Kemalangan

Rasa sakit akibat membentur dinding ruangan, menyadarkan Seira dari lamunan. Ia tersentak dengan napas memburu hebat. Rasa sesak akibat sakit yang merebak, membuatnya kehilangan pasokan udara beberapa saat lamanya.

Rupa-rupanya, ia masihlah berdiri dibalik pintu ruangan tersebut. Bergeming tanpa melakukan apapun jua, kejadian tadi hanyalah buah pemikirannya saja.

Kenapa aku sampe mikirin hal yang kayak gitu? Ya Allah ....

Seira membatin, ia mengurut dadanya perlahan sambil memejamkan mata. Menahan sakit yang tiada tara dari laki-laki yang ia cinta benar-benar menguras energi dalam tubuhnya.

Belum lagi mental yang tak siap menerima kenyataan bahwa dia telah dikhianati. Air kembali mengucur dari pelupuk, jemarinya meremas sedikit kuat bagian dada kirinya yang terasa berdenyut.

Seira tak bisa melakukan apapun, hanya bisa mengumpat dalam hati. Tubuhnya luruh di lantai, dikala suara desah*n dan erangan kembali menjejali telinga. Dia tersadar bahwa semua yang didengarnya bukanlah halusinasi. Itu semua nyata adanya.

Wanita bermata lentik itu meremas perutnya yang tiba-tiba terasa nyeri, di kejauhan Jago tak tega melihat kondisi sang majikan yang menyedihkan. Ia mondar-mandir antara menghampiri atau tetap berdiri.

Seira merintih, kalimat-kalimat yang diucapkan suaminya terus berdenging di telinga, menusuk segumpal daging dalam dada. Terkoyak semua rasa. Nyeri itu semakin terasa dikala perkataan sang suami selanjutnya semakin mencabik hati.

"Yah, kamu benar. Lagian juga dia nggak bisa ngerawat diri, udah semakin tua dan jelek. Beda sama kamu, yang keliatan cantik tiap hari. Mungkin nanti malam aku akan menceraikan dia dan mengusirnya dari rumah, dan kamu ... akan jadi nyonya di rumah itu. Satu-satunya."

Suara yang berbarengan dengan napas terputus-putus itu sungguh membuat hati Seira semakin remuk redam. Disusul erangan panjang sesaat setelah Zafran menyelesaikan kalimat kejamnya. Deru napas mereka berbaur seolah-olah tidak peduli pada semua karyawan yang akan mendengar.

"Benar, ya, Mas. Awas kalo boong." Suara manja yang mendayu-dayu dari Lita bersambut pekikan mesra dari keduanya pun tak dapat diabaikan telinga Seira.

Ia memburu udara ketika rasa sakit di perut semakin menjadi-jadi. Diremasnya dengan sedikit kuat berharap akan mengurangi rasa yang mencabik tubuhnya itu. Namun, tetap saja, pedih yang meleburkan asa itu menikam-nikam jiwanya.

Ia mulai melenguh pendek, perih dalam hati bercampur dengan sakit di tubuh, membuatnya tak berdaya. Tak lagi peduli pada suara dua orang di dalam ruangan itu, tangannya mengudara meminta siapa saja untuk menolong.

Cairan hangat terasa mengalir dari sela kaki, pandangannya pun mulai mengabur. Beruntung, Jago masih di sana. Melihat tangan majikan melambai-lambai, bersegera ia mendekat.

"To-tolong, sa-sakit!" rintih Seira dengan kedua mata terpejam. Digigitnya bibir menahan rasa yang terus menusuk. Untuk menggerakkan lidah saja rasanya ia sudah tak mampu.

Jago mengambil langkah ringan berlari mendekati sang majikan. Ia memekik tanpa suara, melihat gaun yang dikenakan Seira telah basah oleh cairan merah yang khas.

"Ya Allah, darah!" Lisannya bergetar, tangan pula ikut gemetaran. Peluh membentuk gumpalan di sekitar pelipis, hawa panas dari rasa cemas menguar begitu saja.

"To-tolong!" Suara Seira semakin lemah terdengar. Tak berdaya nyaris seperti bisikan.

"Ibu! Ibu tahan, ya. Tahan, Bu. Jangan tidur!" bisik Jago khawatir akan terdengar oleh Zafran.

Sekilas wajahnya yang ditumbuhi janggut lebat itu memang serupa dengan para penjahat kejam di seluruh dunia, tapi dia memiliki hati yang lembut terutama saat berhadapan dengan Seira.

Meskipun usianya lebih tua, tapi Jago amat menghormati wanita itu layaknya seorang Ibu. Air menggenang di pelupuk, tak tega melihat kondisi Seira yang kesakitan. Lekas ia membopong tubuh lemah itu dalam gendongan.

"Jago, Ibu kenapa?" tanya suara laki-laki lain yang merupakan teman sejawat Jago di gudang tersebut sekaligus bawahannya.

"Nggak tahu. Coba kamu bersihin lantai yang di depan ruangan Bos. Aku bawa Ibu dulu," bisiknya, samar-samar masih bisa didengar oleh Seira.

Matanya terbuka, tapi penglihatan berkunang-kunang. Pening menyerang tak tahu waktu, menghantam kepalanya yang semakin berat. Jago berlari keluar gudang, ia tahu mobil pribadi sang majikan terpakir di depan bangunan tempatnya mengais rezeki itu.

"Non!"

"Ibu!"

Bi Sari dan Mang Udin sama-sama terpekik melihat Jago yang membopong tubuh lunglai Seira. Wajah laki-laki yang biasanya beringas itu, kali ini tampak pucat dan kusut.

"Buka pintunya, cepat!" titahnya segera begitu tiba di dekat dua orang yang masih termangu.

Bi Sari membuka pintu dengan cepat, dan menyingkir dari sana. Memberi ruang kepada Jago untuk meletakkan majikan mereka itu di dalam.

Samar mereka mendengar suara rintihan Jago yang persis seperti seorang anak kecil yang merengek, "Ibu, jangan tidur, Bu. Tetep buka mata, jangan tidur!"

Dengan amat hati-hati seolah-olah itu adalah intan berlian berharga di dunia, Jago meletakkan tubuh Seira di atas jok. Ia cepat-cepat keluar dan mendorong tubuh Bi Sari agar segera masuk ke dalam.

"Jaga Ibu, jangan sampai tertidur. Jaga Ibu! Aku percayakan Ibu sama kalian, bawa ke rumah sakit. Cepetan!" ucapnya melebarkan biji mata pada Mang Udin yang masih tak sadar dari lamunan.

"UDIN!" bentak Jago yang hampir saja tinjunya melayang karena laki-laki perokok itu masih saja termangu tak jelas.

"I-iya!"

Mang Udin masuk ke dalam mobil, menginjak pedal gas dengan cepat. Ia melirik cemas pada Seira yang terlihat berat di setiap tarikan napasnya.

"Aduh, Mang, ini Non Sei kenapa? Ya Allah, ada darah di kakinya, Mang. Cepetan!" pekik Bi Sari panik.

Ia mendekap tubuh lemah Seira, menangis cemas meratapi keadaan sang majikan. Betapa Bi Sari amat menyayanginya laksana putri kandung sendiri.

Mang Udin tak banyak bicara, menekan klakson terus menerus meminta jalan pada pengendara lain. Menyalip kendaraan-kendaraan besar dan kecil, melaju secepat yang dia bisa.

Suara rintihan Seira menghantarkan sesal yang mendalam di hatinya. Penyesalan yang tak akan ada akhirnya jika sampai wanita baik hati itu kehilangan si jabang bayi atau bahkan kehilangan nyawanya.

Ban berdecit nyaring disaat Mang Udin menginjak rem tiba-tiba. Di depan mereka, sebuah mobil dengan kecepatan yang sama pun nyaris menghantam mobil yang membawa Seira. Kecelakaan hampir saja terjadi jika kedua pengemudi tak sigap menginjak rem.

"Hati-hati, Mang Udin! Non Sei udah kesakitan kayak gini, malah nggak lihat-lihat bawa mobil!" bentak Bi Sari bertambah cemas disaat Seira mengaduh sambil merintih.

"Maaf, Bi. Maaf, Bu. Kita lanjutin lagi, keburu orang di mobil itu keluar terus menghambat perjalanan," katanya terburu-buru.

Mobil melaju kembali berbarengan dengan seorang laki-laki berpenampilan resmi keluar dari mobil yang berhadapan dengan mobil mereka.

"Ah, sial! Udah menghambat jalanku, mereka pergi gitu aja!" gerutunya kesal sambil melihat-lihat keadaan depan mobilnya.

"Untung nggak sampe nabrak. Gila kali tuh orang, ya. Nggak tahu apa orang lagi buru-buru," umpatnya lagi tak lepas memandang arah ke mana mobil Seira melaju.

Getar ponsel di saku celananya menyentak, ia sigap merogohnya dan meletakan benda tersebut di telinga setelah menekan tombol hijau.

"Kamu di mana, Fatih? Lama banget!" Teriakan dari ujung telepon di sana membuat telinga laki-laki itu berdenging. Ia menjauhkan benda itu seraya mengusap-usap telinganya.

"Iya, Mah. Ini aku lagi di jalan. Di rumah sakit mana, sih?" tanya laki-laki itu seraya memasuki mobilnya.

Ia mendengarkan dengan baik, lantas menginjak pedal gas dan melaju. Perlu GPS untuknya tahu letak rumah sakit di wilayah tersebut.

Sementara mobil Mang Udin baru saja tiba di parkiran rumah sakit beberapa detik setelah tubuh Seira lunglai tak sadarkan diri.

"Non!"

Terpopuler

Comments

Sheenta_12

Sheenta_12

Astagfirullah padahal udah terbawa suasana😂

2022-10-30

3

Okta

Okta

yela gw sangka nyata toh😂🤭

2022-10-27

1

Muhtar Ndori

Muhtar Ndori

bisa jadi mereka akan berjodoh dikemudian waktu..

2022-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!