.
Mata melirik gadis yang barusan heboh, sebenarnya aku tidak perlu melakukan hal itu karena sudah hafal dengan si pemilik suara.
Acelin Amanda Roselani, bisa dipanggil Acel, dia adalah salah satu gadis yang cukup disegani di Sekolah, dia anak yang periang, bicara tidak pernah disaring, populer serta pintar.
"Lo lihat 'kan siapa gue?!" balas salah satu teman Acel dengan bangga.
Orlin Pramusita Putri, atau biasa dipanggil Orlin, gadis dengan wajah cantik yang menjadi primadona Sekolah. Dia itu tidak pintar, hanya saja Orlin terlalu jenius.
"Heh Cupu! Ngapain liat-liat gue!" Dengan mencemooh Orlin menangkap basah tatapanku.
"Cupu! Kalo ada yang ngomong ditatap! Nunduk mulu! Leher lo patah atau gimana sih?" ujar Acel.
"Cupu! Daripada lo bengong lebih baik beliin gue bakpau!" titah Orlin yang membuatku kaget. Tentu saja, karena tinggal beberapa menit lagi bel masuk dibunyikan.
"Lo engga tuli 'kan? Cepet!" titah Acel menimpali.
"Ta---Tapi bentar lagi masuk." Aku tergagap.
"Emang gue perduli? Cepet sana!!" titah Orlin.
Orlin berdiri dari duduknya, menghampiri raga ini sebelum menarik tanganku kencang. "Lama ya lo!"
"Akh!" Aku berteriak kecil saat tubuh ini mencium lantai.
"Cepet Cupu!" Orlin menendang kakiku cukup keras membuat mulut meringis tertahan.
"Dih! Pake acara nangis lagi! Lo kira ini sinetron! Cepetan anjing!"
Perlahan aku berdiri lalu membiarkan telapak tanganku terbuka sembari menunjukkan kepada Orlin. "Lin, mana uangnya?"
"Pake uang lo lah! 'Kan lo yang mau beliin gue," balas Orlin.
"Tapi aku engga punya uang Lin," cicitku.
"Gue engga percaya, sini lo!!" Tanpa meminta izin Orlin merogoh saku bawahan yang aku kenakan.
"Ini apa? Lo jangan bohongin gue!" Orlin merampas uang yang aku miliki begitu saja.
"Jangan Lin, itu uang buat seminggu," pintaku memohon.
"Bokap lo medit amat, masa seratus ribu buat seminggu?" Tak berselang lama Orlin tertawa. "Lupa, lo 'kan miskin! Hidup lo kasihan banget ya kalau dipikir,"
"Udah miskin, jelek, bodoh lagi," lanjut Orlin, dia memang tidak akan pernah puas jika belum menghina diriku.
"Bener! Biasanya 'kan anak cupu kayak lo otaknya berisi nah ini?" Acel ikut berucap.
Celetukan itu mendatangkan tawa bagi siswa yang ada di kelas, selain Orlin dan Acel, seluruh sekolah pun bersekongkol untuk membully diriku.
"Duh, engga beruntung banget hidup lo cupu! Cupu!" Ejek Orlin lagi.
"Ada bu Saras!!!" instruksi keyla yang membuat seluruh murid berlari menuju bangku masing-masing termasuk aku.
"Cupu! Kita lanjutin nanti!!" Bisik Orlin ketika melewati bangku yang aku tempati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Rose_Ni
iseng ngetik nama author,ternyata ketemu novel karya yg lain....pertama baca dari TK ke KUA udah kepincut ama tulisan author
2023-01-10
0
Author_A.S [Vacum]
Alexander X Corner : Leo Alexander & Chloe Corner
2022-08-29
0