Pergi

"Woy, tunggu! Itu koper nggak kamu bawa! Mau aku buang, hah!" teriak Lita sambil menendang koper milik Seira hingga jatuh dari teras.

Namun, bukannya berhenti, mereka terus melanjutkan langkah. Mang Udin tergopoh-gopoh hendak mengambilnya, tapi ucapan Seira menghentikan.

"Nggak usah, Mang. Itu bukan punya aku, semua itu dibeli pake uang Mas Zafran. Biarin aja, aku nggak mau ambil."

Bagai gemuruh guntur yang memekakkan telinga, kalimat sarkas Seira amat menohok hati Zafran. Akan tetapi, tidak bagi Ibu dan Lita. Perempuan itu tahu, semua pakaian milik Seira dibelinya dari butik ternama. Hatinya riang gembira, ia mengulum senyum menahan kegembiraan yang luar biasa membuncah.

"Sei-"

Panggilan Zafran berikut langkahnya terhenti seketika saat cekalan sang Ibu mendarat di tangannya.

"Udah biarin aja. Lagian dia bener, kok. Ini semua dibeli pake uang kamu, bukan uang dia," sergah wanita tua itu tanpa peduli.

"Tapi, Bu, setidaknya dia punya pakaian ganti. Aku juga ikhlas, kok, beli semua ini buat dia," sahut Zafran terang-terangan mengatakan kepeduliannya pada mantan istri.

"Udahlah. Peduli amat, sih, kamu." Ibu menatap kelompok Seira seraya kembali berkata, "hei, kalian berdua, awas datang lagi ke rumah ini dan minta pekerjaan. Kalian nggak diterima selamanya di rumah ini, dasar orang-orang miskin nggak tahu diri!"

Meski telinga mendengar, langkah Seira tak surut. Ia tertatih terus melaju meninggalkan rumah yang selama lima tahun ini ia huni dengan penuh kebahagiaan. Begitu pula dengan Bi Sari dan Mang Udin, mereka tidak peduli sama sekali.

Mang Udin berbalik, tak lagi menunduk di hadapan mereka. Ia berkata dengan lantang, "Saya nggak akan kembali lagi ke sini. Saya muak berkerja pada orang-orang yang nggak punya hati seperti kalian. Emang kami ini orang miskin, tapi kami nggak pernah ngerendahin diri sendiri kayak kalian. Orang-orang yang nggak punya malu."

Dia berbalik dan kembali melanjutkan langkah bersama Seira dan Bi Sari. Hati Zafran tercubit, dia tahu apa maksud dari ucapan laki-laki tua itu. Namun, berbeda dengan Ibu, wanita angkuh itu justru mendengus dan mengumpat kesal. Pun dengan Lita yang sebenarnya tidak peduli pada penilaian orang lain.

Perasaan cemas seketika menghampiri Zafran ketika Seira tiba-tiba berhenti sambil memegangi perut. Ingin dia berlari dan membantunya, tapi cengkeraman Ibu di tangan benar-benar tidak memberi izin selangkah pun.

Ia menoleh, sorot mata wanita yang tak lagi muda itu mengancam. Berikut rahang yang mengetat, jelas itu sebuah larangan untuknya beranjak. Zafran menoleh kembali menatap Seira yang masih terbungkuk di dekat gerbang.

"Non nggak apa-apa?" tanya Bi Sari cemas. Ia melirik ke belakang, dan melihat betapa Zafran masih peduli pada majikannya.

Seira menggeleng, digigitnya bibir kuat-kuat menahan nyeri yang kian menyengat. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, mengurai rasa sakit yang menusuk-nusuk. Sakit lahir juga batin.

"Beneran Non nggak apa-apa?" Mang Udin ikut merasa cemas. Ia memutuskan untuk berhenti menjadi supir di rumah Zafran dan mencari pekerjaan lainnya, atau kembali ke kampung halaman berternak dan bertani.

"Nggak apa-apa, aku masih kuat. Insya Allah," sahutnya lirih.

Ia menegakkan tubuh, kembali mengayun langkah dipapah Bi Sari. Berjalan tertatih sesekali akan berhenti menarik napas. Air tak lagi jatuh dari matanya, itu tangisnya yang pertama sekaligus terakhir ia lakukan. Setelah ini, tak akan pernah ada lagi air mata yang terbuang sia-sia.

Zafran masih berdiri di teras menatap gerbang yang baru saja menelan sosok wanita yang amat ia cintai. Tidak! Itu dulu, sebelum kehadiran Lita juga bayi yang sedang dikandungnya.

Sei kelihatan sakit, apa dia bener-bener sakit?

Hati Zafran bergumam pedih, kedua wanita itu telah meninggalkannya sendirian di teras. Berjalan mondar-mandir, menimbang keinginan untuk mengantar ke mana dia pergi. Atau dia sewakan saja kontrakan, untuk tempat tinggalnya sementara.

Gegas Zafran berlari setelah mengambil keputusan. Tak tega juga hatinya saat membayangkan Seira harus terlunta di jalanan dalam keadaan tak sehat, apalagi langit mendung seperti akan turun hujan. Setidaknya, dia masih punya hati dengan memberikan tempat tinggal untuk mantan istrinya itu.

Zafran memasuki mobil, menjalankannya dengan segera menyusul Seira dan dua orang pekerja yang setia bersamanya. Mobil mundur sebelum berbalik dan melaju meninggalkan halaman.

Lita yang mendengar gegas keluar dan berteriak kencang, "Mas Zafran! Mau ke mana kamu? Awas aja kalo kamu sampe datengin dia! Aku nggak terima!"

Mungkin sudah putus urat ******** wanita itu. Dia masih terus berteriak-teriak dengan lantang, memanggil Zafran yang tak mendengar. Mobil hitam itu terus maju dan menghilang dibalik gerbang tinggi rumahnya.

"Seira!" Dia memanggil nama wanita itu dengan lirih.

Pandangannya mengedar kian kemari mencari-cari sosoknya di sekitar jalan komplek perumahan. Tak ada siapapun, hanya desiran angin yang sesekali menerbangkan daun-daun kering yang berjatuhan di atas tanah.

"Kenapa mereka cepet banget ngilangnya?" gumamnya tak henti menoleh ke kanan dan kiri.

Mobil terus melaju ke depan tanpa berniat memutar arah kembali.

"Mungkin mereka udah keluar komplek, aku nggak boleh nyerah. Aku harus mastiin Sei baik-baik aja," katanya.

Ke mana Seira? Mereka pergi tidak membawa serta mobil Zafran, jangankan mobil, pakaian saja enggan ia bawa. Lalu, kenapa cepat sekali menghilang. Zafran menepi, ia turun dari mobil dan menghampiri tetangga yang sedang duduk-duduk di pos ronda.

"Maaf, Ibu-ibu tadi liat istri saya nggak?" Bertanya dengan raut panik di wajahnya.

"Bu Sei, ya?" Zafran mengangguk cepat. Siapa yang tak kenal Seira, istri seorang saudagar beras di komplek tersebut yang terkenal dengan kebaikan hatinya.

"Maaf, Pak. Kami nggak liat Bu Sei lewat, udah dari tadi juga nggak ada siapa-siapa yang lewat. Paling-paling mobil sama motor aja," jawab salah satu dari kelompok wanita di sana.

Zafran termangu, berpikir jika Seira memang telah keluar dari gerbang. Kelompok wanita itu pastilah melihatnya karena posisi mereka duduk berada tak jauh dari gerbang komplek.

Ia berbalik setelah mengucapkan terima kasih. Melanjutkan pencariannya di sekitar jalanan komplek hingga keluar. Adzan Maghrib berkumandang, pertanda malam sebentar lagi datang. Gerimis mulai turun teratur, lama kelamaan semakin deras.

Zafran masih di dalam mobilnya, tak menyerah mencari keberadaan Seira. Di tengah hujan deras seperti ini, ditambah kondisinya yang tak sehat semakin membuat Zafran panik dan gelisah.

"Ya Allah, gimana kalo Sei sampe kenapa-napa? Aku berdosa banget sama orang tuanya," gumamnya seraya melipat bibir dengan kuat.

Teringat akan janjinya pada mendiang orang tua Seira, Zafran berdecak berulangkali. Merutuki kebodohannya yang dengan mudah mengusir mantan istrinya itu. Hasutan sang Ibu juga Lita berhasil membuatnya menjadi laki-laki tak berhati.

"Bodoh! Bodoh!"

Mobil berhenti di lampu merah, Zafran membenturkan kepalanya pada kemudi berulang-ulang. Ia mendongak, menatap jalanan yang lengang. Tiba-tiba matanya membelalak.

Dia memekik lirih, "Seira!"

Terpopuler

Comments

Dewi Rahmawati

Dewi Rahmawati

sampah bner si zafran ini, ih awas aja klo smpe mau balik lagi seira sma zaman inj

2023-07-05

0

R_3DHE (sugar_babby)

R_3DHE (sugar_babby)

gak usah di perjelas kamu emang bodoh...

2023-03-14

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

poknya sumpah serapah maksimal buat laki2 spt Zafran ... 🤮🤮

2022-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!