Perang Batin

Dengan perasaan kesal, Lita menuruni anak tangga menuju lantai satu. Di sana wanita tua itu masih duduk santai sambil menghadap televisi. Sinetron rumah tangga yang sedang dilihatnya, tak jauh beda dengan kehidupan yang dia berikan pada sang menantu.

Mendengar ketukan langkah di lantai yang cukup keras, ia menoleh dengan dahi mengkerut. Pandanganya tajam memicing, tak senang melihat wanita itu di sana.

"Gimana sama Zafran? Apa dia udah selesai? Seira nggak pernah ninggalin dia sendirian sebelum bener-bener tidur," ujar sang Ibu dengan nada ketus.

Oh, belum juga menjadi mertua, ia sudah dapat semburan tak mengenakan seperti itu. Lita menggeleng, lagi-lagi hatinya tercubit kala nama sahabat yang ia benci disebut di rumah itu.

"Apa? Jadi kamu ninggalin Zafran sendirian? Astaga!"

Ibu bangkit dengan wajah panik. Berjalan tergesa bahkan bahu Lita disenggolnya agar menyingkir dari jalan. Wanita tak tahu malu itu mengernyit bingung melihatnya seperti orang yang mendengar kabar tentang kebakaran.

Ia mengangkat bahu tak acuh, berjalan ke arah sofa dan mendaratkan bokongnya di sana dengan santai. Tanpa peduli pada konsisi Zafran yang entah akan seperti apa jika ditinggal.

"Nyebelin banget, sih. Kenapa mereka masih sebut-sebut nama si mandul itu coba, ngeselin. Awas aja nanti kalo aku udah jadi nyonya ... liat apa yang bisa aku lakuin buat mereka," kecam Lita dengan suara yang hanya dapat didenger olehnya sendiri.

"LITAAAA!"

Baru beberapa saat menikmati posisi santainya, teriakan sang Ibu menggema hingga ke lantai satu. Lita tersentak, mendongak pada deretan anak tangga di mana mereka berada.

Penasaran dengan kondisi Zafran, apakah benar laki-laki itu manja dan rewel saat sakit seperti itu. Ia bangkit dengan malas, berjalan tanpa semangat menuju kamar Zafran.

"Ada apa, Tante? Kenapa teriak-teriak?"

Untung hujan, jadi lengkingan tinggi itu tak sampai didenger tetangga. Lita bergumam sambil melangkah masuk ke dalam kamar, wanita tua itu dan anaknya masih berada di dalam kamar mandi. Entahlah.

"Kena-"

"Mas Zafran!"

Lita memekik dikala melihat Ibu sedang mengangkat Zafran yang tak sadarkan diri dari dalam air. Gegas ia hampiri, dan membantunya juga. Mengambil handuk yang cepat dililitkan ke tubuh laki-laki itu.

"Kenapa bisa sampe kayak gini?" katanya sedikit kesal juga sedikit panik. Merepotkan.

Keduanya bekerjasama membawa tubuh laki-laki itu ke atas kasur, Ibu menutupi tubuh Zafran dengan selimut, sedangkan Lita mencari-cari pakaian untuknya.

"Kamu kenapa nekad kayak gini, sih? Udah tahu badan kamu itu lemah, nggak bisa kena hujan. Kenapa masih nekad juga?" lirih sang Ibu menangis pilu.

Diusap-usapnya dahi sang anak sembari meraba suhu tubuh. Ia demam tinggi, jika begini pastilah semua orang akan direpotkan. Terkecuali, Seira. Yang tak pernah mengeluh, apalagi kesal saat merawatnya. Hanya wanita itu, yang selalu tersenyum dan berkata lembut disaat Zafran meminta ini dan itu.

Oh, sepertinya tak akan ada lagi wanita yang seperti dirinya.

"Ini, Tante!" Lita datang dan memberikan pakaian ganti itu padanya.

Ibu melirik tak senang, perlahan mendongak seraya berucap ketus, "Lho? Kenapa dikasih ke saya? Kamu pakein, dong! Gimana, sih? Kamu itu, kan, calon istrinya. Mulai sekarang kamu yang harus rawat dia. Seira nggak pernah disuruh juga dia langsung ngerti."

Ia bergeser memberi ruang pada Lita agar memakaikan pakaian itu pada Zafran. Lagi-lagi hatinya kesal, nama wanita itu disebut. Namun, demi mendapatkan apa yang dia inginkan, Lita harus kuat sampai waktunya pembalasan tiba.

Ia duduk di tepi ranjang, menyingkap selimut yang menutupi tubuh polos Zafran. Baru kali ini dia tak senang melihat keadaan laki-laki itu meskipun tanpa busana. Lita melirik wajah Zafran, pucat dan tak sedap dipandang.

Lekas ia pakaikan baju itu, jantungnya tersengat dikala kulit mereka bersentuhan.

"Mas Zafran demam, Tante. Badannya panas banget," ucapnya sembari meneruskan pekerjaan memakaikan baju.

"Iya, saya mau hubungin pak mantri dulu. Jangan kamu tinggal lagi, Zafran nggak bisa ditinggal sendirian kalo lagi sakit," ingat sang Ibu sebelum keluar kamar dan masuk ke kamarnya sendiri.

Ia berniat menghubungi mantri yang sering menerima panggilan tugas di sekitar daerah tersebut tanpa kenal waktu. Usai menyanggupi, ia berjalan ke dekat jendela. Menatap rintik hujan yang mulai mereda.

Teringat pada Seira, wanita itu tak pernah membuatnya repot. Segala sesuatu selalu dikerjakan dengan cekatan tanpa bantuan darinya. Meski ia terlihat tidak berpendidikan, tapi tak pernah mengecewakan apalagi membuat kesal.

Ia hampir lupa, jam makan malam telah terlewati. Baru sadar jika di atas meja makan belum ada makanan tersaji. Buru-buru mendatangi kamar Zafran dan mendapati Lita yang sedang mengompres dahi Zafran. Ia tersenyum.

"Makasih, ya. Kamu udah perhatian sama anak Tante," ucapnya seraya ikut duduk di tepi ranjang.

Lita tersenyum, merasa diterima dengan apa yang dia lakukan. Padahal, air yang dia gunakan adalah bekas Zafran berendam. Terkikik dalam hati, tapi tak apa.

"Nggak apa-apa, Tante. Lagian Tante bener, kok, bentar lagi aku jadi istri Mas Zafran. Jadi, harus belajar mulai dari sekarang," sahut Lita dengan sedikit bangga.

Ibu semakin sumringah, senyum yang menyiratkan makna lain.

"Kalo gitu kebetulan, ini udah waktunya makan malam, tapi di meja makan belum ada makanan. Kamu bisa masak, 'kan?"

Duar!

Hatinya tersambar petir, baru saja dipuji setinggi langit sekarang dijatuhkan lagi. Oh, apakah seperti ini hidup bersama mertua yang menyebalkan?

"E-emangnya nggak ada pembantu di rumah ini, Tante?" tanya Lita sambil menahan getar kekesalan yang bergejolak.

"Aduh, kamu itu lupa, ya. Pembantu di sini, kan, tadi ikut pergi sama Seira. Lagian tu, ya, kalo urusan masak Seira sendiri yang bikin. Pembantu itu cuma bersih-bersih rumah aja. Udah, buruan sana. Masak yang enak, ya, calon menantuku."

Benar-benar menyebalkan, belum sehari tinggal di rumah di rumah itu, sudah ribuan kali ia mendengar nama wanita itu disebut. Seira benar-benar telah mengikat hati mereka hingga terus terpaut padanya.

"Tapi, Tante-"

"Udah, nggak ada tapi-tapi. Cepetan, bikin sup supaya langsung bisa dimakan Zafran nanti klo udah bangun," tolaknya dengan cepat.

Lita menggeram dalam hati, baskom kecil itu bahkan dihentaknya di lantai demi menuntaskan rasa kesal. Tak urung juga keluar kamar langsung menuju dapur. Mencari-cari bahan sayuran untuk dimasaknya.

"Sialan! Belum juga jadi mantu, udah disuruh ini itu. Dasar nenek-nenek nyebelin. Udah tua, tapi nggak sadar juga. Cerewet, suka ngatur, nyebelin, ngeselin, bikin muak," umpat Lita sambil memotong-motong sayuran juga daging ayam yang ia temukan.

"Hah, mana aku nggak bisa masak lagi. Biasanya tinggal pesen-pesen aja di hp, atau ikut makan bekel Mas Zafran klo dia nganterin. Ih, nyebelin. Emang, sih, masakan Sei itu sempurna ... ah, apa, sih kamu. Nggak usah mikirin dia lagi."

Lita menggerutu sambil terus menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasaknya.

Ting tong!

Bel rumah yang berbunyi cukup nyaring membuat tubuhnya terlonjak.

"Sialan, bikin kaget aja. Siapa, sih?" Dia mengumpat sambil membawa langkah menuju pintu.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-12-20

1

Gini Antika

Gini Antika

tanpa sadar kau membanding bandingkan kelebihan seira dari calon mantumu yg goblok itu...😆😆😆😆😆

2022-12-08

0

Gini Antika

Gini Antika

beda jauh emang...kalau istri itu mengabdinya tulus ...jauh beda dg perusak yg ia tau hanya enak enaknya aja...taunya ngangkang terus...
selamat menikmati kebodohan mu wahai mertua..

2022-12-08

1

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!