Yang Sebenarnya

Malam terus merayap ke penghujung, penduduk bumi perlahan mulai menepi dari semua aktivitas yang biasa mereka lakukan. Jalanan licin berair sisa hujan sore tadi. Para pedagang pinggir jalan pun hanya beberapa saja yang terlihat masih mangkal di lapaknya.

Gerimis tak lagi turun, tapi masih menyisakan dingin yang membekukan tulang sumsum. Di jalanan sepi nan lengang, mobil putih itu masih melaju dengan pelan. Si pengemudi sengaja tak menutup jendela mobil, untuk memudahkannya melihat sekitar.

Diliriknya jam yang melingkar di tangan, pukul dua puluh dua lebih satu menit. Ia menghela napas, sudah hampir dua jam mengelilingi kota tersebut, tapi yang dicari tak kunjung terlihat.

"Udah malem kayak gini nggak mungkin juga Seira berkeliaran," gumamnya lirih.

Ia mempercepat laju mobil memutuskan untuk menyudahi pencarian. Esok akan dilakukannya lagi, guna mendapatkan informasi yang dia inginkan.

Namun, alangkah terkejutnya ia, ketika melihat seorang laki-laki paruh baya berjalan sambil membawa tas besar di punggung.

"Mang Udin? Mungkin laki-laki itu tahu masalahnya."

Hendra menekan klakson sebelum menepi di depan sosoknya. Mang Udin yang tersentak menghentikan langkah lebarnya, ia takut tertinggal bus yang akan mengantarnya ke desa. Kerutan di dahi terbentuk dikala sosok Hendra keluar dan menghampirinya.

"Mang Udin? Ah, aku nggak salah liat ternyata. Mau ke mana, Mang, malam-malam begini?" tanya Hendra berbasa-basi. Matanya melirik tas besar yang disampirkan di bahu kiri.

"Eh, Pak Dokter. Saya kira siapa aja, saya mau ke terminal, Pak. Mau pulang kampung," jawab Mang Udin jujur.

Hendra yang kali ini terlihat kebingungan, ia menatap manik tua di hadapannya. Ada rahasia besar yang tersembunyi, tapi ia tampak jujur.

"Kalo gitu, biar aku antar. Takutnya ketinggalan bus lagi," tawarnya tanpa segan sembari menyusun strategi untuk menggali informasi dari laki-laki tua itu.

"Beneran ini, Pak Dokter? Apa nggak ngerepotin Bapak nantinya?" tanyanya tak enak hati.

Ia kira dokter muda itu baru saja pulang dari rumah sakit, pastilah lelah karena seharian melayani pasien yang datang tidak sedikit. Nyatanya, ia memang memiliki maksud lain, berharap mendapatkan informasi yang dia inginkan.

"Nggak, kok, Mang. Ayo, taruh tasnya di dalam bagasi," pintanya seraya membuka bagasi mobil dan membantu Mang Udin meletakkan tas besar tersebut.

"Makasih ini, Pak Dokter, saya udah ngerepotin Bapak. Padahal, Bapak pasti capek abis dari rumah sakit," ucap Mang Udin sambil membantu menutup pintu bagasi tersebut.

Dokter Hendra tersenyum seraya berucap, "Nggak apa-apa, Pak. Kalo nggak kenal aku juga nggak mau bantu takutnya malah dibegal," selorohnya sambil tertawa garing seraya mengajak Mang Udin untuk memasuki mobil.

Mobil melaju memecah hening, membelah jalanan lengang. Jalan yang biasanya ramai itu, kini tampak sepi. Mang Udin bersyukur karena bertemu dengan orang baik seperti dokter muda itu.

"Mmm ... kenapa Mang Udin mau pulang? Apa ada acara di sana?" tanya Dokter Hendra memulai misinya.

Mang Udin tersentak dari lamunan, bibirnya yang hitam membentuk senyuman seperti yang selalu ia lakukan.

"Nggak, Pak. Saya udah nggak kerja lagi sama Tuan Zafran. Saya mau balik ke desa dan menggarap ladang orang tua di sana, Pak. Lagian saya juga mau kumpul sama anak istri," jawab Mang Udin membuka satu tebakan dokter tersebut tentang ketidakhadirannya di pintu gerbang tadi.

"Oh, iya emang enak begitu, Pak. Kumpul sama keluarga, sayang aku belum juga ketemu jodoh."

Dokter Hendra tertawa jenaka guna menyembunyikan gugup dan rasa pedih yang melanda. Ia melirik laki-laki paruh baya di samping, bibirnya tersenyum khas seorang Udin supir dari sahabatnya.

"Oya, Pak. Klo boleh tahu gimana kabar Seira? Udah lama soalnya nggak main ke sana. Maklumlah, sibuk," tanya dokter Hendra memancing Mang Udin untuk bercerita.

Ia melirik kemudian tersenyum disaat pandang mereka bertemu, bersikap sebiasa mungkin agar laki-laki itu tidak curiga. Pandangan mata itu menyiratkan banyak kesedihan, kekecewaan yang dalam, juga rasa sesal yang menghilangkan pancaran asa di dalamnya.

Mang Udin berpaling, menarik napas panjang sambil menatap lurus ke depan.

"Saya tahu sebenarnya Dokter ini udah tahu masalah yang terjadi di rumah itu, 'kan?" ucap Mang Udin tepat sasaran.

Dokter Hendra termangu, hampir-hampir kehilangan keseimbangan saat mengemudi, tapi Mang Udin biasa saja. Laki-laki tua itu memang serba tahu.

"Mamang bener, tadi aku emang diminta ke rumah itu, tapi nggak liat Seira sama sekali. Malah ada perempuan yang aku sendiri nggak kenal. Apa bener, Mang, katanya Seira pergi dari rumah?" ungkapnya tak lagi menutupi keingintahuan perihal masalah Seira, gadis yang pernah menjadi bagian di hatinya.

Mang Udin mengulas senyum tipis, tahu betul semua orang di sana pastilah akan menuduh wanita itu. Kejam memang, demi menutupi kesalahan diri sendiri mereka mengkambinghitamkan orang lain yang notabene adalah korban.

"Itu terserah Dokter aja, mau percaya atau nggak. Mamang nggak bisa maksa, tapi yang pasti Bu Sei nggak pergi gitu aja dari rumah. Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba Pak Zafran menalak Ibu dan mengusir Ibu dari rumah. Yah, perempuan itu ... perempuan yang Dokter lihat itu sahabat Ibu, dia lagi hamil anaknya Bapak," ungkap Mang Udin sejujurnya.

Untuk apalagi menutupi semuanya, toh Seira pun telah tiada dan tak akan pernah kembali ke rumah itu lagi. Mungkin untuk selamanya.

Terkejut? Itulah yang dirasakan dokter Hendra, dalam hati mengumpati tindakan tidak bermoral Zafran. Kedua tangan mencengkeram erat kemudi, diikuti rahang yang saling beradu.

"Sialan si Zafran! Aku udah relain Sei buat dia, malah bertingkah nggak bermoral," rutuknya kesal, "jadi, perempuan itu hamil anaknya Zafran?" lanjutnya bertanya sambil melirik Mang Udin yang kembali diam dengan kesakitan di hati.

"Katanya, sih, gitu. Padahal, hari itu Bu Sei mau kasih kejutan buat Bapak kalo beliau lagi hamil anaknya-"

"Tunggu? Sei ... hamil?" sela dokter Hendra terkejut mendengar kabar kehamilan Seira.

"Bener, Dokter. Saya sama Bi Sari yang antar Ibu periksa, emang baru masuk dua bulan, tapi Ibu dan Bapak udah lima tahun nunggunya," jawab Mang Udin dengan tenang.

"Astaghfirullah! Zafran, Zafran! Emang brengsek! Istri hamil dia nggak tahu malah selingkuh. Kurang apa Seira? Klo tahu kayak gini dulu aku nggak bakal kasih Sei ke dia," kecam dokter muda itu semakin kesal mendengar cerita tentang Zafran yang bodoh.

"Tapi, Dokter, Ibu nggak mau kalo Bapak sampe tahu tentang kehamilannya. Jadi, tolong Dokter jangan kasih tahu itu sama mereka. Saya takut, perempuan itu nekad. Saya nggak mau Bu Sei kenapa-napa," ujar Mang Udin lagi menoleh padanya dengan pandangan memohon.

Dokter Hendra mengerti, teramat mengerti. Memanglah terkadang pelakor itu lebih horror. Ia mengangguk patuh, mengumpat dalam hati tiada henti.

"Terus sekarang, Seira di mana, Mang?" tanyanya. Setidaknya dia tahu bahwa wanita itu baik-baik saja.

"Ibu sama Sari, saya nggak tahu di mana, tapi di mana aja mudah-mudahan mereka selamat," ucap Mang Udin penuh sesal.

"Ya, aamiin. Semoga mereka baik-baik aja."

Perbincangan berhenti saat mobil tiba di terminal. Mereka berpisah, dokter Hendra berbalik dan kembali ke rumah. Dia tak akan berhenti mencari Seira sampai matanya sendiri yang melihat keadaan wanita itu.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

semangat babang dokter ... 💪💪✊️✊️⚘️⚘️

2022-12-20

0

Marianti Lim

Marianti Lim

saya mau baca endingnya dulu deh...kl berujung sama suaminya lagi, gak mau lanjut baca....meski novel doang tp rasanya kecewa banget udah dikhianati n diusir msh balik sama suaminya

2022-12-14

2

⁰⁵🍻

⁰⁵🍻

berharap hendra lah yang akan membantu sheira..

2022-10-28

2

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!